Jumat, 31 Mei 2019

Puasa Itu ngAllah

Beberapa minggu lalu tepatnya tanggal 5 Mei 2019, gelaran Poci Maiyah mengusung tema “Welas”sebuah kata jawa yang sangat erat kaitanya dengan percintaan, seperti yang telah terlampir di mukodimah “di filosofijawa sendiri hitungan sewelas sampai songolas sangat erat kaitannya dengan weals asih (belas kasih) dimana pada masa itu, kita akan mengenal rasa cinta dan kasih terhadap seseorang, lawan jenis atau dikenal dengan masa remaja” dari kalimat ituterfikir dalam benakku betapa kaya khzanah pemikiran orang-orangjawasehingga mampu membaca perubahan sikap manusia hanya melalui usia, orang jawa memang memiliki pemaknaan sendiri terhadap semesta, bahkan aku selalu dibuat terkagum-kagum dengan pemikirannya,disetiap kata jawa memiliki filosofi tersembuyi yang terkadang sering kita ucapkan namun tak mengetahui arti sebenarnya yang sangat mendalam, tapi pada tulisan kali ini aku tidak akan membahas kembali kata welas karena kata itu sudah dibahas seminggu lalu saat maiyahandi GBN dan sudah banyak yang berpendapat dan menjelaskan tentang welas, aku lebih berfokus pada filosofi yang terkandung pada setiap kata jawa dan mencoba menelusuri kembali kata-kata jawaseperti halnya kata ngalah, terdengar tak asing ditelinga dan sangat akrab penggunaan kata ini di kehidupan masyarakat, secara umum masyarakat hanya tahu bahwa kata ngalah berarti mengalahatau sesuatu hal yang berhubungan dengan kekalahan, kegagalan, dan segala lawan kata dari kemenangan, tapi siapa tau kata ngalahmemiliki arti yang lebih luas dari sekedar kalah bahkan kata ini juga bisa mengungkapkan kemenangan sesungguhnya melebihi kata menang itu sendiri.

Habib Anis Sholeh Ba’asyin berkata bahwa kata ngalah dalam artian orang jawaberbeda dengan kata ngalah dalam pengertian masyarakat umum, ngalahyang sebenarnyaberasal dari kataAllahyang berimbuhan ngdi depannya yang berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah atau melakukan segala sesuatu yang menuju Allah, maka kata tersebut sebenarnya adalahngAllahdengan A besaruntuk menandakan Tuhan dan dua huruf l namun menjadi ngalah dengan satu huruf l dalam penggunaanya,ngAllahtidak hanya sekedar untuk mengungkapkan keadaan yang secara materi, ngAllah lebih mengungkapkan keadaan spritual yang mendalamdimana seseorang bisa menyatakan dirinya menang atau kalah tidak melalui parameter yang kasat mataseperti halnya kalah menang dalam perlombaan, liga sepakbola, game yang di hitung dengan seberapa banyak poit-poit yang diperoleh dalam pelaksanaanya, ngAllah lebih merujuk pada pengungkapan yang batin dan tidak sistematik menggunakan perhitungan angka,salah satu parameternya hanyalah seberapa kepasrahan dan keikhlasan seseorang dalam menjalani sesuatu, secara ringkas bisa diartikan seseorang bisa merasa mendapatkan kemenangan ketika dirinya telah berpasrah kepada Tuhan terhadap segala sesuatu yang terjadi padanya, jadi kemenangan yang dimaksudkan bukan dilihat dari hasil akhir suatu pekerjaan namun tentang bagaimana kita menjalani dan menikmati apa yang kita lakukan di situlah kemenangan yang sesungguhnya bisa kita rasakan.

Berhubungan dengan sekarang kita sedang memasuki bulan suci ramadhan, seringkali di televisi, koran, radio, ataupun bener-bener dan poster-poter yang menempel dijalanan, masjid, sekolahan , jalanan dan sebagainya, kerap kali kita menjumpai qoute “Menuju kemenangan di bulan ramadhan” tapi kemenangan seperti apa yang dimaksud? Apakah mereka yang fullberpuasa selama sebulan dan giat melakukan ibadah dan beramal siang malam selama ramadhan lalu mereka menghitung-hitung setiap pahalanyadari sekian banyak amalan yangtelah  ia kerjakan agar masuk sorga? Ataukah mereka yang melakukan segala amalan secara ikhlas dan pasrah kepada Tuhan meskipun sedikit? Dari kedua pertanyaan ini maka muncul pertanyaan baru “akankah mereka tetap mengerjakanamal ibadah, jika Tuhan tidak menciptakan sorga?”
“apakah mereka giat beribadah hanya karena ketakutan mereka terhadap neraka?”sedangkan Tuhan terang-terangan dalam firman-Nya
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat:56)
Banyak orang berkata “bukan seberapa banyak dirimu beramal melaikan seberapa ikhlas kamu beramal” jadi keikhlaslah yang paling utama dalam setiap amalan,niat lebih utama daripada amalnnya, karena seseorang yang beramal banyak tetapi tidak ikhlas berarti mereka terlalu mementingkan diri mereka sendiri dan egois untuk mendapatkan keuntungan disetiap amalannya, mereka tidak pernah merasakan kemenangan melaikan akan merasakan kekhawatiran untung rugi terhadap apa yang mereka lakukan, sehingga mereka tak pernah puas dan selalu was-was maka dari itu kita perlulah mengAllah dalam beramal, mengAllah di setiap keadaan, mengAllah terhadap takdir Tuhan.

Jika kita sudah ngAllah atau berpasrah kepada Allah berarti telah ikhlas terhadap apapunyang akan terjadi, baik dari seluruh amalan yang telah dikerjakan tak akan ada lagi kekhawatiran akan untung rugi, tetap menjalani ibadah karena cinta tanpa harus memikirkan pahala disetiap harinya, begitu pula dirimu akan merasakan kenikmatan beramal yang tanpa sepengetahuanmutelah kamu rasakan betapa nikmatnya keikhlasan dan rasa syukur terhadap yang telah Tuhan berikan, sorga seakan-akan telah engkau rasakan meskipun dirimu masih hidup didunia, jadi bukankah orang-orang yang ngAllah di bulan ramadhan adalah orang yang akan mendapatkan kemenangan?

Maka mengalahlah agar kalian menang!


*Rizki Eka Kurniawan