Rabu, 03 April 2019

Harmoni Budaya dan Agama


Reportase Pagelaran Seni dan Ngaji Budaya Bersama Sabrang MDP
Oleh : Khairul Fahmi

Setelah belum lama ini mas sabrang hadir di tegal tepatnya tanggal 11 dan 12 Maret 2019 kali ini beliau hadir kembali di sekitaran wilayah Tegal, yaitu brebes pada hari ini rabu 3 april 2019. Hari ini menjadi catatan tersendiri bagi sedulur-sedulur wilayah brebes yang telah disambangi Mas Sabrang kali ini pada acara Pagelaran Seni dan Ngaji Budaya IPNU PAC Kecamatan Brebes.

Sore itu sekitar pukul 15.30 saya agak sedikit terlambat mengikuti jalannya acara, sepertinya Gus Mahbub Zaki atau biasanya dikenal dengan nama Mas Bobby sudah memulai sinau bareng dengan beberapa dulur dulur IPNU dan pastinya ada dulur maiyah juga yang hadir disitu. Saya mulai duduk mencari keseimbangan menulis kata demi kata yang disampaikan Mas bobby, beliau menyampaikan ada seorang ilmuwan di eropa yang binatang ternaknya sakit kemudian ilmuwan ini berusaha menemukan obat binatang yang sakit, akan tetapi ia tidak bisa menemukan obatnya namun kini ilmuan tersebut dikenal sebagai penemu virus rabies. Lanjut mas bobby menyampaikan Tuhan mengajarkan kepada kita mekanisme mekanisme yang kita tidak tahu. 

Berbicara soal kebudayaan bagaimana kita mengenal banyak jalan supaya kita tidak pernah merasa sombong pada diri kita. Mas bobby menyampaikan ada dua Maqolah yang pertama tamu dengan tuan rumah itu seperti mayit. "Jadi mas sabrang ini kan diajak oleh saya (mas bobby) jadi musti nurut kan mayit, moso mayit bisa obah yen obah medeni bocah". "nanti nyanyi se album ya mas sabrang.' celetuk mas bobby, jamaah pun tertawa. Dan juga tak lupa maqolah kedua yaitu tamu dengan tuan rumah itu seperti raja, jadi apa yang diminta raja harus nurut. Kemudian mas bobby melanjutkan arah diskusi ini tentang budaya. Dengan kita belajar budaya kita sedang di ajarin kita menempatkan posisi diri kita di posisi apapun. Kalau semua memahami posisi aturan main masing masing tidak akan ada orang yang menghina. Setelah mas bobby, diskusi dilanjutkan ke Mas Muhaemin yang turut membersamai juga, beliau mantan ketua PW IPNU Jawa Tengah, tetapi beliau tidak mau berkata banyak katanya karena yang ditunggu tunggu adalah mas sabrang, jamaah pun bersorak "iya iya iya." Akhirnya diskusi itu berlanjut, kini giliran Mas Sabrang melanjutkan suasana yang sudah terbangun sebelumnya oleh mas bobby. Mas Sabrang menyampaikan "jadi tamu itu seperti mayit tapi juga raja, jadi dalam kebersamaan ini ada bagi tugas, saya yang raja mas bobbi yang mayit, tapi kok mayit mintane macem-macem minta nyanyi satu album...sebagian jamaah mungkin bergumam dalam hati iso ya mikir begitu mas sabrang. Lanjut mas sabrang menyampaikan atau ternyata aku yang salah sangka bahwa aku mayit dan mas bobby raja, tapi ada untungnya juga aku karena mayyit itu tidak bisa nyanyi".

