Kamis, 23 Agustus 2018

Sepenggal Sajak untuk Bumi


Ketika aku bertanya tentang siapa aku?
Dan pertanyaanku bertambah di mana aku?
Apakah ini bumi?
Bumi ku tak seperti ini.
Bumiku bukan tanah yang tandus.
Bumi ku bukan tanah yang kering, bumiku bukan tanah yang kotor, bumiku bukan air yang keruh berbau busuk, bumiku bukan gunungan sampah.
Bumiku hamparan tanah pesawahan yang luas, bumiku adalah air yang jernih.
Namun di mana itu semua?
Ketika aku melihat bumi yang hanya sebuah gambar di secarik kertas, otakku seolah berontak kenapa jadi sesempit ini, di mana bumi ku yang dulu?
Indonesiaku, kenapa bumimu telanjang, Mata airmu seakan kehilangangan sungai, ikan-ikan tawar tak punya tempat untuk berenang, rumputmu pun kering lemas terkulai.


Kenapa aku mesti sedih, itu juga karena perbuatanku sendiri
Aku yang mencabut rumput yang hijau
Aku yang meracun tanamanku sendiri
Aku yang mencemari tanahku,
Aku juga yang membendung sungaiku dengan sampah, hingga banyak orang yang tenggelam karena aku
Aku yang menebang pohon sampai air tak lagi diserap pepohonan
Dan akulah yang mengakibatkan longsor agar semua orang mati terpendam hidup-hidup

Mestinya aku bangga karena aku berhasil merusak semuanya
Akulah teroris yang sesungguhny.
Aku lah terosis yang licik
Akulah teroris yang bersembunyi di semak-semak keacuhan.
Bukan mereka yang bisanya cuma mengembom saja
Mereka hanyalah orang bodoh yang kebablasan
Mereka hanya cari makan dengan cara konyol, dan akulah teroris yang sejati.


Tapi aku rindu bumi ku yang dulu
Bumi yang dikenal dengan tanah surga
Bukan tanah bencana yang memenuhi goresan tinta di sucinya buku harian Indonesia
Aku rindu zamrud khatulistiwa mu
Aku rindu nyanyian burung-burung itu, ku tatap langit menangis, ku dengar gelegar guntur penuh amarah.

Bumi... sajak ayumu tak terlihat lagi
Itu semua karena ulahku, kecerobohanku, keburukanku
Aku mohon bersoleklah kembali agar ayumu terlihat lagi
Gunung jangan kau marah padaku karena aku tak bisa lari dari ancaman Penciptamu
Aku tak bisa, aku tak mampu untuk lari dari pertanggung jawabanmu

Maafkan aku, aku bukan Tuhan yang bisa mengembalikanmu seperti sedia kala
Aku hanya makhluk kecil yang memakan dedaunan kering.
Aku hanya tikus kecil yang menikmati kotoran di selokan sendiri
Tapi aku ingin minta maaf, karena aku dunia hancur, karena aku tanah ini penuh dengan dosa, karena aku tuhan mengadzab bumiku.

Apakah aku lebih baik menusukan sebilah tombak kedadaku
Agar tak ada lagi pengrusak bumiku
Biarlah darah yang keluar, mengalir jatuh ke tanah sebagai penebus dosa-dosa ku yang telah mambantai habis seluruh bumimu


*Miftahul Aziz