Kamis, 19 Desember 2019

Berperan Sebagai Akar yang Menyembunyikan Kebaikan




Reportase Poci Maiyah Desember 2019
Oleh : Rizky Eka Kurniawan

Jum’at sore Ba’dha Magrib menjelang Isya, Yi Fahmi yang sudah tiba di belakang Monumen GBN memberikan kabar bahwa kondisi malam itu mendung, dan diperkirakan akan segera turun hujan lebat. Melalui pesat singkat di grup WhatsApp, Yi Fahmi menyampaikan bahwa sepertinya Maiyahan malam itu tidak bisa di gelar di Monumen GBN, karena perlahan gerimis yang mulai mengguyur dan lokasi tersebut adalah monumen terbuka yang hanya beratapkan langit. Setelah beberapa saat salah satu sedulur pegiat merespon dengan menawarkan tempat di Galery Gedung Rakyat, dan ia langsung menghubungi salah satu pengurus Galery tersebut dan mendapat respon baik.  Alhasil dengan gerak cepat para sedulur lain yang saat itu sudah tiba di belakang GBN untuk menata peralatan, bersiap-siap untuk boyongan dari Monumen GBN menuju Galery Gedung Rakyat dan menata tempat, peralatan dan sebagainya untuk melangsungkan gelaran Sinau Bareng PM Desember.

Informasi segera disebar di sosial media bahwa gelaran Poci Maiyah tetap dilakukan malam ini meskipun dalam keadaan hujan dan berpindah tempat di Galery Gedung Rakyat Slawi.

Tak disangka perjuangan sedulur-sedulur Poci Maiyah tak sia-sia, orang-orang tetap datang untuk ikut Maiyahan meskipun mereka rela hujan-hujanan bahkan ada yang sampai dari Pemalang, datang untuk maiyahan, begitu mesranya suasana semesta malam itu saling mengerti untuk tetap mengadakan acara Maiyahan di malam ini, mereka yang datang merasa seneng dan bahagia karena acara Maiyahan yang mereka nantikan tetap berlangsung seperti biasanya.

Tadarus mukhodimah dimulai seperti biasanya, lingkaran kasih sayang semakin hangat terasa setelah pembacaan selesai, butir-butir hikmah mulai meresap di pikiran-pikiran para sedulur.

Kang Mustofa memulai pembahasan dengan mempempersilahkan para sedulur maiyah untuk merespon isi dari mukodimah malam ini, Mbah Nahar pun akhirnya angkat bicara mengulas mukodimah bertemakan Kordinat Akar (Ngoyod) “akar bagi saya adalah sesuatu yang tidak nampak dan jarang dilihat banyak orang, seharusnya ketika kita melihat sesuatu itu secara utuh bukan hanya yangtampilsajatetapi juga mencangkup sesuatu yang tersembuyi, sama ketika kita meihat Imam Syafi’i sebagai ulama besar kita hanya melihat sesuatu yang tampak saja tanpa melihat akarnyayang membuat Imam Syafi’i menjadi ulama, akar tersebua adalahperjuangan ayah dan ibunya yang mampu menjaga dirinya makanan subhatdan mendidik anaknya dengan baik sehingga mampu melahirkanseorang anak yang menjadi ulama terkemuka”. Akar dalam pandangan Mbah Nahar adalah sesuatu yang menguatkan dan mepertahankan, Yi Fami juga menegaskan bahwa akar merupakan sesuatu yang tidak terlihat tapi kuat, bahkan dalam salah satu kalimat dalam kitab al-Hikam mengatakan “Jika sesuatu tidak ditanam dalam-dalam bagaimana mungkin mengelurkan buah yang baik?”dari sini kita mengetahui bahwasanya akar tidak hanya menguatkan namun juga mempengaruhi tumbuh berkembangnya tanaman untuk menghasilkan buah yang baik, tanaman (pohon) di sini dimaknai sebagai suatu tatanan utuh yang membangun kehidupan dan akar merupakan salah satu bagian dari pohon yang terpenting, meskipun tidak terlihat tapi ia berperan banyak untuk pertumbuhan tanaman. Akarlah yang mencari air untuk menghidupi, akar pula yang menguatkan tamanan untuk tetap tegak berdiri.



Tak lama setelah Yi Fahmi memberikan sedikit penjelasan tentang akar salah satu sedulur maiyah yang bernama Mas Adhe Prasetio dari Kabunan menanggapi, menurutnya akar memanglah bagian terpenting dalam tumbuhan yang mempengaruhi tumbuh berkembangnya semua bagian tumbuhan termasuk batang, ranting, dedaunan dan buah ,tetapi ada yang lebih penting lagi daripada akar yaitu tanah, air dan tempat di mana tumbuhan tersebut tumbuh. Ketiga hal tersebut memiliki peranan lebih yang lebih besar daripada akar. Mungkin yang dimaksudkan adalah bahwa faktor luar juga termasuk hal terpenting dalam kehidupan, air adalah sumber energi yang akan diserap oleh akar dan tanah adalah tempat akar menjalar, tanpa kedua hal tersebut akar tak akan bisa berperan. Mas Adhe menjabarkan bahwa air, tanah, dan temapatdimana tumbuhan itu ditempatkan adalah salah satu takdir Tuhan yang berperan besar dalam tumbuh berkembangnya kehidupan.