Selaras dengan tema hari ini Mas sabrang sedikit mengulas tentang Budaya dengan tradisi bedanya itu apa? Tradisi suatu kebiasaan yang diturunkan garisnya vertikal. Tradisi sifatnya tidak berkembang. Isya 4 rakaat tidak berkembang jadi 5 rakaat. Beda dengan budaya, budaya itu sesuatu yang berkembang dari sebuah generasi, karena semakin banyak orang yang melakukan. Kemudian mas sabrang membahas sedikit tentang budaya politik, temen temen membangun budaya baru dalam politik. Beliau sedikit menceritakan tentang aplikasi android pantau bersama dengan tujuan agar generasi ini membangun budaya baru dalam memilih pemimpin, ini bisa berjalan karena ada pijakan yaitu budaya digital, sehingga semoga bisa memilih berdasarkan gagasan bukan emosional karena kalau serangan fajar yang dipilih yang paling besar (duitnya) berarti yang dicari kepandaian mencari duit. Kemudian tentang politik mas sabrang menyampaikan bahwa Politik itu seperti anda  naik bus, tau supirnya atau tidak. Lanjut Mas Sabrang "kita biasanya mengikuti apanya?' "tujuannya" sontak jamaah. Kebanyakan dari kita saat ini memilih bukan tujuannya, melainkan sosok sopirnya, maka dari itu dengan aplikasi pantau bersama kita mungkin bisa menelisik tujuan daripada sopir-sopir tersebut. Juga sedikit tentang bahasan apa itu demokrasi, demokrasi itu pilihan terbaik perpindahan kekuasaan yang memungkinkan tidak adanya pertumpahan darah, namun kalau tetap ada pertumpahan darah maka percuma saja menggunakan sistem demokrasi. 

Diskusi ini sepertinya sangat menggelora karena seusai mas bobby dan mas sabrang menyampaikan pengantarnya jamaah bersemangat untuk bertanya. Pertanyaan pertama dari mas zaki yang bertanya tentang diri yang sejati itu apa? Apakah pangkat jabatan status sosial apakah diri yang sejati Bagaimana menemukan diri yang sejati? Mas Sabrang merespon pertanyaan ini dengan santai "Coba tidak usah jati diri dulu. Yang kamu anggap diri yang itu mana? Contoh kalau anda dicubit tangannya yang sakit yang mana?". Lanjut mas sabrang menjelaskan kita ini bisa menjadi manusia dipinjamkan oleh bapak dan ibu, kemudian menjadi nutfah kemudian dikasih makan ibu dan menjadi bayi. Dari bayi menjadi besar kamu ngumpulin dari makanan yang kamu makan. Bisa dikatakan kita mengumpulkan dari sekitarmu. Kemudian pikiran kita ini sebenernya dari mana? dari teman-teman, dari guru atau dari apa saja yang sebenarnya, apalagi pejabat, jabatan itu ciptaan manusia. Coba kita mundur 300 tahun yang lalu, camat itu tidak ada, jadi camat atau jabatan itu bukan diri yang sejati, karena itu adalah ciptaan manusia. Cara mencari hal yang tidak pada diri adalah alienasi dan itu menjadi proses yang panjang untuk menidakkan diri.

Salah satu jamaah dari ketanggungan mas fadholi akbar juga bertanya di musim-musim yang serba ruwet ini, kita sebagai generasi agamis harus memandang situasi politik ini secara syariat apa adat dulu?
Mas sabrang mengawali respon pertanyaan itu dengan menceritakan 3 jalan di malioboro. Pas menyebutkan jalan yang pertama saya sedang meleng sehingga tidak sempurna terdengar malioboro. Tapi untuk yang kedua dan ketiga terekam dengan bagus yaitu menjadi kisahnya malioboro menjadi wali yang mengembara mencari kebaikan akhirnya menjadi margo mulyo. Dan yang ketiga adalah langkah terakhir malioboro menjadi panuraan itu artinya menidakkan semuanya kemudian menemukan yang sejati akhirnya malionor baru masuk keraton. Lanjut tentang respon pertanyaan yang masih sama Orang hidup itu hanya ada dua yaitu Mati dan Kesempatan punya petualangan sebelum mati. Setelah ini ada sesuatu pemahaman mas sabrang yang menarik tentang demokrasi bahwa Demokrasi itu mengambil dari agama karena dalam demokrasi satu orang dihargai sebagai makhluk suci, karena satu orang kaya dan miskin satu suara dan hanya agama yang punya konsep kesucian pemahaman ini sepertinya baru saya dengar juga. Lanjut mas sabrang Ketika kita melaksanakan proses demokrasi yang dihargai adalah kesucian anda sebagai makhluk tuhan. Dan untuk demokrasi ini anda memilih bukan untuk siapa siapa kecuali untuk seluruh manusia indonesia.
Anda harus pandai pandai klo adatnya pada skala itu maka syariatnya pada skala itu. Pertanyaan ketiga jamaah pun muncul kali ini ada Mba Hesti yang mengungkapkan berbicara tentang mayyit, pernah ga mas sabrang merasa dirinya sendiri kaya mayyit?terus merasa kita ga berguna banget jauh dari tuhan..bagaimana caranya mas agar kita bermanfaat? Respon mas sabrang tentang pertanyaan ini kenapa kita merasa tidak bermanfaat? Mungkin salah definisi terhadap lingkar lingkar. Ada dua hal yang sangat penting dalam hidup dan terbatas satu waktu dan dua perhatian. Menggunakan waktu seakurat mungkin perhatian seakurat mungkin. Tentang lingkar yang mas sabrang sampaikan adalah satu ada lingkar pengaruh dua lingkar perhatian. Anda pernah naik motor? Klo anda nyetir berarti motor dalam lingkar pengaruh anda. Untuk yang dibonceng adalah lingkar peduli. Tidak bisa mempengaruhi hanya peduli. kemudian yang ketiga adalah Lingkar perhatian adalah yang tidak naik motor, kita hanya bisa melihat dari jauh. Sebaiknya ukuran untuk lingkar tersebut 80 persen kita habiskan pada yang pengaruh, 15 persen pada lingkar peduli dan yang 5 persen pada lingkar perhatian. Klo semua kita habiskan di lingkar perhatian kita bisa stress. Semakin tinggi jabatan lingkar pengaruhnya semakin lebar. Klo kita tau dilingkar mana kita akan mampu mengontrol diri. Kita tidak akan ingin yang tidak tidak. Orang yang pandai adalah orang yang belajar dari pengalaman. Orang jenius adalah orang yang belajar dari pengalaman orang lain. Seloroh mas sabrang menutup respon pertanyaan Mba Hesti.

