Sabtu, 18 Agustus 2018

HANYA DURMAD YANG MERDEKA

Seringkali saya meraba anak didik saya perihal kejujuran. Terkait itu, kemarin saya memasuki kelas sebelum duduk di kursi paling depan denga nada yang sengaja saya setting sedikit menggerung menyampaikan


"Silahkan yang membawa handphone dikumpulkan di meja, sebelum nanti saya sendiri yang menggeledah tas kalian.."

Seketika hampir semua anak seakan berlomba menjadi yang tercepat menaruh handphone di meja depan.

Niatan awal saya ingin menekankan betapa pentingnya kejujuran, sebagai usaha agar kelak hal tersebut menjadi prinsip yang terpatri dalam diri mereka untuk mengarungi hidup yang saat ini sungguh luar biasa kerasnya, tapi malah fokus saya teralihkan pada salah satu dari banyaknya handphone yang tergeletak diatas meja. 

"Ini handphone siapa?"


Tanya saya kepada mereka.

" Hp Durmad pak!


Jawab mereka serentak, seraya menertawakan handphone yang saat itu saya angkat tinggi-tinggi.

"Durmad, apa alasan kamu mengubah handphone sedemikian rupa?" 


Tanya saya kepada pemilik handphone istimewa itu.

"Saya hanya penasaran pak, bagaimana handphone saya bisa mengeluarkan suara lebih kencang tanpa harus menggunakan colokan kabel yang terhubung ke salon, jadi lebih praktis, alhasil begitulah sekarang rupa handphone saya.


Huawahahahaha, saut tawa temen temenya serentak


"Sebentar... Sebentar.. tolong tenang dulu anak anak. Kalian saat ini mungkin mengganggapnya lucu, menertawakan dengan nada "ngece". Tapi menurut saya, justru orang-orang seperti Durmad inilah yang jauh lebih siap menghadapi hidup, sebab dia mampu memenuhi kebutuhannya dengan mengkeratifi apa yang jadi miliknya, dia mampu menghasilkan solusi dari apa yang menjadi masalahnya. Dan asal kalian tahu, Durmad adalah anak yang benar-benar merdeka, berdaulat atas dirinya atas kebutuhan-kebutuhannya tanpa harus malu dengan yang disebut wagu, katrok, ndeso, atau ketinggalan jaman bahkan yang lebih ekstrim diejek oleh kalian semua. Sekali lagi, Durmad lah yang benar-benar merdeka."

Prok...prok.. prok... Prok..prok.. tanpa komando terdengar suara tepuk tangan sebagai wujud Persembahan untuk Durmad.


"Silahkan ambil kembali hape kalian, kita masuk materi selanjutnya... " 


Ajakku kepada mereka, sekaligus menutup awalan sebelum pelajaran dimulai.


*Mufti Ali Akbar