Jumat, 17 Januari 2020

Salah Satu Cucu Mbah Markesot

Nyaur Tadabbur Daur 



Ma'iyah dan ma-iyah, yang pertama pakai 'ain, dan yang kedua pakai hamzah, hampir sama. Yang pertama itu berarti suatu wujud kebersamaan, membersamai, sedang yang kedua berarti air yang diturunkan dari langit, berjamaah. Dari bumi tumbuh ma'iyah, dan dari langit Tuhan turunkan ma-iyah : keduanya adalah berkah.

Jika kemunculan Mbah Markesot susah teridentifikasi, entah titisan Semar yang mampu keluar masuk dimensi lahir ataupun batin tanpa visa dan pasport, atau manusia yang lahir dari batu raksasa yang diturunkan dari surga, begitupun salah satu cucunya itu. Lahir tumbuh dari ma'iyah, diturunkan dalam benih air langit atas perintah Tuhan. Siapa dia? Tapi, untuk apa identitas jika cinta adalah rumahnya? Bukankah, tak perlu menunjukan KTP, hanya untuk membuktikan kita adalah manusia yang cenderung dalam berkasih sayang? Kecurigaan hanya untuk mereka yang tak menyempurnakan ikhtiar, bahwa Tuhan tak pernah jauh mengawasi kita dekat-dekat.

Ia adalah Jon Quixote, cucu Mbah Markesot yang entah di koordinat ruang dan waktu mana, tumbuh dari jutaan benih kebaikan yang beliau tanam. Tak peduli tempat, karena bahkan dari bebatuan pun dapat tumbuh bebungaan. Meski Jon tak seindah bunga, apalagi mawar yang sering jadi korban perkosaan, yang pasti ia lahir dengan misi kebaikan dan kebermanfaatan untuk banyak orang. Seperti hujan, air-airnya diperintah Tuhan ke tempat-tempat yang membutuhkan keberkahan. Meski bumi nampak basah dan kacau jika airnya berlebihan, tak ada keburukan yang pernah Tuhan berikan pada manusia. Seperti pelangi, orang-orang bergelar terpelajar mengatakan itu adalah cacat langit setelah hujan, tapi untuk anak-anak yang berlarian di bawah hujan, itu keindahan yang sangat mengenang. Di langit manapun, titik-titik air hujan akan melukis pelangi setelah mentari kembali menerangi. Bahkan cacing-cacing, di tanah manapun mereka terpendam, akan tercipta labirin-labirin indah meski mereka tak memiliki tulang dan cakar untuk menggali. Dan tokoh kita itu, Jon Quixote, jika binatang saja tahu untuk apa mereka diciptakan, maka mengapa manusia tak memahami untuk apa Tuhan mengadakannya, dan semesta yang menampungnya?