Mas bobbi menambahkan respon untuk oertanyaan mas fadholi, beliau bercerita tentang adanya lampu lalin untuk mengatur lalu lintas dan adanya polisi untuk mengayomi. Kalau malam hari ketika lampu itu merah dan ga ada polisi kira kira kamu gimana? Trabas seloroh jamaah. Mas bobbi menyahut tidak beradab. Jamaah tertawa renyah. Lanjut mas bobby Orang beradab itu berhenti dan menjelaskan bahwa syariat itu mengatur dan adab nya didiri kita. Mas bobbi juga menyampaikan kita tahu bawang merah, klo kita ungkap siungnya dibuka isinya  bawang dibuka lagi bawang dibuka lagi bawang. Kita itu hidup sesuai dengan apa yang skenariokan oleh Allah. Hanya satu yang saya rencanakan selainnya diluar rencana saya. Seperti acara hari ini hanya satu yang saya siapkan yaitu hadir disini kemudian berlangsungnya diskusi ini adalah skenario Allah. Mas bobbi juga menambahkan respon tentang oertanyaan mba hesti Ketika anda merasa tidak bermanfaat berarti anda sedang bermanfaat. Ketika anda merasa bermanfaat maka anda sedang muncul dirinya dan itu berbahaya.
Mas bobbi mengutip perkataan Imam Suhail ada Orang berakal tapi dianggap gila yaitu Orang sedang marah, Orang jomblo dan Orang lagi tidur. Mas bobby berkelakar lagi Ketika jomblo tau menikah itu kebaikan terus ga nikah nikah maka orang gila. Dilanjut mas bobby mengutip perkataan Imam musa addilah bahwa orang berakal tapi gila adalah Orang yang ngacengan Jamaah tertawa semua....
Respon mas bobbi untuk pertanyaan mba hesti diakhiri dengan kalimat Ketika anda terlalu merenungi hidup anda disaat itulah kepedihan akan menghinggapi anda.

Mas Sabrang sebelum mengakhiri diskusi term pertama ini melanjutkan bahasan tentang lampu merah bahwa orang yang melanggar lampu merah malam hari itu juga beradab. Kalau misalnya berpikir bahwa saya berhenti bensinnya berjalan dan asapnya keluar terus dan kemudian ada asap. mengotori dunia. Maukah kamu berkorban tidak mengotori dunia? jadi melanggar demi berjuang tidak mengotori dunia. Mas bobby merespon bisa memikirkan sedetail itu.
Masih melanjutkan diakusi Mas bobbi menceritakan kisah ketika Pak jusuf kalla mau datang ke suatu tempat dan semua jalan ditutup. Kemudian ada sirine bunyi dan jalan ditutup sangat rapat, ternyata ada anak kecil naik motor mio ada sirinenya dan langsung di stop polisi kenapa kamu naik motor?kan ga ada SIM nya. kan bisa naik motor pak soalnya nembak SIM ga bisa jawab si anak dengan polosnya. Yang menarik adalag ernyataan si anak yang terakhir saya ini menjalankan perintah yang lebih penting pak polisi, apa itu? Menjalankan perintah ibu berangkat les. Hahaha bener juga ya seloroh jamaah di dalam hatinya mungkin. Mas bobbi mengakhiri nya dengan kata kata Puncak dari hukum adalah kebijaksanaan.

