Kamis, 02 Juni 2022

Menjunjung Bumi, Memijak Langit


Mukadimah Poci Maiyah Juni 2022 

Oleh : Mustofa Ups.


Ku buka mata dan ku lihat dunia
Tlah ku terima anugerah cinta-NYA
...
Letto - Lubang Di Hati

 

Bahwa kehidupan yang tengah berlangsung saat ini adalah anugerah suci Allah untuk kita semua. Maka semua makhluk di atas bumi, dan barangkali dalam dimensi maupun galaksi lain, mencoba mencari makna dari apapun saja yang menggerakkannya menuju muara luas abadi, Allah Subhanahu wa ta'ala. 

Dalam proses pencarian makna tersebut, sebagian dari kita memulai dengan megumpulkan teori-teori dan pengetahuan-pengetahuan dalam ruang pendidikan di sekolah, pesantren, kampus, dan lain sebagainya.

Sebagian yang lain mengumpulkan serpihan-serpihan hikmah dan ilmu dengan mencari serta mentafakuri apa saja yang melintas dalam hidupnya, untuk kemudian menjadikan itu semua sebagai bekal dalam bergerak mengambil peran menjadi apa yang disabdakan oleh Baginda Rosul Muhammad SAW. yakni, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya". Ungkapan suci tersebut menjadi motivasi untuk kita agar bisa memberdayakan diri berperan dan membawa manfaat kebaikan untuk lingkungan sekitar kita. 

Memang, pada dasarnya semua sudah menjadi hak prerogatif Allah kepada siapa saja, Dia yang menganugerahkan mata serta kepekaan hati untuk memandang hikmah dan ilmu yang seringkali diselipkan pada beberapa momentum atau kejadian. Kadang terlihat sederhana, biasa saja, atau bahkan tak berarti apa-apa di mata kita. Tapi justru itu yang menjadikan seluruh penduduk langit dan Allah sendiri memuji hamba-hamba itu dengan amalnya tersebut. 

Seperti beberapa contoh, pergerakan yang di lakukan oleh komunitas-komunitas sosial untuk mengedukasi warga yang putus sekolah di pelosok-pelosok desa. Menghibur warga yang terkena bencana alam dengan bernyanyi menggunakan alat musik sekedarnya. Membagikan nasi bungkus gratis di masjid-masjid saat hari jum'at. Dan masih banyak lagi. 

Atau contoh lain dari seseorang bernama Man Sanan, seorang kakek di salah satu desa yang hampir setiap malam menjalani tugas pengabdian sebagai seorang hansip. Yang berkeliling di gang-gang dan jalan-jalan kampung untuk memantau dan menjaga keamanan kampungnya dengan gaji yang tak seberapa. 

Ada juga seorang anak yang dengan semangat yang menggebu-gebu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Untuk belanja sembako ibunya, membelikan rokok bapaknya, dan membantu adiknya membelikan perlengkapan sekolah dengan hasil kerjanya.

Sementara di sudut lain, ada juga orang yang terus menjdikan dirinya agar bermanfaat namun dengan cara lain. Yakni menyiapkan diri menjadi pesuruh warga sekitar untuk siap membantu apapun saja yang di butuhkan oleh warganya.

Contoh lain guru-guru ngaji di langgar-langgar, surau, masjid, dan rumah-rumah sederhana untuk mengalirkan ilmunya dengan tanpa imbalan pasti yang berbentuk materi.

Ada juga seorang ibu-ibu tua yang hidup sebatang kara pencari rongsok yang setiap berjalan dengan lambat menyingkirkan penghalang-penghalang di tengah jalan.

Atau ada juga ada salah satu orang yang sering mematikan saklar pompa air yang kebetulan masih menyala di musholla depan rumahnya.

Bahkan dalam hal yang paling sederhana, betapa orang gila yang selalu menyapa orang yang di jumpainya dengan senyum tulusnya. Tanpa mempunyai maksud jahat, untuk menipu, merampas, apalagi untuk merampok semua harta dan menggelapkan bagi siapa saja yang di sapanya.

Semuanya adalah anugerah bukti Allah masih terus menumbuhkan benih-benih cinta di hati setiap hamba yang dipilihnya. Tidak selalu kepada orang yang berpendidikan tinggi dan berharta banyak. Namun hamba-hamba yang baik sesuai dengan "kacamata" suci-Nya. 

Kesemuanya menjadi pembelajaran kita bersama, untuk memupuk kepekaan hati dan penglihatan kita akan cinta Allah yang mewujud dalam hal, kejadian dan apapun saja di kehidupan ini. Kerinduan dari setiap makhluk kepada Yang "Maha" menuntun untuk bergerak menuju pusat edaran intinya. 

Allah berkenan dengan semua yang berlangsung dalam kehidupan ini. Tinggal bagaimana kita berusaha untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan untuk bekal melangkah melanjutkan sisa hidup kita di masa depan.

Poci Maiyah edisi bulan Juni ini mengangkat tema MENJUNJUNG BUMI, MEMIJAK LANGIT adalah tema yang di ambil atas dasar syukur yang disertai kegelisahan. Betapa sesungguhnya, meskipun jasad kita berada di bumi, namun amal kebaikan yang ringan dan terlihat sederhana dengan kesadaran yang sejati, bisa menarik kita ke atas langit.

Singkatnya, kita tengah berada di maqom yang tinggi di sisi Tuhan.

Wallahu A'lam bisshowab.


"Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan ini adalah perlombaan dalam kebaikan. Bukan perlombaan keunggulan satu sama lain." (Mbah Nun).