Sabtu, 23 Juni 2018

Turah “Bungah Kepanggih” Turah

 Oleh : Mohamad Ilmi Alhakim

“Lebaran telah selesai, halal bihalal sudah berakhir, begitupun pesan whatsapp "Ketika tangan tak sanggup berjabat, raga tak mampu bertemu…" dengan sendirinya menghilang ditelan pesan janjian kondangan. Namun satu yang sulit untuk diakhiri, apakah itu? Jajan wafer khas lebaran.” 

Bisa jadi kehadiranku yang larut malam di acara Bungah Kepanggih hanya ngebek-ngebeki jajanan yang sudah dibawa para jamaah Poci Maiyah sebelumnya. Karena aku sadar betul ketikahari biasa, rasa dan aromanya begitu menggugah dan sangat nikmat. Entah mengapa malam itu benar-benar tidak bernafsu untuk makan jajan, bahkan membukanya pun enggan.

Setelah acara berakhir, seperti biasa para pegiat membersihkan tempat. Benar-benar diluar dugaan, tidak ada satupun jajan yang habis, semuanya memberikan sisa. Mulai dari nastar, kastangel, biskuit, roti kering, kacang kulit, kripik kacang, rengginang, kembang goyang, antor glopot dan pilus kletuk yang jumlahnya (jika ditotal) setara dengan satu kardus mie instant.

Atas dasar itulah, sebagai tim rewo-rewo diriku tidak tinggal diam, sebagai catatan untuk tahun berikutnya agar semua jajanan bisa habis tanpa menyisakan sedikutpun remukan.

Pertama, jajanan sekelas wafer dan astor harus dihidangkan pada kloter pertama. Tujuannya, hal yang mengandung cokelat dan keju lebih mudah 'menyerang. insulin, sehingga lebih cepat merasa lapar. Toh sedulur Poci Maiyah jarang makan keju dan colkat pasti mereka nggragas.

Kedua, setelah hidangan pembuka tadi, masuk kloter kedua. Jajanan kategori menengah seperti nastar dan biskuit harus dihadirkan setelah yang manig-manis. Tujuannya sederhana, supaya seret dan minumnya banyak.

Ketiga, karena banyak minum, maka harus ada kletikan. Maka sebagai akhiran camilan kelas keripik, antor, rengginang, dan jajan-jajan rakyat dikeluarkan. Wong makin malam, pembahasan makin hangat, maka teman kopi paling sempurna selain rokok adalah jajan yang alot alot, di dalamnya terdapat filosofi bahwa rasa bukan yang utama, sing penting nguntal.