Jumat, 22 September 2017

SATU NOT DI BAWAH BUMI

Ternyata Setiap manusia mampu memahami kebenaran beragama dan menikmati estetika agamanya masing-masing, Alloh juga lebih suka mengajak hambaNya bermain “Teater” dan “Acting” seni tingkat tinggi yang hanya bisa di pahami oleh mereka dan sudah menyatu denganNya. Misalnya saja ketika malam sabtu datang, dalam hati ingin sekali izin untuk tidak hadir karena memang kurang sehat. Namun kenapa akhirnya datang juga, entah kenapa? ada energi yang seperti apa? Kerinduan pada sosok saudara yang dikenal belum lama. Menjadi semangat yang membakar pesakitan yang di derita, mungkin itulah kekuatan cinta, yang di rasakan bukan hanya dilihat dalam film telenovela.

Untuk menunjukan saya sedang sakit, saya sengaja bercerita sekelumit tentang sakit yang saya alami. Dengan cara ini saya berharap dido’akan diam-diam oleh saudara-saudaraku. Entah saudaraku tanggap Ing sasmito atau tidak, kenyataan nya saat itu malam itu juga seketika tak kurasakan perut mual dan mules yang di derita karena salah makan.

Dari sinilah Alloh Mengajak HambaNya Bermain Teater. Bermain teater sangat perlu adanya pemain dan penonton di mana keduanya akan menjadi lengkap dan menjadi sempurna disetiap pertunjukan teater, di mana kalau kita tarik pada cerita saya yaitu antara yang mendo’akan dan dido’akan yang berdo’a akan menambahkan amal sekaligus juga sebagai bentuk kepedulian antar sesama dan yang di do’akan merasakan kebahagiaan karena masih ada orang yang mau untuk turut berpartisipasi dalam usahanya mencari kesembuhan.

Begitu lengkap dan detailnya Alloh dalam berperan sebagai sutradara Mulai dari Menulis Skenario, Menyiapkan Pemain, dan juga sebagai Koordinator pelaksanaan pementasan. Namun yang terkadang luput dari batas jarak pandang mata kita adalah dimana kita hanya melihat pemainnya kita tahu adanya aspek-aspek visual yaitu Bumi sebagai Setting (tempat, suasana) dimana bumi mampu menampung segala ekosistem yang ada di dalamnya.

Andai tindak laku kita bercermin pada bumi sampai detik ini, planet yang diketahui bisa dihuni oleh manusia adalah Bumi. Planet yang merupakan planet keempat dalam tata surya berbintangkan Matahari ini secara saintifik memiliki syarat-syarat yang cocok untuk dihuni oleh makhluk hidup, mulai dari iklim, suhu, gaya gravitasi, atmosfer, ketebalan kerak bumi, dan lainnya. Persyaratan-persyaratan ini masih belum ditemukan dari planet-planet lain yang pernah ditemukan di alam semesta ini. Tapi sekali lagi, itu yang bisa ditemukan sejauh ini. Apakah benar-benar ada planet lain yang bisa dihuni oleh manusia, ataukah ada keberadaan makhluk hidup di planet lain atau galaksi lain di alam semesta ini, Allahu a’lam.

Bumi yang dihuni manusia saat ini memiliki diameter kurang lebih sekitar 12756 Km, tidak berbeda jauh dengan tetangganya yang panas yaitu Venus, dan hampir dua kali lipat dari Mars, besar? belum seberapa. bumi hanya 1/1000 volume Jupiter, planet terbesar di tata surya yang tersusun dari gas. Jupiter juga besar? Ya, kalau dibandingkan dengan bumi. Tapi kalau Jupiter dibandingkan lagi dengan Matahari, Jupiter hanya 1/1000 volume Matahari, dengan kata lain, sangat kecil. Artinya, bumi hanya memiliki 1/1000000 volume Matahari. Butuh 1 juta planet Bumi untuk bisa membentuk bola sebesar Matahari.

Besar? Secara relatif ya, tapi coba bandingkan dengan salah satu bintang raksasa merah, Aldebaran. Volume Matahari hanya 1/68000 dari volume Aldebaran dan masih banyak lagi bintang raksasa merah yang belum di kita ketahui. Sementara kalau berkaitan dengan posisi bumi terhadap benda-benda langit lainnya yang ada di alam semesta ini, bumi berjarak kurang lebih 150 juta kilometer dari matahari belum lagi jarak cahaya sampai kebumi.

Lalu dimanakah posisi manusia di alam semesta ini?


*Miftahul Aziz