"Lha tamunya mana mus?
jadi kesini?"
"Katanya asharan dulu di mushola kampung mas, tadi sampun kulo tuduhaken kesini."
"Hoooh, berapa
orang Mus?"
Setelah menunggu hampir setengah jam lebih, tamu yang di tunggu belum juga hadir.
"Tetap nunggu disini apa kulo antar ke pondok aja kang
mas?"
"Disini aja ga papa mus"
Aku meraba-raba obrolan Abah Yai dengan Kang Mus, tamu? siapa?
Kemudian pemikiran itu buyar karena Yu Sumi memanggil Kang Mus. Masuklah Kang Mus kedalam beberapa saat, dan kembali kemari dengan membawa dua orang berjubah, jidat mereka terdapat dua titik hitam, ransel mereka diletakan di bawah gubuk. Yang satu berkulit sawo matang dengan tinggi rata-rata orang Jawa, yang satu berkulit hitam tapi masih memiliki garis muka orang Jawa juga.
"Assalamualaikum Kyai"
"Wa'alaikumussalam wa rohmatullah wa barokatuh, silahkan, monggoh"
Dua tamu itu saling bersalaman dan memeluk Kyai Khasan mencium
pipi kiri dan kanan beliau bergantian.
Kyai Khasan tetap teduh tersenyum memancarkan aura bijaknya. Aku menyingkir, duduk di kursi bangku di luar gubug. Kyai
Khasan memberikan isyarat, beliau
melepas kopyah putihnya, terlihat jelas
rambut perak dan raut wajah yang bersahaja,
kemudian baju kokonyapun beliau lepas,
tubuh kurus Abah Kyai bisa terlihat dari kaos oblong yang beliau kenakan
saat ini. Aku mengambil kopyah dan baju
koko beliau, kugantung sangat hati-hati
di kastok tembok sebelah kanan pintu belakang. Dua tamu itu saling lirik melihat apa yang sedang dilakukan
Kyai Khasan.
"Jadi ada keperluan apa panjenengan-panjenengan datang
kesini?"
"Kami meminta izin untuk berdakwah disini Kyai"
"Oh, saya Khasan,
kalau diizinkan saya ingin tahu nama panjenengan berdua?"
"Saya abduh Kyai, untuk saudara saya satu ini,
namanya rozak"
Si Hitam mengangguk setelah Abduh memperkenalkan dirinya.
"Ajakan apa yang ingin panjengan berdua
sampaikan?"
"Segala yang kami tahu tentang islam Kyai" balas
abduh
"Lalu, apa yang Mas Abduh dan Mas Rozak maksud dengan
islam?"
***
"Di desa tersebut ada pemuka masyarakat, beliau adalah pemimpin Pondok Pesantren
disana. Sebutannya Kyai Khasan, minta
ijinlah kebeliau sebelum melakukan apa yang jadi tujuan kalian."
Abduh dan Rozak memandang heran kepada pemuda tersebut
meninggalkan mereka berdua sambil membawa papan. Tepat setelah mereka
diselamatkan dari insiden babi liar.
Babi liar? diselamatkan pemuda kurus? bagimana mungkin? apa ada kebetulan
semendadak ini? Rozak masih dipenuhi kontemplasi semenjak kejadian aneh
tadi. Mereka sudah berpengalaman menjelajahi pulau kalimantan dan jawa. Tapi
kejadian seperti barusan masih susah dipahami. Tujuan mereka kesini hanya ingin
berdakwah, kemudian bertemu dengan
pemuda bernama Mus atas dasar rekomendasi dari pimpinannya, dan di minta sowan ke seseorang bernama Kyai
Khasan. Namun ketimbang memilih langsung bertemu, mereka memutuskan untuk asharan di mushola
terdekat, dan munculah insiden tersebut. Seekor babi liar besar dengan seluruh bulu hitam
membungkusnya tiba-tiba berlari menuju mereka. Rozak kena hajar duluan disusul
Abduh, mereka buru-buru berdiri dan
lari. Mengira sudah aman dari si Babi, dan berdiri di belakang
pohon besar, di dekat sungai, bersembunyi. Ternyata suara babi terdengar dekat.
"NGOOK NGOOK"
Nafas mereka berdua masih compang-camping setelah si babi
menyeruduk dan mengejarnya, dan sekarang si Babi muncul kembali 15 meter di
hadapan mereka.
"Bahkan jika harus mati, maka ini adalah SYAHID!!!"
Sebuah resolusi muncul di mata Abduh dan Rozak, meski penuh
dengan tekad, hati mereka tetap kecut
karena mendapati kematian yang akan menanti mereka justru karena babi. Kehilangan kesabaran dan ketenangan, si Rozak mengambil batu
besar mengangkatnya dan memilih maju menyerang.
"BABI ANJIIING, MATIIII KAUUUU!"
Abduh menyusul di belakangnya membawa batang kayu yang entah
didapat dari mana. Dengan tekad antara hidup dan mati Abduh siap melancarkan
serangan combo, namun belum selesai dia berpuas diri Abduh langsung mundur
kembali. Si Babi tak bergeming meski sudah di lempar batu besar oleh
Rozak, hanya sedikit memutar dan batu
mengenai punggungnya tanpa sedikit goresan.
