Reportase Pagelaran Seni dan Ngaji Budaya Bersama Sabrang MDP
Oleh : Khairul Fahmi
Setelah belum lama ini mas sabrang hadir di tegal tepatnya
tanggal 11 dan 12 Maret 2019 kali ini beliau hadir kembali di sekitaran wilayah Tegal, yaitu brebes pada hari ini rabu 3 april 2019. Hari ini menjadi catatan tersendiri bagi sedulur-sedulur wilayah brebes yang telah disambangi Mas Sabrang kali ini pada acara Pagelaran Seni dan Ngaji Budaya IPNU
PAC Kecamatan Brebes.
Sore itu sekitar pukul 15.30 saya agak sedikit terlambat
mengikuti jalannya acara, sepertinya Gus Mahbub Zaki atau biasanya dikenal
dengan nama Mas Bobby sudah memulai sinau bareng dengan beberapa dulur dulur
IPNU dan pastinya ada dulur maiyah juga yang hadir disitu. Saya mulai duduk
mencari keseimbangan menulis kata demi kata yang disampaikan Mas bobby, beliau
menyampaikan ada seorang ilmuwan di eropa yang binatang ternaknya sakit kemudian ilmuwan ini berusaha menemukan obat binatang yang sakit, akan tetapi ia tidak bisa menemukan obatnya namun kini ilmuan tersebut dikenal sebagai penemu virus rabies. Lanjut
mas bobby menyampaikan Tuhan mengajarkan kepada kita mekanisme mekanisme yang
kita tidak tahu.
Berbicara soal kebudayaan bagaimana kita mengenal banyak jalan
supaya kita tidak pernah merasa sombong pada diri kita. Mas bobby menyampaikan ada dua Maqolah yang pertama tamu
dengan tuan rumah itu seperti mayit. "Jadi
mas sabrang ini kan diajak oleh saya (mas bobby) jadi musti nurut kan mayit, moso mayit bisa obah yen obah medeni bocah". "nanti nyanyi se album ya mas
sabrang.' celetuk mas bobby, jamaah pun tertawa. Dan juga tak lupa maqolah kedua
yaitu tamu dengan tuan rumah itu seperti raja, jadi apa yang diminta raja harus
nurut. Kemudian mas bobby melanjutkan arah diskusi ini tentang budaya. Dengan
kita belajar budaya kita sedang di ajarin kita menempatkan posisi diri kita di
posisi apapun. Kalau semua memahami posisi aturan main masing masing tidak akan
ada orang yang menghina. Setelah mas bobby, diskusi dilanjutkan ke Mas Muhaemin
yang turut membersamai juga, beliau mantan ketua PW IPNU Jawa Tengah, tetapi
beliau tidak mau berkata banyak katanya karena yang ditunggu tunggu adalah mas
sabrang, jamaah pun bersorak "iya iya iya." Akhirnya diskusi itu berlanjut, kini
giliran Mas Sabrang melanjutkan suasana yang sudah terbangun sebelumnya oleh
mas bobby. Mas Sabrang menyampaikan "jadi tamu itu seperti mayit tapi juga raja, jadi dalam kebersamaan ini ada bagi tugas, saya yang raja mas bobbi yang
mayit, tapi kok mayit mintane macem-macem minta nyanyi satu album...sebagian
jamaah mungkin bergumam dalam hati iso ya mikir begitu mas sabrang. Lanjut mas
sabrang menyampaikan atau ternyata aku yang salah sangka bahwa aku mayit dan
mas bobby raja, tapi ada untungnya juga aku karena mayyit itu tidak bisa nyanyi".
Selaras dengan tema hari ini Mas sabrang sedikit mengulas
tentang Budaya dengan tradisi bedanya itu apa? Tradisi suatu kebiasaan yang
diturunkan garisnya vertikal. Tradisi sifatnya tidak berkembang. Isya 4 rakaat
tidak berkembang jadi 5 rakaat. Beda dengan budaya, budaya itu sesuatu yang
berkembang dari sebuah generasi, karena semakin banyak orang yang melakukan.
