Kamis, 04 Maret 2021

BAHAGIA


Mukadimah Poci Maiyah Maret 2021

Oleh: Rizki Eka Kurniawan

Hampir semua orang sepakat bahwa tujuan hidup adalah untuk mencapai kebahagiaan, namun untuk bisa mencapainya kita harus berhadapan dengan apa yang sering kali kita sebut sebagai takdir, realita, dunia, kebenaran atau apapun namanya yang kerap kali membuat kita merasakan kesakitan demi kesakitan. Kita tau tak ada orang yang suka dengan rasa sakit. Semua orang selalu berusaha menghidar dari kesakitan. Meskipun pada kenyataannya dunia ini dibangun di atas kesakitan dan pondasinya diletakan pada penderitaaan. Kesakitan tak bisa kita hindari. Semua orang sama-sama kesakitan dan menderita dengan kadar yang berbeda.

Manusia memiliki semacam defence mechanism untuk menghidari rasa sakit. Apabila ada sesuatu yang berpotensi menyakitinya, dia pasti akan lari menghindar. Bahkan banyak orang yang masih tidak menerima sisi gelap darinya—manusia cenderung untuk menutupi keburukan-keburukannya, mereka tidak ingin mengakuinya, disembunyikan keberadaannya. Padahal semua manusia memiliki sisi gelapnya sendiri-sendiri. Bersikap untuk tidak menerima sisi gelap yang ada pada dirinya tak akan menyelesaikan permasalahan. Hal tersebut malah hanya membuatmu menumpuk-numpuk topeng kemunafikan. Lalu bagaimana kita harus menyikapinya? Dengan cara menerima semua kesakitan, penderitaan, dan kegelapan yang ada pada diri kita. Dengan penerimaan seorang akan merasakan ketenangan dalam hidup, tak terusik dengan segala hal yang mengancam dari luar, sebab seluruh ancaman dalam dirinya telah ia taklukan, maka tak mungkin bagi sesuatu yang di luar dirinya bisa menjatuhkannya. Apabila kamu telah menerima maka semua rasa sakit akan kamu temukan obatnya.

Penerimaan hampir sama halnya dengan penyucian. Setiap kali kita menerima kenyataan dalam kehidupan, semuanya akan terasa melegakan dan hilangnya semua perasaan buruk. Menerima tidak berarti membiarkan, kita menerima keburukan dalam diri kita namun tidak lantas membiarkannya untuk terus ada. Adanya penerimaan adalah senjata bagi kita untuk mengikis keburukan. Dengan penerimaan kita akan sadar akan begitu lemahnya manusia atas dirinya sendiri yang diselimuti oleh dosa-dosa. Dengan kesadaran seorang hamba bisa berupaya untuk mengubah dirinya ke arah yang lebih baik dan menghilangkan seluruh kegelapan pada dirinya lalu berjalan menuju kebahagiaan. Sebagaimana yang di sebutkan al-Qur’an dalam surah Baqoroh ayat 257: Dia yang membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya.

Namun bagaimana bisa seseorang bisa terbebas dari kegelapan jika dunia ini dipenuhi oleh kesakitan dan penderitaan? Al-kaunu kulluhu zhulmatun wa innamaa anaarahu zhuhuurul haqqi fihi  (Seluruh alam raya adalah kegelapan. Yang membuatnya bercahaya dan terang ialah terbitnya Yang Maha Benar di dalamnya).

Pertanyaannya, bagimana cara kita menemukan Yang Maha Benar di kehidupan?

Dengan cara memenuhi hak-hak sebagai manusia. Ada tiga hak yang harus dipenuhi oleh manusia, yaitu hak Tuhan, hak mahluk dan hak dirinya sendiri. Hak Tuhan berarti seorang harus menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan siapapun. Hak Mahluk berarti bahwa seorang harus berbuat baik kepada seluruh mahluk-Nya sekuat tenaga, mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri. Sikap mendahulukan orang lain dalam dunia sufisme dikenal dengan nomenklatur al-futtuwwah, dalam dunia keilmuan barat dikenal dengan altruism. Sikap mendahulukan orang lain tidak akan merugikan dirimu selama hal itu tidak melanggar aturan syariat. Apapun yang kamu berikan itu yang akan kamu dapatkan. Tidak ada yang hilang sedikit pun ketika kamu memberikan sesuatu kepada orang. Semua pemberian akan mendapat balasan yang sepadan meskipun balasan itu terwujud dalam bentuk lain yang membuat kita tak menyadarinya. Dan hak yang terakhir yang harus dipenuhi adalah hak diri sendiri berarti bahwa seseorang harus terus menjaga kestabilan dalam dirinya, terpenuhi semua kebutuhannya agar ia bisa terus berjalan menuju kebahagiaan. Dokter tak akan bisa menyembuhkan pasien saat dirinya sedang sakit. Pejalan tak akan mampu mencapai tujuan jika dirinya tidak terselamatkan di perjalanan. Jadi dirimu harus tetap dijaga kestabilannya. Akan lebih baik berjalan pelan asalkan selamat sampai tujuan. Keselamatan lebih diutamakan daripada segalanya.