Semakin malam pembahasan kata Ngoyod atau dalam bahasa Indonesia umumnya disebut sebagai akar semakin memiliki banyak arti filosofis yang beraneka. sedulur-sedulur maiyah malam ini lebih memaknani akar sebagai salah satu hal yang terpenting dalam berlangsungnya kehidupan, namun Mas Jek juga ikut menjelaskan asal mula munculnya tema Kordinat Akar (Ngoyod) mulanya dalam satu pembahasan bersama sedulur-sedulur Poci Maiyah bawasanya ngoyod (akar) dalam tradisi masyarat sekitar di berbagai daerah juga sering dimaknai sebagai suatu hal negatif, kita sering mendengarnya ketika seseorang bermain terlalu lama atau sedang nongkrong untuk sekedar bermain gaple, ngopi dan merokok di salah satu tempat dan membuang banyak waktunya secara sia-sia orang-orang Tegal dan sekitarnya biasanya menegurnya dengan perkataan sinis seperti“dolan sue nemen nganti ngoyod.” Ngoyod di sini diartikan sebagai seseorang yang tak mau beranjak dan membuang waktunya secara percuma untuk bermain seharian dan lupa untuk pulang, namun dipembahasan kali ini Poci Maiyah mengangkat tema Ngoyod sebagai sesuatu hal yang positif, seusuatu yang pengertiannya bisa disamakan dengan kata membumi, mendalam, mendasar. Beberapa kata tersebuat adalah kata untuk mengungkapkan suatu pakem untuk tumbuh dan berkembangnya seseorang agar kelakuannya tidak menyimpang dari nilai-nilai yang telah ditanamkan. Apabila ditelusuri secara mendalam maka kita akan menemukan  jika akar memang menjadi bagaian yang sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tamanan, akar memiliki banyak peranan untuk mencari air sebagai makanan tanaman, mengalirkan air keseluruh bagain tanaman, menjadi penompang agar tanaman tidak tumbang. Meski begitu akar tidak pernah menampakan kebaikan-kebaikannya keluar, akar selalu berada didalam dan terus melakukan kebaikan-kebaikan demi keberlangsungan kehidupan.

Berikutnya Maa Jek juga merespons pejelasan Mas Adhe yang mengenai tempat di mana tumbuhan ditanamkan juga sangat berpengaruh dalam kehidupan. Mas Jek membagikan pengalamannya yang selama 6 Tahun hidup di Semarang, dia pernah meneliti suatu desa di perbukitan bersama teman-temannya, tepatnya di Desa Karangwungu, Kabupaten Semarang, sebuah daerah yang masih termasuk daerah pegunungan tetapi sulit mendapatkan air. Terasa aneh jika seperti itu, biasanya daerah-daerah perbukitan memiliki sumber air yang melimpah, namun daerah ini malah kekurangan air. Salah satu penyebabnya adalah adanya program pemerintah yang melakukan reboisasi di daerah tersebut. Bibit-bibit pohon ditanamkan dan lambat laun pohon-pohon tersebut menjadi besar, pohon tersebut adalah pohon merkusi yang berasal dari Sumatra dan setelah diteliti ternyata pohon itu adalah pohon yang menyerap air paling banyak di dunia, efek yang ditimbulkan dari penanaman pohon tersebut adalah tumbuhan-tumbuhan lain menjadi sulit untuk hidup. Beberapa tanaman karena tidak mendapatkan jatah air yang cukup, air-air didaerah tersebut diserap banyak oleh pohon merkusi yang menyebabkan warga sekitar juga kesulitan untuk mencari air, dari hasil penelitian yang dilakukan mengungkapkan bahwa pohon tersebut tidak bisa ditempatkan di suatu tempat yang tingkat turun hujan dan kadar air dalam tanahnya rendah, ketidakseimbangan terjadi dalam desa tersebut karena tingkat hujan di desa tersebut rendah sedangkan pohon merkusi adalah pohon yang menyerap banyak air untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan begitu antara pohon dan tempat untuk menanamnya harus disesuaikan, jika tidak maka ketidakseimbangan akan terjadi dan merugikan banyak mahluk hidup di sekitar, pada akhirnya pohon-pohon tersebut ditebang untuk memulihkan keadaan desa.


Dalam kehidupan bermasyarakat juga sama, dicontohkan semisal ada santri yang memiliki akar pendidikan pesantren dan menguasai banyak kitab ditempatkan di tempat yang terbilang banyak melakukan keburukan, tempat yang masyarakatnya sering mabuk-mabukan, berjudi dan perbuatan dosa lainya, untuk bisa diterima dimasyarakat santri tersebut tidak bisa sepenuhnya membawa kehidupan pesanteran ke tempat itu, masyarakat sekitar pastinya akan menggap dirinya sok alim dan melolak ia, perlu ada sedikit penyesuaian dengan masyarakat tersebut tanpa harus keluar dari nilai-nilai kebaikan yang telah ditanamkan dalam-dalam, tidak langsung mengkafir-kafirkan mereka namun secara perlahan terus berbuat kebaikan dan mengajak mereka pelan-pelan untuk berjalan di jalan yang benar. Itu sebabnya seseorang harus memiliki banyak akar agar ketika ditempatkan di manapun ia bisa meyesuaikan dengan tempatnya. “Ibarat bunga teratai dimanapun ia ditempatkan di air yang jernih ataupun keruh, bunga teratai akan tetap mekar dengan penuh keindahan”.