Kamis, 19 Maret 2020

Merawat yang Kian Bermanfaat



Catatan Singkat Milad 3 Tahun Poci Maiyah
Oleh : Lingkar Gagang Poci


Bertajuk 'Ng3rumat', Poci Maiyah mengadakan miladnya yang ketiga tahun. Sabtu malam (28/2). Apa makna 'ng3rumat', turut menjadi pengantar yang asyik malam itu. "Biasanya kata merawat identik dengan orang menanam. Saya melihat di poci maiyah sibuk menanam. Seolah tak terpikir akan panen." "Bahkan saat menyelenggarakan acara, anehnya tanpa ada proposal. Murni kesadaran diri, dari berbagai jiwa. Namun, hasilnya melebihi perkiraan. Ini kan absurd." Tutur Mbah Nahar. Di dalam Maiyah kita sama-sama saling menabur kebaikan. Maiyah adalah nilai. Yang kan bermakna sesuai pribadi orang saat menerapkannya dalam kehidupan.

Ng3rumat menurutnya hampir sama dengan memelihara. Kalau memelihara hanya melestarikan dari kecil sampai besar, merawat itu menyembuhkan. Namun merawat lebih ke tingkat lanjutan dari memelihara. Analoginya seperti perawat. Iya menggunakan kata merawat. Bukan pemelihara. Sebab itu identik dengan menyembuhkan, ada yang sakit sebelumnya. Nah, ng3rumat adalah perpaduan keduanya. Kalaupun kita menanam padi tumbuhnya rumput, tetap ada kesempatan untuk memanen padi. Tetapi saat kita menanam rumput, tidak akan pernah memanen padi. Begitulah analogi kebaikan. Apapun itu, tidak ada yang sia-sia dari menanam kebaikan. Bila menyemai keburukan, tidak mungkin muncul kebaikan. Ia menutup memaknai ng3rumat dengan nasihat dari Syekh Ibnu Athaillah.

"Tanamlah dirimu di tanah kerendahan, sebab sesuatu yang tumbuh dari yang tidak ditanam tidak sempurna hasil buahnya."

Semakin bergulirnya waktu, hujan yang sempat mengguyur GBN Slawi itu mulai meredakan sendu. Hanya sedikit rintik gerimis yang merekah. Para jama'ah maiyah pun kian bertambah. Segelas kopi dan kenduri khasnya, tersaji dari pegiat Maiyah yang menyapa ramah. Acara pun berlanjut saat Sabrang MDP mulai menuturkan percik-percik nasehat indahnya. Apa itu ng3rumat? Seolah warna pertanyaan itu kian bertambah pekat.

"Yang membuat kita (homo sapiens) bertahan sampai sekarang dari pada spesies lain bukanlah karena kepandaian, dan sebagainya. Tapi karena kemampuan untuk bersosial. Ng3rumat orang terdekat. Saling membantu satu sama lainnya." Mas Sabrang  mengawalinya. Iapun menganalogikan pentingnya saling membantu yakni ketika ada tiga orang tertangkap macan. "Saat ada 3 orang yang tertangkap macan, apa jadinya kalau hanya sibuk melarikan diri sendiri, tanpa saling membantu? Kemungkinan tidak akan selamat. Akan berbeda saat saling membantu, besar kemungkinan akan selamat semua." "Indonesia punya potensi luar biasa untuk itu. Soekarno pernah mengatakan, 'bila yang lima (pancasila) saya remas, maka akan menjadi gotong royong,'"



"Esensi gotong royong itu luar biasa. Namun masalahnya adalah ketidakmampuan kita mengupdate peradaban. Kita memaknai gotong royong pada umumnya hanya sebatas kerja bakti antar tetangga, tidak sampai ranah DPR. Karena apa? Gotong royong akan ada saat seseorang memahami musuhnya adalah masalah, bukan orang lain, dan itu tidak terjadi di ranah petinggi kita."

Beliau pun mengatakan bahwa dengan ilmu paling mudah untuk digotong royong. Semakin dibagi, akan semakin pintar. Kian bermanfaat tak terbatas masa. Lain halnya kalau perkara uang, jabatan, dan lainnya.
"Konsep sinau bareng melandasi itu semua. Kita tidak bertanggung jawab menguasai semua ilmu. Tiap orang saling mengisi. Punya kepandaian masing-masing." Beliau juga menekannya betapa pentingnya merawat ruang publik. Ruang publik saat ini tak jauh dari sosial media. Namun, sosial media yang kita saksikan hari ini, tak menyediakan itu. Hampir seluruhnya hanya bicara popularitas, bukan kapabilitas. Betapa banyak artis yang jadi DPR, padahal ia tak memiliki kapabilitas di dalamnya. Kumpulan masyarakat akan hancur kalau tak mampu merawat ruang publiknya. Semua orang jadi mudah berbicara terhadap apa saja. Menghilangnya kepakaran di ruang publik. Gotong royong bukan jargon. Tapi jantungnya Indonesia. Maka dari itu, mari bergotong royong dengan menjaga ilmu. Agar terlihat mana yang kompeten dan yang tidak. Membawa Indonesia lebih maju."