Kamis, 26 Maret 2020

Muhasabah Corona : Kembali Pada Cinta



Sebab, dalam kebenaran, cinta yang mulia muncul dari pengetahuan yang mulia tentang sesuatu yang dicintainya, dan jika kau hanya sedikit mengetahuinya, maka kau juga hanya mampu mencintainya sedikit, atau tidak sama sekali — Leonardo da Vinci


Manusia abad modern adalah manusia rasional yang menjadikan akal sehat sebagai dasar untuk membangun peradaban. Mereka telah berhasil mengeksplorasi dan mengoptimalisasi alam pikiran, menguak-nguak misteri alam semesta dan merealisasikan segala sesuatu yang dulunya adalah mustahil di kehidupan menjadi nyata. Manusia modern memiliki pengetahuan yang tinggi, cerdas dan berambisi untuk menguasai dunia. Ilmu dan pengetahuan mereka berkembang pesat dan dunia seakan tampak sebagai perhiasan yang berhasil mereka tambang.

Mereka telah bisa mengamati dan mempelajari pergerakan dan sifat-sifat atom dalam ranah quantum, melukiskan anatomi tubuh manusia dengan begitu detailnya, mengamati DNA untuk mendapatkan informasi genetika pada setiap organisme, mengembangkan kecerdasan buatan untuk memudahkan pekerjaan. Manusia modern benar-benar telah bisa menata segala sesuatu dengan terstruktur, mengklarifikasi fauna dan flora berdasarkan kingdom, divisi, filum, kelas, subkelas, ordo, famili, subfamili, genus, spesies, dan subspesies.

Membangun sebuah pusat informasi (server) besar yang saling terhubung tanpa harus mendatanginya langsung. Manusia modern bisa mengakses segala sesuatu hanya dengan menggunakan sebuah mesin pencari di internet. Jarak yang jauh menjadi semakin dekat melalui perkembangan komunikasi daring. Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Line dan beragam sosial media lainnya memudahkan manusia untuk berkomunikasi di manapun mereka berada.

Aerodinamaika, lokomotif, dan otomotif membuat manusia mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dalam waktu yang sangat singkat. Manusia tidak lagi mengandalkan angin untuk berlayar mengarungi samudera dan berpergian ke luar negeri. Mereka telah mempunyai mesin yang canggih yang bisa menggerakkan mereka ke tempat tujuan yang mereka inginkan. Apa yang di ramalkan Prabu Jayabaya sebagai kreta terbang di atas awan dan apa yang dirumuskan oleh Leonardo da Vici sebagai transportasi udara telah menjadi nyata.

Sekarang untuk melihat dunia, manusia modern tidak lagi harus seperti I-Tshing, Marcopolo, Ibnu Batutah, Ibnu Fadlan, Christoper Columbus, Vasco da Gama yang berlayar menggunakan kapal dan mengembara menggunakan kuda untuk melihat dunia luar. Manusia modern bisa menggunakan pesawat terbang, kapal pesiar, mobil dan motor yang mempersingkat waktu perjalanan atau mereka tinggal mengaksesnya langsung pada sebuah komputer atau smartphone yang mereka punya dan seluruh dunia seakan ada di sana.

Langit mereka bidik menggunakan teleskop dan satelit, wahana antariksa bertebaran di angkasa. Manusia telah berhasil mendarat ke bulan dan membangun stasiun luar angkasa. Bahkan manusia mencoba mencari-cari planet lain yang memungkinkan untuk mereka tinggali selain di bumi.

Betapa luar biasa pencapaian manusia modern yang kita lihat hari ini. Peradaban modern benar-benar maju. Semua itu dicapai atas rasa penasaran dan keingintahuaan manusia. Atas semangat untuk mewujudkan pencapaian-pencapaian dan impian manusia untuk menaklukan dunia.

Manusia terus bereksperimen, mengembangkan teori ilmiah dan mempraktekannya dalam dunia nyata. Namun manusia mulai tamak mengeruk habis-habisan sumber daya alam. Manusia telah menyadari bahwa dunia ini adalah lahan yang mendatangkan banyak keuntungan sehingga penemuan-penemuan manusia membuka pintu bagi kapitalisme untuk mencapai masa kejayaannya.

Inilah yang terjadi sekarang ini, pengetahuan mereka tidak dilandasi dengan cinta sehingga pencapaian manusia membuat mereka terbutakan dunia. Menjadi rakus dan sangat berambisi untuk menguasainya. Globalisasi adalah salah satu pintu utama untuk manusia menguasai dunia, dengan itu mereka sekarang bisa menjangkau ke mana saja untuk meksploitasi alam semesta.

Covid-19 telah memperlambat laju perputaran peradaban manusia bahkan hampir saja menghentikannya. Kita lihat di China, Itali, Belanda, Prancis, Saudi Arabia, Denmark, Malaysia, Belgia dan beberapa negara lainnya dilock down. Hening, sunyi. Seakan-akan Covid-19 mampu meredakan ambisi-ambisi manusia untuk menaklukan dunia, memperlambat segalanya, membuat mereka tidak lagi konsumtif untuk menikmati hasil produksi yang selalu digemblek dan dipercepat utuk mendapatkan jumlah besar dan apakah revolusi industri 4.0 dan 5.0 yang digadang-gadang manusia modern untuk miningkatkan produksi demi kebutuhan pasar. Apakah gagasan itu sekarang berjalan di tengah arus yang seperti sekarang? Manusia modern seakan digiring untuk beristirahat sebentar, berdiam, merenungi dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Manusia modern memang telah berhasil menggunakan akal untuk mengelola alam semesta, tapi mereka melupakan hati sebagai pusat pembendaharaannya. Sehingga akhirnya yang terlahir adalah ketamakan-ketamakan, kerakusan, kesombongan dan rasa ingin menguasai segalanya. Segala upaya manusia untuk mencapai kemajuan hanya untuk dirinya, bukan untuk keselamatan bersama, sehingga mereka tega untuk mengeksploitasi alam semesta dengan begitu besarnya. Tiada cinta, tiada keselamatan, tiada kesejahteraan dan tiada kemanusiaan dalam peradaban ini!.

Akankan Covid-19 sengaja datang untuk menuntut manusia ke dalam era baru? Memuat manusia untuk berhenti melanjutkan kerusakan-kerusakan yang telah mereka lakukan, merubah dan mereformasi semua system yang ada di dunia? Akankah kita adalah salah-satu bagian dari spesies yang mampu bertahan untuk memulai era baru itu? Yang lebih melandaskan cinta dan keselamatan alam semesta. Akankah iya manusia mampu mengemban kembali amanat itu? Menjadi khalifah di dunia yang telah ditakdirkan Tuhan?.

Pertanyaan demi pertanyaan akan menghantui umat manusia, apakah umat manusia bisa menjawabnya? laqod anzalnaaa aayaatim mubayyinaat, wallohu yahdii may yasyaaa`u ilaa shiroothim mustaqiim.

Langit dan bumi akan menjadi saksi.



Rizky Eka Kurniawan