Sabtu, 14 September 2019

Mengarungi Samudra HIkmah

Terlihat terang hari ini dengan banyaknya bintang bertebaran dilangit dan rembulan yang bersinar terang memperindah suasana malam,  sedulur-sedulur maiyah satu per satu mulai datang dari berbagai macam kota untuk menghadiri rutinan maiyahan setaiap sebulan sekali di Monumen GBN,  bahkah kali ini poci maiyah kedatangan beberapa tamu dari simpul-silmul lain

Seperti biasa di setiap bulannya Poci Maiyah selalu memiliki tema yang berbeda untuk diangkat dan di sinauni bareng dan tema yang di usung pada bulan september ini adalah “Kedewasaan”  mungkin terdengar tidak asing ditelinga, bahkan kata tersebut sangat akrab dalam kehidupan kita,  namun seringkali kita bingung untuk menjabarkan makna dari Kedewasaan itu sendiri,  seringkali Kedewasaan seseorang dimaknai dengan bertambahnya usia seseorang dari muda ke tua,  beberapa mengartikannya dengan masa puber yang ditandai dengan berubahnya beberapa faktor-faktor biologis yang ada pada diri seseorang misalnya bisa dilihat dari perubahan bentuk tubuh,  pola pikir,  perilaku,  dan sebagainya. Di maiyahan kali ini kita coba mengulas dan mendalami makna Kedewasaan.

Melalui Kang Farid beberapa hal mengenai kedewasaan dipaparkan antara lain;

Seseorang pertama kali belajar untuk mendewasa melalui panca indera, dari berbagai macam benda yang dilihat, sentuh, dengar dan dirasakan, seseorang akan mulai menayakannya, mendiskusikannya, dan merangkumnya dalam pikiran sehingga membentuk sebuah pengetahuan. Namun pikiran selalu terpengaruhi panca indera yang sifatnya terbatas dan hanya mampu melihat hal-hal yanga kasat mata saja, ada beberapa hal yang tidak mampu dijaungkau panca indera terutama hikmah (kebenaran) yang datangnya langsung dari Allah. Dari pemaparan tersebut Kang Farid menegaskan bahwa ada dua bentuk tahap kedewasaan yaitu kita membentuk diri kita sendiri atau kita diberikan bentukan. Dari penegasan tersebut agak sedikit susah memang untuk dipahami antara membentuk dengan bentukan, yang saya tangkap dari penegasan tersebut tak jauh-jauh dari pemaparan Kang Farid yang pertama atara pengetahuan dan hikmah, mungkin membentuk bisa dikaitkan dengan proses belajar seseorang dalam memahami sesuatu yang di sekitarnya atau bisa dibilang tahapan seseorang untuk memperoleh berbagai macam pengetahuan mengenai alam semesta, hal ini adalah hal paling awal dalam pendewasaan, manusia akan mulai belajar untuk mengenali hal-hal sekitarnya, mereka akan menanyakannya, menelitinya, mencoba dan mempraktekannya hingga medapatkan suatu pengetahuan yang utuh, pengetahuan inilah yang menjadi bekal mendasar manusia untuk mendewasa, mampu mengelolah segala hal yang ada di sekitarnya dengan baik, namun perlu digaris bawahi bahwa pengetahuan manusia bersifat terbatas karena hanya mampu merangkum hal-hal yang didapati panca indera, kita bisa mengetahui sesuatu munurut pengetahuan kita namun kita tidak bisa memastikan bahwa apakah pengetahuan yang kita dapatkan adalah sebuah kebenaran? Di sinilah sesuatu yang disebut bentukan berperan, hakekat tentang kebenaran suatu benda (hikmah) hanya bisa didapatkan dari Allah, maka dari itu manusia hanya mampu untuk memperoleh pengetahuan saja tapi tidak akan pernah mengerti hakekat kebenarannya dan seseorang baru bisa mengerti hakekat kebenran apabila Allah menghendakinya dan proses dari turunnya hikmah tersebut panjang seseorang harus mengalami banyak terutama berfikir untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup agar mampu mendapat hikmah, tanpa pengetahuan hikmah tak akan mampu terbaca dengan sendirinya dan kemampuan untuk menangkap hikmah adalah kemampuan yang dimiliki oleh para Nabi.