Kemudian mas sabrang membahas sedikit tentang budaya politik, temen temen
membangun budaya baru dalam politik. Beliau sedikit menceritakan tentang
aplikasi android pantau bersama dengan tujuan agar generasi ini membangun
budaya baru dalam memilih pemimpin, ini bisa berjalan karena ada pijakan yaitu
budaya digital, sehingga semoga bisa memilih berdasarkan gagasan bukan
emosional karena kalau serangan fajar yang dipilih yang paling besar (duitnya) berarti
yang dicari kepandaian mencari duit. Kemudian tentang politik mas sabrang
menyampaikan bahwa Politik itu seperti anda naik bus, tau supirnya atau tidak. Lanjut Mas Sabrang "kita biasanya mengikuti apanya?' "tujuannya" sontak jamaah. Kebanyakan dari kita saat ini memilih bukan tujuannya, melainkan sosok sopirnya, maka dari itu dengan aplikasi pantau bersama kita mungkin bisa menelisik tujuan daripada sopir-sopir
tersebut. Juga sedikit tentang bahasan apa itu demokrasi, demokrasi itu pilihan terbaik perpindahan kekuasaan yang memungkinkan tidak adanya pertumpahan darah, namun kalau tetap ada pertumpahan darah maka percuma saja menggunakan sistem demokrasi.
Diskusi ini sepertinya sangat menggelora karena seusai
mas bobby dan mas sabrang menyampaikan
pengantarnya jamaah bersemangat untuk bertanya. Pertanyaan pertama dari mas zaki yang bertanya tentang diri yang
sejati itu apa? Apakah pangkat jabatan status sosial apakah diri yang sejati Bagaimana menemukan diri yang sejati? Mas Sabrang merespon pertanyaan ini dengan santai "Coba tidak usah jati diri dulu. Yang kamu anggap diri yang itu mana? Contoh kalau anda dicubit
tangannya yang sakit yang mana?". Lanjut mas sabrang menjelaskan kita ini bisa menjadi manusia
dipinjamkan oleh bapak dan ibu, kemudian menjadi nutfah kemudian dikasih makan
ibu dan menjadi bayi. Dari bayi menjadi besar kamu ngumpulin dari makanan yang
kamu makan. Bisa dikatakan kita mengumpulkan dari sekitarmu. Kemudian pikiran kita ini sebenernya dari mana? dari
teman-teman, dari guru atau dari apa saja yang sebenarnya, apalagi pejabat, jabatan itu ciptaan manusia. Coba kita
mundur 300 tahun yang lalu, camat itu tidak ada, jadi camat atau jabatan itu bukan diri yang sejati, karena itu adalah ciptaan manusia. Cara mencari hal yang tidak pada
diri adalah alienasi dan itu menjadi proses yang panjang untuk menidakkan diri.
Salah satu jamaah dari ketanggungan mas fadholi akbar juga
bertanya di musim-musim yang serba ruwet ini, kita sebagai generasi agamis
harus memandang situasi politik ini secara syariat apa adat dulu?
Mas sabrang mengawali respon pertanyaan itu dengan
menceritakan 3 jalan di malioboro. Pas menyebutkan jalan yang pertama saya
sedang meleng sehingga tidak sempurna terdengar malioboro. Tapi untuk yang
kedua dan ketiga terekam dengan bagus yaitu menjadi kisahnya malioboro menjadi
wali yang mengembara mencari kebaikan akhirnya menjadi margo mulyo. Dan yang
ketiga adalah langkah terakhir malioboro menjadi panuraan itu artinya
menidakkan semuanya kemudian menemukan yang sejati akhirnya malionor baru masuk
keraton. Lanjut tentang respon pertanyaan yang masih sama Orang hidup itu hanya
ada dua yaitu Mati dan Kesempatan punya petualangan sebelum mati. Setelah ini
ada sesuatu pemahaman mas sabrang yang menarik tentang demokrasi bahwa
Demokrasi itu mengambil dari agama karena dalam demokrasi satu orang dihargai
sebagai makhluk suci, karena satu orang kaya dan miskin satu suara dan hanya
agama yang punya konsep kesucian pemahaman ini sepertinya baru saya dengar
juga. Lanjut mas sabrang Ketika kita melaksanakan proses demokrasi yang
dihargai adalah kesucian anda sebagai makhluk tuhan. Dan untuk demokrasi ini
anda memilih bukan untuk siapa siapa kecuali untuk seluruh manusia indonesia.
