Selasa, 03 Desember 2019

Koordinat Akar (Ngoyod)




 Mukadimah Poci Maiyah Desember 2019
Oleh : Abdullah Farid


Buka matamu, lalu perhatikanlah.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ


Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit?
 

Di dalam biji, ada pohon. Dan di dalam pohon ada biji. Dan kita adalah akar-akar yang terus menggali. Mencari jalan sumber mata air. Tak nampak, tapi menjadi asal keseluruhan yang disebut pohon. Bagian manakah dari pohon yang ia bukanlah hasil tumbuh-kembang dari akar? Dan jika pun pohon itu ditebang tanpa akarnya tercerabut, maka ia akan tumbuh kembali. Tak akan berhenti selama ia (akar) tetap terus bergerak.

Jika banyak manusia berlomba-lomba ke puncak langit, maka kita adalah orang-orang yang berada di kordinat akar. Ia mengajarkan kita tentang awal, tentang titik terendah, tentang asal. Mengajarkan agar kita tetap berada di titik kerendahan, tak merasa meninggi, rendah ataupun tinggi dunia ini mengangkat kita ke permukaan. Karena akar tak akan bisa dijatuhkan, bagaimana mungkin ia yang berada di kerendahan bisa dijatuh-tumbangkan? Belajar menjaga jiwa agar tetap berada di kerendahan, di titik awal, di kordinat akar, terlepas orang-orang menganggap kita di kordinat ketinggian apapun. Karena terkadang kita benar-benar tak mengerti, mengapa dunia ini begitu terasa membanggakan dalam pandangan orang-orang. Kita tak paham, mengapa manusia memperebutkan kesementaraan. Bahwa kepemilikan bukanlah tentang benda-benda, bukan tentang wujud-wujud, wadag, melainkan karakter, keperkasaan jiwa, kualitas batin, yang jelas-jelas akan menjadi penanda (cerita) ketika kita telah tiada. Seperti bekas akar dan lingkaran tahunnya. Lalu di akhirat nanti, kita akan menjelajahi perjalanan panjang dengan kekuatan karakter itu. Berbeda ketika kita bayi, setelah mati, kita memiliki bekal karakter batin itu. Jika yang kita kumpulkan adalah dunia, maka dengan apa kita akan melakukan perjalanan disana, sedang dunia akan kita tinggalkan disini?

Dan dari pohon apakah semesta ini berasal? Dari sebuah kalimat yang Tuhan tuliskan di pintu surga. Kalimat yang baik, yang akarnya kuat, dan cabangnya menjulang ke langit-langit dunia. Yang bertajjali menjadi seseorang yang layak dipuji dunia akhirat. Yang semesta bersholawat padanya. Akar itu terus bertumbuh, bercabang, bersilang ranting, berbuah, jatuh busuk dan tumbuh lagi sampai kiamat datang.

Kita, hanyalah satu cabang akar yang sedang bergerak. Diperjalankan, diberikan petunjuk dan jalan kesesatan seperti mereka yang menuhankan wadag-wadag di atas. Akar yang terus tumbuh, bergemuruh namun tertutup bumi. Karena ketika Sang Maha Pengasih telah mencintai hamba-Nya, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, Aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkan kepada penghuni langit, “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintailah dia.” maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Selanjutnya orang itu dapat diterima oleh segenap makhluk Allah di muka bumi.”

Kemudian,

 “Siapa yang memusuhi kekasih-Ku atau wali-Ku maka Aku menyatakan perang terhadapnya.” “Tidak seorang hamba pun mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai, melainkan dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak akan berhenti mendekatiKu dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Ketika Aku telah mencintainya, maka Aku yang akan menjadi telinganya yang digunakannya untuk mendengar, Aku akan menjadi matanya yang digunakannya untuk melihat, Aku akan menjadi tangannya yang digunakannya untuk memukul, Aku akan menjadi kakinya yang digunakannya untuk berjalan.Jika dia meminta kepadaKu, sungguh Aku akan mengabulkannya dan jika meminta perlindunganKu maka sungguh Aku akan melindunginya.”

Pohon semesta itu adalah sang kekasih, yang 'akarnya' terbalik di 'surga' sana. Menghujam ke dalam langit-langit rahasia-Nya. Bercabang-ranting ke langit dunia, berbuah, matang, busuk, jatuh, lalu muncul lagi generasi pembaharu yang mengganti zaman demi zaman.

Innallaha wa malaikatahu yushollu ala nabiy. Ya ayyuhaladzina amanu sholli alaihi wassalimu taslima. Allahuma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad.