-Jika ada surga, kenapa kita harus memilih neraka? jika ada yang baik, kemudian kenapa kita harus memilih yang
keliru? Jika ada kebenaran, kenapa pula kita harus memilih kepalsuan?
Apakah menjadi pemberani tidak lebih
sulit ketimbang menjadi seorang pengecut? Apakah membesarkan hati saudaramu
tidak lebih mulia ketimbang menjadi pribadi yang suka menyinyiri orang
lain? Lantas untuk masa depan negri ini, masa depan keluargamu, anak-anak,
cucu-cucumu kelak, dan untuk masa
depan dirimu sendiri, baik di penghujung hidup atau masa tibamu kelak di
akhirat. Sudahkah kau menyiapkan kuda-kuda terkuatmu, mental bajamu, tekad terbaikmu, daya-upaya maksimalmu atas
tiap detik di titian shirath al mustaqiem. Untuk menghadapi ajal
(momentum) yang tidak bisa kau
tebak? dalam pekerjaan, jodoh,
harta, amanah, janji-jani,
kesaksian, atau badai dahsyat
kehidupan yang bisa jadi datang kapan saja.
Maka jika ada Cahaya, adakah kegelapan
menjadi sebuah pilihan?-
Berangsur-angsur majelis masyarakat maiyah
tidak henti-hentinya mentadaburi kehidupannya sendiri, menggali ulang
makna-makna yang telah dilewati. Terpleset,
terjatuh, terjungkal,
terseok-seok, bahkan tersesat di ambang batas putus asa dan tawakal menjadi
bias, percaya diri dan sombong menjadi ambigu, atau berdiri di tepi tebing
antara kewarasan dan kegilaan dirinya, namun lagi-lagi Allah menunjukan betapa
menakjubkannya hidup meski dilanda kengerian psikologi yang mengancam. Rahmat-Nya sangat lembut dan
luas, di tuangkan lewat lingkar-lingkar
paseduluran yang tiada berkumpul kecuali karena rasa cintanya kepada Tuhan.
Dengan ngumpul dan guyon hidup tidak lantas
bim sala bim menjadi sekuat Sam'un al ghozzi atau setabah Ayub alaih salam,
bahkan tidak mendadak menemukan lampu ajaib seperti Aladin, tapi semua bisa
memastikan, bahkan jika salah satu dari
kami akan menjadi saksi jatuh-bangkitnya negri bernama Indonesia, kami insya Allah akan menjadi golongan
orang-orang yang tidak lemah dan mudah gumunan.
Dan demikianlah tema kali ini di angkat
sebagai pemicu, bukan untuk orang lain
yang entah akan menemukan tulisan ini dalam bungkus nasi, re-post sebuah blog atau akun medsos tertentu,
tapi murni untuk diri kami sendiri meneguhi nilai-nilai cahaya yang semakin
terang tiap akumulasi waktunya namun zujajah hati kami terlalu gelisah dengan
kegelapan yang mengotori.
Buya Nur Samad Kamba menuturkan;
"Misi Agama yang sesungguhnya adalah transformasi dari tidak baik menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik".
Maiyah memiliki metode, ilmu, dan banyak sekali kritik-auto kritik atas
segala fenomana sosial, sejarah, budaya yang terjadi di Indonesia. Semua
dikaji dengan hati-hati dan penuh mesra tentang kondisi manusia-manusia. Apakah itu ormas, parpol hingga perindividu. Dan kebanyakan
itulah terhenti di dalam prosesnya hingga muncul bias menerjemahkan perbedaan
dengan pemisahan. Perbedaan adalah kunci menuju harmoni menjadi satu
kesatuan, sedangkan pemisahan bukan.
Si Jack menyampaikan;
"Di dalam Maiyah siang malam adalah satu kesatuan, seperti halnya dunia dan akhirat adalah sebuah kesatuan. Entah bagaimana ceritanya dalam dunia modern ini terjadi pemisahan antara siang dan malam, sehingga terjadi ketidakseimbangan cara pandang antara materi dan ruhani,Jadi, tidak selalu bahwa mumet adalah ketidak-bungah-an"
Maka ruhanisasi adalah konsep yang masih
asing dalam masyarakat Indonesia, padahal justru itulah bentuk transformasi yang harus ditempuh dalam
menenun sebuah Resolusi.
Sebagaimana apa yang Mbah Nun sampaikan
juga;
"Hidup ini tidak ada pilihan lain kecuali Tauhid, dan apa yang dimaksud dengan Ruhanisasi adalah meruhanikan semua materi. Cara meruhanikan materi adalah menggunakan semua materi untuk hal-hal yang disukai dan diridhoi Allah. Maka otomatis akan terseret oleh magnet Allah, sehingga kelak nanti akan mengalami yang namanya tauhid.""Ra ono Rogo nguntal Sukmo, sing ono Sukmo nguntal Rogo. Sukma Nguntal Rogo adalah meruhanikan jasad, jasad diserap menjadi ringan, menjadi seolah-olah raga tidak ada karena sudah bergabung dengan ruh. Itulah tauhid.""Jasad itu punya berat jenis, sedangkan ruh itu tidak. Yang dimaksud meringankan diri adalah terbebas dari gravitasi, maka orang yang stres itu karena merasa hidupnya terbebani. Hakikat agama itu bukan islam tapi tauhid, yang penting dirimu mentauhid. Ketika Tuhan diberlakukan seperti jasad, itulah berhala".