Anda harus pandai pandai klo adatnya pada skala itu maka
syariatnya pada skala itu. Pertanyaan ketiga jamaah pun muncul kali ini ada Mba
Hesti yang mengungkapkan berbicara tentang mayyit, pernah ga mas sabrang merasa
dirinya sendiri kaya mayyit?terus merasa kita ga berguna banget jauh dari
tuhan..bagaimana caranya mas agar kita bermanfaat? Respon mas sabrang tentang
pertanyaan ini kenapa kita merasa tidak bermanfaat? Mungkin salah definisi
terhadap lingkar lingkar. Ada dua hal yang sangat penting dalam hidup dan
terbatas satu waktu dan dua perhatian. Menggunakan waktu seakurat mungkin
perhatian seakurat mungkin. Tentang lingkar yang mas sabrang sampaikan adalah
satu ada lingkar pengaruh dua lingkar perhatian. Anda pernah naik motor? Klo
anda nyetir berarti motor dalam lingkar pengaruh anda. Untuk yang dibonceng
adalah lingkar peduli. Tidak bisa mempengaruhi hanya peduli. kemudian yang
ketiga adalah Lingkar perhatian adalah yang tidak naik motor, kita hanya bisa
melihat dari jauh. Sebaiknya ukuran untuk lingkar tersebut 80 persen kita
habiskan pada yang pengaruh, 15 persen pada lingkar peduli dan yang 5 persen
pada lingkar perhatian. Klo semua kita habiskan di lingkar perhatian kita bisa
stress. Semakin tinggi jabatan lingkar pengaruhnya semakin lebar. Klo kita tau
dilingkar mana kita akan mampu mengontrol diri. Kita tidak akan ingin yang
tidak tidak. Orang yang pandai adalah orang yang belajar dari pengalaman. Orang
jenius adalah orang yang belajar dari pengalaman orang lain. Seloroh mas
sabrang menutup respon pertanyaan Mba Hesti.
Mas bobbi menambahkan respon untuk oertanyaan mas fadholi,
beliau bercerita tentang adanya lampu lalin untuk mengatur lalu lintas dan
adanya polisi untuk mengayomi. Kalau malam hari ketika lampu itu merah dan ga
ada polisi kira kira kamu gimana? Trabas seloroh jamaah. Mas bobbi menyahut
tidak beradab. Jamaah tertawa renyah. Lanjut mas bobby Orang beradab itu
berhenti dan menjelaskan bahwa syariat itu mengatur dan adab nya didiri kita.
Mas bobbi juga menyampaikan kita tahu bawang merah, klo kita ungkap siungnya
dibuka isinya bawang dibuka lagi bawang
dibuka lagi bawang. Kita itu hidup sesuai dengan apa yang skenariokan oleh
Allah. Hanya satu yang saya rencanakan selainnya diluar rencana saya. Seperti
acara hari ini hanya satu yang saya siapkan yaitu hadir disini kemudian
berlangsungnya diskusi ini adalah skenario Allah. Mas bobbi juga menambahkan
respon tentang oertanyaan mba hesti Ketika anda merasa tidak bermanfaat berarti
anda sedang bermanfaat. Ketika anda merasa bermanfaat maka anda sedang muncul
dirinya dan itu berbahaya.
Mas bobbi mengutip perkataan Imam Suhail ada Orang berakal
tapi dianggap gila yaitu Orang sedang marah, Orang jomblo dan Orang lagi tidur.
Mas bobby berkelakar lagi Ketika jomblo tau menikah itu kebaikan terus ga nikah
nikah maka orang gila. Dilanjut mas bobby mengutip perkataan Imam musa addilah
bahwa orang berakal tapi gila adalah Orang yang ngacengan Jamaah tertawa
semua....
Respon mas bobbi untuk pertanyaan mba hesti diakhiri dengan
kalimat Ketika anda terlalu merenungi hidup anda disaat itulah kepedihan akan
menghinggapi anda.
Mas Sabrang sebelum mengakhiri diskusi term pertama ini
melanjutkan bahasan tentang lampu merah bahwa orang yang melanggar lampu merah
malam hari itu juga beradab. Kalau misalnya berpikir bahwa saya berhenti
bensinnya berjalan dan asapnya keluar terus dan kemudian ada asap. mengotori
dunia. Maukah kamu berkorban tidak mengotori dunia? jadi melanggar demi
berjuang tidak mengotori dunia. Mas bobby merespon bisa memikirkan sedetail itu.
Masih melanjutkan diakusi Mas bobbi menceritakan kisah
ketika Pak jusuf kalla mau datang ke suatu tempat dan semua jalan ditutup.
Kemudian ada sirine bunyi dan jalan ditutup sangat rapat, ternyata ada anak
kecil naik motor mio ada sirinenya dan langsung di stop polisi kenapa kamu naik
motor?kan ga ada SIM nya. kan bisa naik motor pak soalnya nembak SIM ga bisa
jawab si anak dengan polosnya. Yang menarik adalag ernyataan si anak yang
terakhir saya ini menjalankan perintah yang lebih penting pak polisi, apa itu?
