Sabtu, 19 Agustus 2017

HAUL SYUHADA BANGSA INDONESIA (EDISI 17 AGUSTUS)

"Hari merdeka, Nusa dan Bangsa, Hari lahirnya Bangsa Indonesia. Merdeka" (syair
Lagu Kemerdekaan)

Terhatur doa untuk para syuhada, yang masih dikenal dan yang nama-namanya tidak sempat tercatat oleh sejarah,yang sebutan identitasnya hampir-hampir dilupakan oleh cucu-cicitnya. Padahal perjuangan mereka telah menuai banyak kelayakan dan kenyamanan untuk generasi hari ini, pun jika generasi hari ini berfikir bahwa memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia hanya dengan maju berperang maka itu keliru total.

Simbah kita selalu mengingatkan, dengan analogi persepak bolaannya :
"Jika kita gambarkan medan perang seperti sebuah pertandingan sepak bola misalnya, Orang Maiyah memahami bahwa yang bertanding bukan hanya 11 orang yang berada di lapangan sepak bola saja. Dari 11 orang yang terjun di lapangan sepak bola itu saja sudah jelas bahwa mereka memiliki pembagian tugasnya masing-masing berdasarkan kemampuan dan posisi yang ia pilih; mulai dari penjaga gawang hingga penyerang. Bahkan lebih luas dari itu, bahwa sebenarnya yang berjuang dalam sebuah pertandingan sepakbola bukan hanya 11 pemain yang berada di lapangan sepak bola itu, ada staf pelatih yang berada di pinggir lapangan yang juga sebenarnya memiliki peran yang tidak kalah penting dalam sebuah pertandingan sepakbola. Belum lagi dukungan supporter yang selama 90 menit terus menerus meneriakkan yel-yel untuk menyemangati 11 pemain yang sedang bertanding di lapangan. Dan bahkan, bisa jadi para penonton yang hanya menyaksikan dari layar kaca televisi pun merupakan bagian lain dari pasukan sebuah kesebelasan sepakbola yang sedang bertanding. Bahkan juga bisa jadi orang tua dari pemain sepakbola yang sedang bertanding. Selama 90 menit pertandingan sepakbola ia lebih memilih untuk duduk khusyuk bermunajat di atas sajadah, mendoakan yang terbaik bagi putranya yang sedang bertanding. (Koordinat Maiyah, reportase Kenduri Cinta-caknun.com)

Jelas bahwa perjuangan saat itu sangat bermacam-macam, ada yang turun kemedan perang, ada yang hanya kuat untuk menajamkan bambu, ada yang cukup memasak, ada yang menjadi mata-mata sehingga fitnah terus tertimpa padanya dan banyak lainnya.

Sudah 72 tahun teks proklamasi diproklamirkan, tapi hal yang menggelitik adalah
apakah Bangsa ini sudah merdeka dalam bernegara. Bahkan di potongan syai'r lagu Kemerdekaan tidak ditemukan satupun diksi Negara didalamnya, lantas apakah benar Negara Indonesia sudah merdeka?

Adalah hal yang sedang dan akan terus dikaji oleh Poci Maiyah, mulai dari tema perdana & "Ketuhanan di Semak Belukar Indonesia", sebagai bentuk refleksi/perenungan tentang apa identitas bangsa ini sebenarnya, apakah Pancasila sudah benar-benar dipahami dan diterapkan, siapa sebenarnya kami? apa misi eksistensi kami? apakah para jama'ah Poci Maiyah sudah menyadari kemaiyahannya? atau hanya terjebak dengan primodialisme-primodialisme diri dan kedaerahan? atau bisa saja sudah menyadari bahwa dirinya adalah Indonesia dan Indonesia adalah dirinya? Jamaah Poci Maiyah sedang mengalir deras menelaah itu semua.

Dan sampailah aliran tersebut pada lekukan-lipatan bernama "Hari Kemerdekaan", apa yang sebenarnya sedang dirayakan? apakah bisa diwakili dengan bereuphoria makan krupuk digantung, lompat-lompat didalam karung, saling injak memanjat pinang, apakah beberapa hal tersebut adalah wajah asli kemerdekaan bangsa ini? Tanpa sedikitpun bermaksud menyinggung pihak manapun, atau mencoba menganggu kebahagiaan siapapun, tulisan ini hanya sekedar bentuk refleksi.

Maka Poci Maiyah menelisik lebih dalam lagi tentang makna-makna, simbol-simbol, hingga syair lagu kemerdekaan. Bahwa perayaan Indonesia setiap tahunnya di tanggal 17 Agustus adalah "Khaul Akbar Para Syuhada", bukan sekedar lomba-lomba atau tahlil bersama, momentum tersebut lebih besar dari itu, namun bukan juga malah meninggalkan hal-hal yang biasa bangsa ini lakukan, justru rangkain itu semualah yang membuat 17 Agustus disebut Haul Akbar.

Haul berasal dari bahasa Arab yang berarti setahun. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), haul memiliki makna peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali (biasanya disertai selamatan). Peringatan haul diadakan dengan tujuan utama mendoakan ahli kubur agar mendapat rahmat dan ampunan dari Allah swt.

Kegiatan haul dalam agama Islam, didasarkan pada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi r.a. Rasulullah saw. selalu berziarah ke makam para syuhada di bukit Uhud setiap tahun. Sesampainya di Uhud beliau memanjatkan doa sebagaimana dalam surat Al-Qur’an Surah ar-Ra’d ayat 24, Salamun ‘alaikum bima shabartum fani’ma uqba ad-daar (Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu).

17 Agustus adalah momentum antar waktu, antar dimensi, antar generasi, paduan harmoni dimana alam nasut, malakut, jabarut, lahut manunggal menggema di saentero seluruh gang-gang kecil, daerah-daerah, pulau-pulau, bahkan yang dzikirnya turut larut di ambang pantai dan kedalaman laut Indonesia.

"Lahirnya Bangsa Indonesia Merdeka"
Bangsa ini baru lahir, setelah sekian lama tersiksa, dihina dan ditipu habis-habisan, seperti bayi yang masih tidak bisa mengenal apa-apa dan hanya pandai menangis jika menginginkan apa-apa. Jangankan untuk bangkit berdiri, membedakan mana suci mana ompol saja belum bisa, padahal dikandung dengan penuh kasih sayang, penuh ajaran, penuh mendita oleh Sang Ibu Pertiwi.

Peradaban bayi-bayi sudah seharusnya mengikuti aliran takdir untuk tumbuh menjadi bocah, remaja dan dewasa. Menjadi bocah angon yang menempa dirinya untuk menjadi kuat, cekatan dan bertanggung jawab, menjadi Garuda Remaja yang mulai jatuh cinta, dicintai dan mencintai negrinya, bangsanya, berdiri gagah-elok-ayu melintasi suku-suku Nusantara hingga jayadipa dirgahayu.

Dan terakhir sebelum menutup usia, Garuda akan menjadi Indonesia Dewasa, yang membawa tongkat amar ma'ruf bersabuk nahi munkar, menyampaikan kearifan- kearifan, kebaikan-kebaikan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, namun tetap menjaga diri dari berbuat keburukan-keburukan atau mencelakai saudara-saudaranya. Agar diakhir nanti, disebuah dimensi nun jauh di dekat sini, bocah Angon, Garuda Remaja hingga Indonesia dewasa mampu membungkuk penuh tawadhu, tanpa harus menyesal atau malu bertemu dengan syuhada-syuhada terdahulu.

untuk para syuhada bangsa ini, Al Fatihah

*Muhammad Fatkhul Bary Lu'ay