Bahkan seringkali manusia-manusia asik
beragama tapi lupa bagaimana untuk bertuhan.
***
Poci Maiyah masih terlampau muda, namun
kami bersyukur diusia ini menyaksikan letupan-ledakan dahsyat luar biasa yang
terjadi di sekitar lingkar maiyah kurun setahun ini. Tidak ada ke Ge-er-an sama
sekali, namun mentawajjuhi ilmu yang
seolah-olah Jibril Alaihissalam memaksa kami untuk mempelajarinya sehingga mata
kami tidak lagi buta untuk melihat, telinga kami tidak lagi tuli dari kebisingan dunia, dan hati kami tumbuh mengkar kuat atas
Tauhid, tumbuh dan menjulang tinggi merambai angkasa merindukan Arsy asal
mi'roj Sang Kekasih Muhammad.
Kami dipertemukan dengan kasus 1,5t, dimana
Mbah Nun dibenturkan dengan ormas besar yang mereka adalah saudara-saudara kami
juga, hingga mbah Nun mengucapkan justru
di acara ormas tersebut;
"Aku iki mung sandal jepitmu..."
Kami di kagetkan pula dengan Gerbang, kami dikejutkan lagi dengan gagasan Pigam Maiyah, 10 Tetes luar
biasa, Pengepungan Borobudur,
Bertandangnya Mbah Nun ke Kemenag, berhentinya Daur disimpan lima sebelum
akhir, Amalan yang disematkan di Padang Bulan dengan metode yang belum pernah
ada satu thoriqohpun di dunia menerapkannya, Wafatnya maestro seruling Pak Is, Tauhid Penghidupan bahwa Allah adalah
pusat pangkal maiyah dan 18 butir di dalamnya, hingga isu akan dilaporkan Mbah
Nun atas tuduhan anti-china untuk di penjarakan dan sebagainya. Terus bergulung-gulung seperti ombak besar,
yang merobek daging dan jiwa dikali seribu dibagi menjadi tiap lima bagian,
dijadikan satu. Semua itu seperti amtsal ayat-ayat kauniyah untuk menghantarkan
kami menuju SATU RESOLUSI.
Resolusi bukan hanya sebuah target atau
kulit luar dari keteguhan niat, Resolusi
sebagaimana Om Zen tuturkan adalah;
"Lompatan Besar yang akan mempengaruhi seluruh kehidupanmu"
Dan cahaya adalah apa yang akan kami
ikhtiarkan agar semoga mampu selaras dengan maiyah itu sendiri. Namun apakah
mudah menerapkan ilmu-ilmu maiyah?
"Meskipun Maiyah adalah mataair yang dicurahkan dari langit ke suatu titik di tanah Indonesia, tetapi ia diperuntukkan hanya bagi hamba-hamba yang di dalam dirinya terdapat jiwa yang segelombang dengan amr dan irodah Maha Ruh sumber mataair itu, melalui garis syafaat kekasih-Nya Muhammad saw." (tetes 1)
Dan di sinilah susunan tulisan ini
dicukupkan tidak lain adalah perwujudan ibadah dari Lingkar Gagang Poci Maiyah.
Dengan harapan bahwa Allah meridloi siapapun yang mengkajinya dirizkikan ilmu
dan kesadaran untuk mengikis kerak zujajah di hatinya, agar cahaya yang semakin
berkobar di dalam misbah yang ia semayamkan, mampu bersinar menjulang kelangit.
Berkumpul dengan milyaran sinar yang serupa mencahayai kathulistiwa.
***
Tetes (06 April 2018)
Kaum berselimut
"Kaum muslimin adalah orang-orang berselimut, mudatsirun. Orang-orang yang hidupnya diselimuti oleh berbagai kekuatan tak bismi rabbi dari luar dan dari dalam diri mereka sendiri. Selimut itu membuat tubuh mereka terbungkus dan tak leluasa, membuat kaki dan tangan mereka sukar bergerak, serta membuat hidung mereka tak bisa bernapas dengan mereka.Kepada manusia dalam keadaan berselimut itulah Allah berfiman Qum!. Berdirilah. Mandirilah. Lepaskan diri dari segala ketergantungan dan ketertindihan. Untuk tiba ke tahap mandiri, seseorang harus keluar terlebih dahulu dari selimut. Ia tak akan bisa berdiri sendiri bila terus saja membiarkan diri terbungkus kaki tangannya serta terbungkam mulutnya."
-Liga PM