Menjalankan perintah ibu berangkat les. Hahaha bener juga ya seloroh jamaah di
dalam hatinya mungkin. Mas bobbi mengakhiri nya dengan kata kata Puncak dari
hukum adalah kebijaksanaan.
Setelah itu diskusi lanjut ke pertanyaan lagi yaitu ada
Akhmad Yusuf dari tanjung yang memborong 3 pertanyaan secara beruntun antara
lain Apakah kebudayaan itu dapat
mengalami kemunduran?sedangkan terminologi budaya itu sesuatu yang dibangun
oleh akal dan budi. Trus dilanjut pertanyaan Apakah kebudayaan memiliki aksiologi
yang berbenturan dengan norma dan agama? Dan Lebih dahulu mana antara
kebudayaan dari adanya manusia dengan realitas agama? Juga Pertanyan yang lain
datang dari Mas Zani, mas Zani bertanya konsep doa dan dosa
Kita tahu tuhan disembah atau tidak disembah tidak
berpengaruh?
Kita melakukan ibadah kepada tuhan karena moralitas? Mas
sabrang merespon pertanyaan ini dengan sebuah pertanyaan
Kita harus setuju dulu ini menuju mana?kita harus setuju
pada output budaya. Mas Sabrang menjelaskan memakai sosmed itu pakai algoritma
yang bisa membaca apa yang sering kamu buka diinternet ? Dan itu akan
menghasilkan filter babelisme. Nah itu budaya yang membuat kemunduran. Budaya
tidak pernah lahir dengan sendirinya. Dengan teknologi lahir budaya baru.
Misalnya disini kita pengin menuju lebih bebas. Kebebasan adalah puncaknya di
eropa. Malah sekarang di eropa pengin ada aturan agar tidak bebas.
Merespon pertanyaan Apakah budaya bisa berbenturan dengan
agama?
Mas Sabrang menyampaikan, sepemahaman saya moralitas datang
dari konvensi pemikiran manusia atau datang dari biologi?Ada percobaan yang
menunjukkan itu lahir dr biologi. Ada percobaan tikus besar dan tikus kecil
maka yang besar bergulat dan menang. Kemudian kalau yang kecil kalah terus lama
lama tidak akan main. Akhirnya si tikus yang besar hanya mengeluarkan 30 persen
kekuatannya agar si tikus kecil mau bermain. Moralitas tikus saja bisa
terbentuk dengan sangat bagus. Lanjut mas sabrang masih merespon pertanyaan
Apakah akan ada berbenturan agama dan budaya?
Apa itu agama? Kalau kita pusing dengan agama itu adalah
dogma yang baik untuk menerima kehidupan yang baik dimasa datang tapi kita
terkadang belum percaya sehingga perlu pendalaman tentang itu melalui budaya,
tapi ujung ujungnya pasti akan agama. Kalau ada dua pilihan apa yang kita
pilih? Biasanya kita memilih apa yang menguntungkan kita, Tapi agama menyuruh
memilih kepada yang jujur nya. Budaya akan membuat manusia dewaaa cukup
mengerti tentang agama karena urusan percaya tidak bisa pakai akal. Pada skala
yang lebih besar budaya akan nempel pada akal. Agama itu memberi peta jalan
agar kita lebih nyaman di masa depan. Kita yang sekarang akan dihakimi oleh
kita yang masa depan. Daripada kita dihakimi masa depan maka agama digunakan
agar lebih mantap dimasa depan.
Kemudian masih ada pertanyaan dari kang Gusdur tentang
pantau bersama? Mas sabrang merespon dengan Tidak semua orang yang mempunyai
kesempatan mengikuti isu politik setiap hari.
Pantau bersama ini Menemui TKN dan BPN untuk menjawab
pertanyaan secara langsung agar tadi informasi tujuan yang akan dituju lebih
presisi. Karena waktu sudah menunjukkan 17.00 diskusi yang masih hangat ini
harus diakhiri seperti biasa 2 nomor miliknya letto di bawakan oleh Mas Sabrang
Ruang Rindu dan Sebelum Cahaya menutup kemesraan kita pada sore hari ini.
Sampai berjumpa kembali Mas Sabrang disuasana yang semakin syahdu membawa
kebudayaan yang merasuk kedalam relung jiwa menuju peniadaan diri yang bersih
tanpa pamrih.