Rabu, 03 Januari 2018

Ummah

Diawal tahun 2018 ini Poci Maiyah mengawali kegiatan rutinan setiap bulan dengan mengambil tema tentang ummah. Ummah disini adalah suatu kata yang berasal dari kata ummat, yang berarti masyarakat atau bangsa. Atau sebenarnya keduanya adalah sama seperti Jumat dan Jumah, amanat dan amanah.
Namun memang jika ditelisik lebih dalam kata ummah dan ummat pun memiliki akar kata yang sama yaitu um yang berarti ibu. Bagi para sedulur Jamaah Maiyah pun seperti itu, sehingga dalam term yang populer di Maiyah, ummat adalah sekumpulan manusia yang ‘sepersusuan’. Selama ini kita mengartikan sepersusuan sebagai gambaran, perlambangan, dari kumpulan orang yang sama-sama “nyusu” keilmuan pada sesosok imam. Yang mana bangsa ini pada umumnya sedang kehilangan sosok ummi imam, yang ngemong keibuan dan nyusuin penuh gizi. Kita hanya memiliki banyak artistokrat agamawan (caknun.com).

Kita memang telah kehilangan sosok ummi imam, atau mungkin sengaja dihilangkan oleh media elektronik dan social media. Sehingga para ummi imam yang diplosok plosok pedesaan sama sekali tidak diexpos untuk bisa diteladani. Ummi Imam adalah para Kiai-kiai kampung yang “yanzhuruuna ilal ummah bi’ainir rahmah” meraka yang memandang ummat dengan mata kasih sayang. Memahamkan yang bodoh, membatu yang lemah, mengusapkan airmata yang menangis sedih, mendengarkan keluh kesah jomblo, dan seterusnya.

Selain itu kata ummah juga kurang lebih ada enam puluh dua di dalam al-Qur’an. Hampir seluruh kata ummat dikaitkan dengan nilai-nilai religiusitas (orang-orang yang tunduk dengan rencana ilahiah). Setiap ummat memiliki utusan untuk menyampaikan pesan ilahiyah yang wajib disampaikan kepada masyarakat, dan semua ummat juga menunggu penghakiman oleh Allah. Kata ummat lebih cenderung dikaitkan dengan komunitas muslim, namun secara global ummat adalah seluruh mahluk. Hal ini selaras dengan peristiwa piagam madinah, bahwa Nabi Muhmmad SAW menyebutkan ummat baik bagi komunitas muslim, suku suku arab maupun yahudi.