Kamis, 01 Maret 2018

UUUT ILLAAAH



Dengan kelemah lembutan hati, kekuatan iman dan kesungguhan cinta, saudara-saudara di Tegal-Brebes dan sekitarnya dihimpun menuju sesuatu yang semoga bisa dimaknai dengan dimensi Mutahabbina Fillah

Sekelompok makhluk yang tak memiliki hubungan darah, tak saling mengenal, namun setia merapatkan shofnya setiap jemuah pertama di awal bulan, diatas lantai dingin beratap langit GBN Slawi, tanpa tedeng aling-aling. Saling bercerita, saling membagi pemahaman dan pengalamannya mereguk telaga mata air bernama maiyah, demi cintanya kepada Robb Semesta Alam dan Kepada Pribadi Terbaik Kanjeng Rosul Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. 

Melingkar ko disebut merapatkan shaf? kenapa jika iya? bagaimana pula jika tidak? bukankah di Al Haram Tanah Bakka justru manusia menunduk bertawadhu dengan melingkar? Tidak ada shof yang lurus, semakin mereka mendekat pada baitul makmur Ka'bah, kiblat para malaikat dan seluruh galaksi yang sempat beralih ke baitul maqdis yerussalem, namun beruntunglah kita umat islam karena Allah menitahkan Putra Sayid Abdullah, Ayah dari Fatimah Az Zahra untuk kembali berkiblat pada Ka'bah, dengan me-ling-kar. Dan Maiyah (waAllahua'lam) mengejewantahkan shof melingkar ini justru sudah sangat lama. 

Mbah Nun selalu mengingatkan bahwa masuk surga adalah cita-cita pribadi, sedang mengkampanyekan kebaikan,  menebar kasih sayang,  menyambung tali silaturrahim yang rusak,  mempererat yang tersambung serta menjadi muhajarin dan anshor adalah kewajiban setiap jiwa dalam satu waktu sekaligus. Maka, sedulur-sedulur Poci Maiyah, dengan penuh tawadhu tidak akan pernah berani menyatakan bahwa maiyah adalah miliknya. Maiyah adalah hak setiap makhluk yang sama-sama mengembunkan rasa cinta kepada Allah, Kepada Rosulullah dan kepada manusia seutuhnya. Dan telah sampai ikhtiar kami menuju satu tahun ikhtiar ini, adapun problematikanya kami maknai sebagai demam tumbuh gigi, atau proses menuju berjalan dengan kedua kaki setelah tertatih-tatih merangkak
 
Usia satu tahun bisa saja diartikan waktu yang lama, namun juga bisa sebaliknya. Satu tahun adalah waktu yang baru kemarin, masih bau kencur. Ibarat manusia, usia satu tahun adalah bayi yang masih mungil. Masih sulit berjalan sendiri, butuh dititah-titah. Terjatuh dan bangkit kembali, orang tegal menyebutnya dengan kata uuut illaaah. Entah dari mana mulanya kata tersebut dikhususkan bagi bayi yang baru saja belajar berjalan. Lain hal dengan orang dewasa yang ketika terjatuh kembali berdirinya adalah bukan menggunakan kata uuut illaaah. Menurut sebagain masyarakat tegal, kata illah pada kata uuut illaaah adalah pendek kata dari illah yang tak lain adalah menunjuk pada makna Allah (Rabb yang selalu hadir di setiap langkah kehidupan)

Uuuut illah, dimana illah disini mungkin diartikan bahwa tanpa pertolongan Allah si anak tidak mungkin bisa berdiri kemudian berjalan sehingga dapat berlari kencang. Usia satu tahun itu artinya ia masih butuh dibimbing, di-ut-illah-kan katika terjatuh, dijewer sebab terkadang masih sedikit menjengkelkan, masih remang untuk menempatkan diri di keseimbangan hidup. Sebab itulah poci maiyah masih akan terus berusaha mencari cahaya, bersyukur jika ternyata Sang Maha Cahaya lah yang datang menghapiri dan menerangi langkah-langkah poci maiyah kedepan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَكُم بُرْهَٰنٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينًا
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an)"
Maka bermula dari pertemuan Kang Samsul, Kang Ali, Kang Reza, Kang Nahar, Kang Azis, Kang Fahmi pada Jumat 27 Januari 2017 di Kedai Gold n Coffe di sebelah utara Masjid Agung Slawi. Yang atas izin Allah kemudian kami merencanakan adanya pertemuan rutin di GBN setiap Jumat mala di minggu pertama setiap bulan. Pertemuan pertama diawali pada jumat pertama bulan Februari 2017 saat itu belum tersebutlah nama Poci Maiyah. Kemudian pertemuan kedua di jumat pertama bulan Maret 2017 yang saat itu dihadiri sedulur-sedulur yang aktif di Kenduri Cinta, dan diputuskanlah  pada pertemuan malam itu lingkar maiyah tegal kita sebut dengan Poci Maiyah.

Kehadiran Om Zen juga turut menyemangati para penggiat Poci Maiyah, setiap satu minggu sebelum acara GBN berlangsung Gubug Sholawat menjadi pertemuan yang sakral dalam perjalanannya Om Zen bagaikan orang tua para pegiat Poci Maiyah yang selalu meng uut illahi kami-kami para Pegiat Poci Maiyah. Beberapa tema pertemuan yang telah dijalani para pegiat Poci Maiyah antara lain : Rencana Pembuatan Simpul Maiyah Tegal, Pengukuhan Poci Maiyah , Mengulang Kembali Cahaya Cinta Maiyah, Sejarah Islam di wilayah Pantura, Puasa Sepanjang Hidup, Salam-Salaman, Ketuhanan di Semak Belukar Indonesia, Pintu Muhammad, Solusi Segitiga Cinta, Insya Allah Maiyah, Ndadak, Nduduk, Ndidik, Ndadekna dan Nyah-Nyoh. Semua dikaji, semua diuji, ditelaah, ditadabburi, adapun hasil?  semoga Allah senantiasa menjaga kesucian rahasia para pecintaNya sehingga terhindar dari ujub atau rasa GR. 
 
Maka untuk penutup tulisan ini, semoga seluruh sedulur-sedulur yang hadir berkenan untuk mendo'akan diri kita semua,  saudara-saudara yang dilanda banjir pada wilayahnya dan untuk negeri ini, untuk Indonesia.

Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang diantara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi kiamat maka hendaklah dia menanamnya.

*Lingkar Gagang Poci