Mereka yang benar-benar memenuhi ketiga hal ini akan mendapatkan tiga jenis keberkahan: keberkahan rohani, kenberkahan jasmani, dan keberkahan dari luar. Perasaan berbunga-bunga akan memenuhi hatinya di sepanjang hari. Jiwanya akan seperti taman beraroma mawar, semerbak wanginya menenangkan dan memunculkan perasaan senang. Cerah bercahaya seperti matahari pagi di musim semi. Akan tetapi kita jangan terlena akan keberkahan-keberkahan hidup yang telah diberikan-Nya kepada kita, sebab itu bukanlah akhir dari perjalanan—bagaimana mungkin perjalanan menuju Yang Maha Tak Terbatas memiliki batasan? Yang Tak Terbatas tidak mungkin memiliki batasan. Mereka yang berjalan kepada-Nya akan selalu menemukan realitas baru di kehidupan dan konsep rohani dalam dirinya akan selalu ter-update setiap hari. Kenikmatan itu tak terbatas melebihi dari seluruh kenikmatan yang ada di dunia. Kesaksian-kesaksian tiada henti melihat keindahan dan keanggunan-Nya yang begitu mempesona. Jangan sampai kita terhenti pada keterpesonaan-Nya sebab perjalanan tiada akhir. Jangan sampai kita terlena hanya karena kita telah mengalami penyingkapan (mukasyafah), terbukanya rahasia-rahasia rohani, lalu kita merasa telah selesai. Teruslah berjalan. Ayunkan sampanmu. Samudera teramat luas untuk kita jelajahi. Biarkan angin-angin cinta itu membawa kita pergi ke berbagai dimensi yang belum pernah kita singgahi.  Rahmat Allah tak terbatas. Keberkahan-Nya akan selalu melimpah dan bertambah setiap harinya.

Rosulullah pernah ditawari Baginda Jibril perempuan-perempuan yang kecantikannya melebihi bidadari surga dan sebuah gunung yang akan diubah menjadi tumpukan emas. Tapi Rosulullah malah menolak tawaran itu, padahal Jibril telah berkata padanya: “Akan aku berikan itu semua tanpa mengurangi sedikit pun jatahmu di akherat” namun Rosulullah tetap menolaknya. Karena baginya semua keberkahan itu bukan merupakan tujuan hidupnya. Sudah cukup semua anugrah yang telah diberikan Tuhan padanya, bersikap tamak untuk memiliki semuanya hanya akan membuatnya terlena dan melupakam tujuan awal.

Pemberiaan-Nya adalah bukti cinta-Nya kepada mahluk-mahluk-Nya dan kebahagiaan seorang hamba tak terletak pada sebatas apa yang telah ia terima dari-Nya. Lebih dari itu, kebahagiaaan sejati adalah ketika kita bisa merasakan kehadiran-Nya sepanjang hari dalam keadaan suka ataupun duka. Kita bersukacita atas kehadiran-Nya.

Berbahagia.. berbahagia… selama-lamanya…

Selamat menempuh perjalanan yang tiada akhir. Sebuah puisi akan mengiringi langkahmu pergi:

 

Itu menyakitkan

Saat kamu tau dirimu telah ditinggalkan

Tapi setiap rasa sakit yang telah kamu rasakan

Akan mengajarimu menjadi seorang yang dewasa

Seiring lunturnya kekecewaan dan penerimaanmu akan perpisahan

Atau kamu akan sekarat sebagai anak muda

Yang dipenuhi kesedihan dan air mata

Berkali-kali hatimu akan tertusuk dan nyeri

Pada setiap harinya kamu telah mati sebagai seorang manusia

Yang telah kehilangan makna dalam hidupnya

Namun saat kamu sudah bisa menerima

Semua rasa sakit akan kamu temukan obatnya

Di dalam hati manusia segala rahasia akan terbuaka

Cinta akan melahirkanmu sebagai seorang yang baru

Seorang yang mampu memaafkan dunia dan seisinya

Dan kamu akan mendapati kebahagiaan dengan cara sederhana

Sesederhana udara yang kamu hirup di setiap harinya

Sesederhana itu…