"Nggooohgk ngoookhg"
Si Babi mendengus,
matanya merah dan kembali menyeruduk Rozak hingga jatuh berguling-guling
di tanah. Kemudian berbalik melotot ke Abduh seolah berkata;
"Hanya dengan kalian ingin mengalahkanku? cih,
nooobbb"
Abduh terkesiap,
tangannya gemetaran memegang kayu, si Babi bersiap akan menyerang Abduh. Dirasa tidak ada pilihan, Abduh menyerang juga.
"ASUUUUUU"
Batang kayu dihantamkan ke tubuh babi, patah! Tapi babi lagi-lagi hanya mendengus
dan menyerang balik.
"NGOOOK"
Dan syukurlah ada pemuda itu menyelamatkannya. Si Babi dipukulnya menggunakan sisi papan seperti mengayunkan pedang, tepat kena kepala, dan ditendang berulang
kali. Melihat si Babi mundur perasaan Abduh sedikit tenang. Rozak berdiri
mendekati Abduh dengan wajah berantakan. Babi itu mendengus marah melihat si Pemuda. Dan tatapannya
menghina melirik Abduh dan Rozak.
"NGOOOK NGOOOK"
Abduh dan Rozak saling pandang merasakan tatapan penghinaan
tersebut. Sejak kapan dalam hidup mereka dipandang rendah oleh orang lain,
apalagi sekarang, oleh seekor babi hina yang menghina mereka?
"Biar kami bantu mas!!!"
Pemuda tersebut terkejut, karena dia paham bahwa Babi
di depannya jelas seperti raja Babi,
postur fisiknya melampui babi hutan biasa. Bahkan dia sendiripun tidak
yakin, tapi Kedua orang aneh berjubah itu malah tidak memilih lari? jelas mereka tidak memiliki pengalaman, tapi
pilihan yang ia ambil hanya mengangguk.
"Tentu"
"Apa yang harus kami lakukan mas?"
"Lho? kalau kalian mau menyerang silahkan, saya sudah menyelamatkan kalian tadi.
Sekarang saya mau lari."
"......" Abduh
"......" Rozak
Si Pemuda melarikan diri, disusul Abduh dan Rozak, Si Babi
mendengus marah, mengumpulkan semua
kekuatan di kakinya bersiap menyerang gerombolan ketiga orang itu. Mengunci
sasaran, menentukan lintasan. Serangan
pamungkas.
"Wooosh.. wooosh".
Seolah Babi tersebut menjadi seekor badak mini setelah
meminum NOS ala film fast forius, Kuat, dan Cepat. Kekuatan super speed.
"NGOOOOOOOOOOOOOK.... "
"NGOOOOOOOOOOOOOK.... "
10 meter
8 meter
"ANJIIING KAUU BABIII"
"......" pemuda
Itu babi, bukan
anjing. Gila dua orang ini.
5 meter
3 meter
1 meter setngah
Abduh dan Rozak lari tunggang langgang menghindar, pecah
dari rombongan, tapi tetap tubuh mereka
masih tertabrak.
"ARRRRRGHHHH"
Si Babi masih melaju kencang mengejar Si Pemuda, tapi
tiba-tiba pemuda itu berbalik.
"TENDANGAN KILLIIIIIING SPRIIIIIII!!!!"
Si Babi tersentak, tendangan tersebut mengenai
pelilpisnya, lintasan super speed
bergeser, sayangnya kecepatan maksimum itu tidak bisa ia kendalikan dan tetap
meluncur maju menuju sungai. Mata babi
membelalak dendam, namun tubuhnya terbang melewati batas akhir kali, dan jatuh
mengikuti gravitasi. Sambil mendengar
gema kata-kata si pemuda yang tidak bisa dipahaminya.
Killing spriii...
killing spriii...
Kiliing priiii...
"NGOOOK NGOOOK"
Si Babi tercebur, terseret arus air. Seandainya hewan tersebut memiliki akal. Pastinya pengalaman itu sangat luar biasa baginya; tersesat, dipukul papan, bertarung melawan tiga manusia, menggunakan jurus terkuatnya dan terseret sungai menuju bendungan danawarih. Bahkan jika babi tersebut kemudian bertahan hidup. Saat ia menceritakan pengalaman tersebut di kampungnya, pasti akan membuat babi-babi di sekelilingnya mengangguk hormat dan mendapat kekaguman di sekitar babi-babi perawan yang masih labil sambil berteriak histeris.
Si Babi tercebur, terseret arus air. Seandainya hewan tersebut memiliki akal. Pastinya pengalaman itu sangat luar biasa baginya; tersesat, dipukul papan, bertarung melawan tiga manusia, menggunakan jurus terkuatnya dan terseret sungai menuju bendungan danawarih. Bahkan jika babi tersebut kemudian bertahan hidup. Saat ia menceritakan pengalaman tersebut di kampungnya, pasti akan membuat babi-babi di sekelilingnya mengangguk hormat dan mendapat kekaguman di sekitar babi-babi perawan yang masih labil sambil berteriak histeris.
"Aku ingin anak darimuuuu... ngok.. ngok"
*Muhammad Fatkhul Barry Lu'ay