Setelah itu diskusi lanjut ke pertanyaan lagi yaitu ada Akhmad Yusuf dari tanjung yang memborong 3 pertanyaan secara beruntun antara lain  Apakah kebudayaan itu dapat mengalami kemunduran?sedangkan terminologi budaya itu sesuatu yang dibangun oleh akal dan budi. Trus dilanjut pertanyaan Apakah kebudayaan memiliki aksiologi yang berbenturan dengan norma dan agama? Dan Lebih dahulu mana antara kebudayaan dari adanya manusia dengan realitas agama? Juga Pertanyan yang lain datang dari Mas Zani, mas Zani bertanya konsep doa dan dosa
Kita tahu tuhan disembah atau tidak disembah tidak berpengaruh?
Kita melakukan ibadah kepada tuhan karena moralitas? Mas sabrang merespon pertanyaan ini dengan sebuah pertanyaan
Kita harus setuju dulu ini menuju mana?kita harus setuju pada output budaya. Mas Sabrang menjelaskan memakai sosmed itu pakai algoritma yang bisa membaca apa yang sering kamu buka diinternet ? Dan itu akan menghasilkan filter babelisme. Nah itu budaya yang membuat kemunduran. Budaya tidak pernah lahir dengan sendirinya. Dengan teknologi lahir budaya baru. Misalnya disini kita pengin menuju lebih bebas. Kebebasan adalah puncaknya di eropa. Malah sekarang di eropa pengin ada aturan agar tidak bebas.

Merespon pertanyaan Apakah budaya bisa berbenturan dengan agama?
Mas Sabrang menyampaikan, sepemahaman saya moralitas datang dari konvensi pemikiran manusia atau datang dari biologi?Ada percobaan yang menunjukkan itu lahir dr biologi. Ada percobaan tikus besar dan tikus kecil maka yang besar bergulat dan menang. Kemudian kalau yang kecil kalah terus lama lama tidak akan main. Akhirnya si tikus yang besar hanya mengeluarkan 30 persen kekuatannya agar si tikus kecil mau bermain. Moralitas tikus saja bisa terbentuk dengan sangat bagus. Lanjut mas sabrang masih merespon pertanyaan Apakah akan ada berbenturan agama dan budaya?
Apa itu agama? Kalau kita pusing dengan agama itu adalah dogma yang baik untuk menerima kehidupan yang baik dimasa datang tapi kita terkadang belum percaya sehingga perlu pendalaman tentang itu melalui budaya, tapi ujung ujungnya pasti akan agama. Kalau ada dua pilihan apa yang kita pilih? Biasanya kita memilih apa yang menguntungkan kita, Tapi agama menyuruh memilih kepada yang jujur nya. Budaya akan membuat manusia dewaaa cukup mengerti tentang agama karena urusan percaya tidak bisa pakai akal. Pada skala yang lebih besar budaya akan nempel pada akal. Agama itu memberi peta jalan agar kita lebih nyaman di masa depan. Kita yang sekarang akan dihakimi oleh kita yang masa depan. Daripada kita dihakimi masa depan maka agama digunakan agar lebih mantap dimasa depan.
Kemudian masih ada pertanyaan dari kang Gusdur tentang pantau bersama? Mas sabrang merespon dengan Tidak semua orang yang mempunyai kesempatan mengikuti isu politik setiap hari.
Pantau bersama ini Menemui TKN dan BPN untuk menjawab pertanyaan secara langsung agar tadi informasi tujuan yang akan dituju lebih presisi. Karena waktu sudah menunjukkan 17.00 diskusi yang masih hangat ini harus diakhiri seperti biasa 2 nomor miliknya letto di bawakan oleh Mas Sabrang Ruang Rindu dan Sebelum Cahaya menutup kemesraan kita pada sore hari ini. Sampai berjumpa kembali Mas Sabrang disuasana yang semakin syahdu membawa kebudayaan yang merasuk kedalam relung jiwa menuju peniadaan diri yang bersih tanpa pamrih.