Jumat, 01 Juli 2022

Ngesrong



Mukadimah Poci Maiyah Juli 2022

Oleh : Mustofa Ups


Adakah kemungkinan kita tahu apa yang sebenarnya sedang kita jalani?

Bersediakah kita sebenarnya untuk tahu persis apa yang sesungguhnya yang kita cari?

Cakrawala yang manakah yang menjadi tujuan sebenarnya dari langkah-langkah kita?

Pernahkah kita bertanya bagaimana cara melangkah yang benar?

Pernahkah kita mencoba menyesali?

Hal-hal yang barang kali perlu disesali dari perilaku-perilaku kita yang kemarin?

Renungan lir-ilir (Emha Ainun Nadjib)


Membaca potongan syair di atas seketika mengusik hati dan akal fikiran kita. Sejauh ini banyak dari kita yang masih belum memahami apa yang sebetulnya sedang berlangsung dalam kehidupan ini. Bahkan tujuan utama kita hidup di dunia inipun masih banyak yang belum mengetahuinya, atau banyak yang sudah mengetahuinya tapi bingung dari manakah langkahnya akan di mulai untuk berjalan? Lantas, jika memang seperti itu? Bagaimana sebetulnya dengan apa yang sudah kita kerjakan selama ini? Kepada siapa kita mengabdikan diri sejauh ini? Berapa banyak sudah waktu yang kita buang? Mungkinkah kita bisa mencapai tujuan yang sejati dengan tanpa arah dan tujuan yang jelas?

Juni di sela kepungan udara dingin sudah kita lalui bersama di hari-hari kemarin. Saatnya kita melangkah di bulan Juli yang juga masih di selimuti hawa dingin yang menyejukkan ini. 

"NGESRONG" Adalah tema yang kita pilih untuk gelaran sinau bareng di edisi kali ini.

Dalam bahasa jawa, Ngesrong bisa di artikan dengan tidak tepat sasaran, tidak pas, tidak sesuai dan sebagainya. Bila di uraikan, gambaran tentang Ngesrong adalah sebuah keadaan yang mana hasil yang didapat tidak sesuai dengan apa yang sudah di perhitungkan sebelumnya. Beberapa contoh kejadian yakni ketika kita menjadi siswa di sekolah, di pesantren, maupun di kampus. Atau ketika kita sudah berpuluh-puluh kali hadir di forum-forum diskusi, seminar dan sebagainya. Tentu banyak teori-teori yang sudah kita dapatkan dan tersimpan di file diri kita.

Tapi mengapa saat tiba momentum Allah menguji dengan kejadian yang serupa, pengetahuan itu tidak bisa kita gunakan? Kalaupun kita gunakan, mengapa efek yang terjadi justru malah membuat sakit dan benturan? Ataupun kita balikkan, ketika kita merasa sudah melakukan gerakan, pengaplikasian nilai, baik di kehidupan pribadi, maupun di suatu perkumpulan/komunitas.

Mengapa itu semua tidak bisa memperluas diri kita? Membuat kita justru malah menganggap yang lain tidak sempurna? Tidak bisa meningkatkan keyakinan kita kepada sang pencipta? Dan tidak menumbuhkan kepatuhan-kepatuhan kepada-Nya?

Setiap manusia di bekali oleh Tuhan akal yang cara kerjanya begitu luar biasa. Dia bisa menampung banyak sumber informasi dari apa yang sudah di lihat oleh matanya, didengar oleh telinganya, dihirup oleh penciuman hidungnya, dan dirasakan oleh kepekaan hatinya. Bahkan dia juga bisa  menganalisa peristiwa-peristiwa apa saja yang sudah di lewati dalam perjalanan hidupnya. Dengan inilah kemudian manusia membekali diri sebelum akhirnya bergerak dan melakukan tindakan-tindakan. 

POCI MAIYAH Di tahun ke 6 ini telah menjadi laboratorium nilai, dengan banyak sekali sumber informasi yang menjadi rujukan pembahasannya. Bahkan tidak hanya di POCI MAIYAH,di luar sana banyak sekali forum-forum diskusi,kajian-kajian ilmiah,seminar,pengajian,maupun training motivasi yang memperkaya ruang keilmuan di masa sekarang. Data-data inilah yang menjadi benih-benih tanaman kehidupan agar hasilnya bisa kita nikmati dengan rasa syukur. 

Ibarat sebuah pohon, tentu siapa saja yang sudah menanamnya ingin merasakan manis buahnya. Lalu siapa yang akan merawat benih-benih pengetahuan itu hingga menjadi pohon besar yang rindang dan berbuah.? Tentu kita sendiri.

Aplikatif terhadap apa yang sudah kita ketahui adalah pupuk yang paling bagus dan paling menyuburkan untuk menumbuhkan dengan baik pohon itu. Meski seringkali setelah tumbuh dan berbuah, selalu saja ada buah yang tidak sempurna, baik bentuk maupun rasanya. Itulah yang kemudian perlu kita perbaiki lagi dengan pengetahuan-pengetahuan baru. Agar sesudahnya bisa meminimalisir hasil buah yang tidak sempurna itu. Kurang lebih seperti itulah prosesnya hingga akhirnya hakikat ilmu bisa kita dapatkan.

Dalam falsafah jawa sering kita dengar,bahwa "Ilmu iku kelakone kanthi laku" Senada dengan itu, Mas Sabrang Damar Panoeluh menjabarkan bahwa : "Ada jarak antara pengetahuan dan ilmu,pengetahuan menjadi ilmu hanya jika sudah menjadi laku".

Itulah yang harus kita upayakan secara terus menerus agar sejatinya ilmu tadi,bisa memancar di jiwa dan menerangi kita. Bahkan tidak menutup kemungkinan bisa juga  menerangi orang-orang di sekitar kita.

Al 'ilmu nur Begitu kata Rasulallah. Bahwa ilmu adalah cahaya.

Dalam pembahasan lain, ada sumber yang mengatakan, bahwa pengetahuan maupun ilmu dan amal adalah satu kesatuan yang harus selalu bertaut satu sama lain. Yang keduanya harus terus bergandengan sebagai bekal kita menjalani kehidupan ini. Sehingga apa yang sudah kita pelajari dan kita sinauni bersama-sama, serta apa yang sudah kita kerjakan dan kita terapkan baik pada diri sendiri maupun di kehidupan sosial kita sejauh ini, bisa kita petik hasil buahnya dan kita nikmati manis rasanya. 

Untuk mencapai tujuan itu, tidak ada cara lain selain kita sendiri yang harus berusaha keras mengaplikasikannya, mengumpulkan kembali bahan-bahan teori dan pengetahuan kita, memperluas jangkauan kita, dan menebarkan hikmah-hikmah kepada semua.

Sampai kapan? Sepanjang Allah masih menghembuskan nafas pada diri kita. 

Wallahu A'lam Bisshowab.