Selasa, 20 Maret 2018

Reportase "UUUT ILLAAAH"

Satu tahun poci maiyah dengan tema uuut illaaah akhirnya dapat berjalan denga lancar, malam itu alampun sangat bersahabat dengan sedulur jamaah maiyah tegal. Langit terlihat terang, rembulanpun nampak bersinar dengan sempurna. Sebagian simpul maiyah terdekat juga berkenan hadir. Ada Gus Jon dan rombongan mewakili dari maiyah malam seninan pemalang, Kang Rifqi dari kanoman pemalang, Kang Deni dari maiyah cirebes, Kang Karto asli orang semarang yang juga aktiv di Gambang Syafaat dan Majelis Gugur Gunung, Kang Rizky yang diundang sebagai perwakilan dari koordinator maiyah pun bisa hadir bersama dengan teman teman Juguran Syafaat Purwokerto. Lengkap sudah kebahagiaan teman teman poci maiyah malam itu. Kabahagian poci maiyahpun berbonuskan berkah dengan bisa hadirnya Om Zen Mehbob dan Kang Afas Khafasy.

Sesuai dengan susunan acara, uuut illaaah diawali dengan pembacaan maulid al barzanji dan tahlil bersama. Selanjutnya menyayikan Indonesia raya dan sohibul baiti. Selepas itu diskusi diawali oleh Kang Rizky yang memaparkan pengalamanya bermaiyah dan menjelaskan sedikit gambaran tentang piagam maiyah. Diskusi malam itu semangkin hangat, sebab salah satu tulisan dimuqodimah uuut ilaalah yang kurang lebih adalah seperti ini:
"Usia satu tahun bisa saja diartikan waktu yang lama, namun juga bisa sebaliknya. Satu tahun adalah waktu yang baru kemarin, masih bau kencur. Ibarat manusia, usia satu tahun adalah bayi yang masih mungil. Masih sulit berjalan sendiri, butuh dititah-titah. Terjatuh dan bangkit kembali, orang tegal menyebutnya dengan kata uuut illaaah". Kata bayi yang diibaratkan umur bagi poci maiyah dikritisi bahwa ada cita-cita poci maiyah untuk tumbuh menjadi dewasa atau besar. Namun sebetulnya ialah, benar jika poci maiyah memiliki cita cita menjadi dewasa. Tetapi dewasa disini ialah dewasa dalam menyikapi kehidupan, bukan gagah gagahan karna tumbuh menjadi sesuatu yang besar. Poci maiyah akan tetap menjadi bayi yang butuh bimbingan. Sesuai sunatullah poci maiyah juga menyadari betul, suatu nanti poci maiyah akan menua dan mati. Maka dalam prosesnya poci maiyah selalu mencari cara agar khusnul khotimah. 

Di sela-sela diskusi genjrengan gitar akustik dari teman teman liga band juga menambah kesahduan satu tahun poci maiyah. Satu persatu lagu dibawakan sebagai pengiring ngeslurp kopi racikan khas dari teman teman santri penyeduh (salkopi). Sebuah puisi karya Mbah Nun dibawakan oleh kang Afas yang menambah harmoni ritual tasyakuran Poci pada malam itu. Diskusi malam itupun ditutup dengan doa dan fatihah untu Pak Is yang dipimpin oleh Kang Lu'ai.


*Muhamad Samsul Hadi