Tetapi jika benar para Nabi mendapatkan hikmah (kebenaran) kenapa ada beberapa riwayat cerita yang menyatakan bahwa Nabi juga pernag melakukan sesuatu hal yang salah seperti ketika Sholat Dzuhur, dia hanya melaksanakan dua rokaat saja? Benar memang cerita itu Nabi pernah salah ketika sholat Dzuhur, sholat yang seharusnya dilakukannya dengan empat rokaat dia hanya mengerjakannya dua rokaat saja, sehingga para sahabat bertanya “Wahai Rosulluah engkau sholat Dhuzur dua rokaat ini syariat baru atau engkau lupa?” lalu Rosulullah bertanya “benerkah para sahabat aku hanya melakukan dua rokaat?” lalu para sahabat menjab “benar” dan Rosulluah berkata “Allah sengaja menjadikan aku lupa supaya menjadi pelajaran untukmu sekalian” lalu dia kembali ke mimbar dan menambahi dua rokaat, makanya ada ketika Rosulullah wafat ada seorang sahabat yang sudah tua yang ketika sholat pasti telat, dikarenakan saat waktu azan dia harus mengikat ontanya terlebih dahulu dan dikarenakan sudah tua perjalanannya menuju ke masjid yang jauh selalu terlambat sampe ada seorang tabi’in yang bipang ke dia “buat apa ngurusin onta dahulu jika ketika sholat kamu selalu terlambat” mendengar itu sahabat menangis dan sahabat itu berkata “waktu masih ada Rosul hal seperti ini tidak apa-apa dan islam begitu mudahnya untuk dilaksanakan, kenapa dirimu sekarang memarahikuhanya karena masalah ini?” dan itu menjadi pelajaran untuk kita ketika bahwa Islam begitu mudahnya untuk dilaksanakan tetapi bukan berarti harus diseplekan, Islam mampu memaklumi orang-orang yang terlambat sholat dengan beberapa alasan yang jelas sehingga tinggal menambah kekurangan rokaat sholat saat ia terlambat, Islam tidak pernah memberatkan para penganutnya.

Terbesit dari pikiran Kang Cecep tentang kedewasaan lamtas dia bertanya “apa prefektive kedewasaan?” dari pertanyaan itu Kang Luay menjawab “kami memaknai dunia dan tempat bermain-main dan mencari hiburan, teringat perkataan Gus Dur yang menyatakan bahwa DPR adalah teman kanak-kanak” dari sini mungkin sekalian sedulur bertanya-tanya apa hubungannya antara kedewasaan, permaian, hiburan, dan taman kanak-kanak? Kang Luay menegaskan tidak akan mungkin seseorang tersadar akan kedewasaan apabila dia tidak teringat mati, karena di dunia ini hanyalah tempat bermain dan hiburan bagi mereka yang menginginkannya, mereka akan berebutlaknya anak kecil, pantas jika Gus Dur menyamakan anggita DPR dengan Taman kanak kanak. Dan kita tidak pernah tau apakah diri kita telah dewasa atau belum? Kedewasaan diri kita baru akan terlihat ketika kita sudah mati, seseorang hanya mampu terus berusaha dalam hidupnya untuk menjadi dewasa makanya orang jawa dulu bilang “terus sinau ben bisa dadi uwong, urip sing apik eman karo tangga, aja wani ngamuk-ngamuk kro wong tua, aja wani nlarani mertua, aja wani nyacadi kakang adi, aja nganti ngawe lara-lara ngo kanca batir ben bisa dadi wong” pernyataan ini terjadi karena lafal kholaqna insana ahsani taqwim bukan hanya di damknai dalam perkembanganfisik saja. Setelah itu satu nomer dari band Interim Poci Maiyah berjudul Lubang Hati karya Letto.


Maiyahan menjadi semakin meriah semnjak adanya gamelan  yang dimainkan oleh Band Interim Poci. seringkali membawakan beberapa lagu yang sering dibawakan oleh Cak Nun & Kia Kanjeng saat sinau bareng diantaranya Lir-ilir, Duh Gusti, Shohibul Baity, Pembuko, Fix You, Sebelum Cahaya, dan lain-lain. Di malam ini maiahan di GBN Slawi juga menjadi semakin terkesan dengan dilakukannya workshop sesuai yang telah Mbah Nun titipkan kepada para pelaku maiyah, Mbah Nun menjadikan workshop tersebut sebagai kado bagi para sedulur maiyah untuk belajar bermusyawarah, diadakannya workshop tersebut menggunakan terminologi manusia nilai, manusia pasar, dan manusia istanayang dilakukan dengan membentuk tiga kelompok yang masing-masing terdiri dengan tiga orang didalamnya yang kemudian akan di hadirkan dengan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab dengan kesepakatan bersama.

Pertanyaan pertama, siapa yang paling terpenting dalam hidup ada?

Pertanyaan kedua, sejak kapan itu dijadikan yang terpenting?

Pertanyaan ketiga, diwilayah mana saja itu menjadi yang terpenting bagi hidup anda?

Pertanyaan keempat, kenapa itu menjadi sebegitu penting dalam hidup anda?

Pertanyaan kelima,apa hal yang terpenting bagi hidup anda?

Pertanyaan keenam, bagaimana cara anda meraih semua itu dengan limitasi yang anda miliki?



Dengan keenam pertanyaan tersebut masing, masing kelompok saling berdikusi, menemukan kesepakatan untuk menjawab pertanyaan tersebut dan dari jawaban tersublah maka akan memiliki peran yang saling terikat antara manusia pasar, manusia nilai, dan manusia istana.