Jumat, 05 Agustus 2022

Nilar Nalar



Mukadimah Poci Maiyah Agustus 2022

Oleh: Mustofa Ups

Dalam pengertian bahasa jawa, kata Nilar berarti meninggal. Yang kata dasarnya adalah tinggal, mati. Sedangkan kata Nalar dalam kamus bahasa jawa memiliki arti gagasan, budi.

Dalam KBBI sendiri Nalar memiliki 5 arti. Yakni :

1. Pertimbangan tentang baik buruk dan sebagainya

2. Akal budi (Contoh: Setiap keputusan harus didasarkan nalar yang sehat)

3. Aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis

4. Jangkauan pikir

5. Kekuatan pikir

 

Sedangkan penjelasan secara umum, nalar merupakan salah satu perangkat manusia yang digunakan dalam pencarian kebenaran. Ia dapat difungsikan sama seperti indra ialah untuk mengenali objek dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan resepsi. Karenanya, hasil penalaran dapat berbeda antara seorang subjek dengan subjek.


Beberapa tahun silam, di akhir tahun 2019. Majelis maiyah yang merupakan sedulur tua kita, yakni KENDURI CINTA Jakarta pernah membahas tentang nalar, akal ,naluri, dan sebagainya. Hanya saja fokus utamanya adalah tentang akal. Bagaimana manusia mengalami keadaan dimana akal tidak bisa di gunakan dengan baik. Juga gambaran bagaimana seharusnya akal digunakan dengan sehat dan dengan pandangan yang jernih juga.

 

Muqodimah POCI MAIYAH pada edisi bulan ini akan sedikit mengutip tulisan dari tim redaksi KENDURI CINTA Jakarta.

 

Yang membedakan manusia dengan binatang adalah manusia memiliki akal sementara binatang tidak. Meskipun sama-sama memiliki otak, tetapi binatang tidak memiliki akal. Maka manusia memiliki ide, gagasan, kreativitas, ilham, dan lain sejenis. Akal jelas tidak sama dengan otak. Singkatnya, otak adalah hardware sementara akal adalah software.

 

Akal adalah potensi rohaniah yang Allah menganugerahkannya kepada manusia, dan agar akal semakin berfungsi dengan baik, manusia harus melatihnya secara terus-menerus. Jika akal tidak difungsikan, maka akan berakibat pada kebodohan.

 

Sebenarnya, tidak ada akal tidak sehat. Yang ada adalah mekanisme berpikir yang tidak sehat. Semua manusia sudah paham, bahwa mencuri itu perbuatan buruk. Bahkan, tanpa adanya undang-undang, hingga ayat dari Tuhan pun, secara naluriah manusia sudah memahami bahwa mengambil hak milik orang lain adalah perbuatan tercela. Tetapi, itulah manusia. Dengan bekal kreativitasnya, manusia kemudian mendayagunakan akalnya. Hanya saja, terkadang mekanisme berpikir manusia tidak sehat. Perbuatan-perbuatan yang awalnya disadari sebagai perbuatan yang tidak baik, yang jauh dari nilai luhur manusia, karena tingkat kreativitas manusia yang begitu bebas dijelajahi, segala hal dimungkinkan untuk diuji coba dan dilakukan. Sebuah perbuatan buruk yang awalnya disadari sebagai perbuatan buruk, menjadi sebuah kebiasaan karena setiap melakukannya ia tidak merasakan akibatnya secara langsung. Contohnya: korupsi.

 

Justru yang bisa tidak sehat adalah hati. Maka kita mengenal konsep Tombo Ati. Secara naluriah kita memahami bahwa hati adalah unsur dalam diri manusia yang bisa terkontaminasi oleh sakit. Bahkan di dalam Al-Qur’an, Allah jelas-jelas menyatakan hati itu bisa sakit, bahkan Allah bisa menambahkan sakit dalam hati manusia. Fii qulubihim marodhlun, fazaadahumullahu marodhlo.

 

Peradaban yang sedang kita hadapi saat ini adalah peradaban yang tidak sungguh-sungguh dalam berTuhan. Tuhan diakui keberadaannya, nama-Nya disebut-sebut, bahkan diteriakkan di mana-mana, tetapi manusia tidak serius menyembah kepada-Nya. Tuhan dipaksa untuk memenuhi keinginan manusia. Lebih parah lagi, Tuhan hanya dianggap sebagai pelengkap penderita.

 

Sayangnya, manusia juga setengah-setengah dalam menihilkan peran Tuhan. Seharusnya, kalau memang Tuhan tidak sungguh-sungguh diakui keberadaannya, sekalian saja kebebasan mutlak menjadi pijakan hidup manusia untuk melampiaskan nafsu. Kenapa tidak menindas sebanyak mungkin orang? Kenapa tidak mengambil hak orang lain sebanyak-banyaknya? Kenapa tidak memilih berkuasa selama-lamanya? Jika keberadaan Tuhan sudah tidak diakui secara sungguh-sungguh.

 

Ketika manusia tidak menggunakan potensi-potensi yang dimiliki akal secara seimbang, hanya menggunakannya untuk sekadar bertahan hidup dan meneruskan perkembangbiakan saja, dengan mengabaikan fungsi lain seperti kemampuan untuk pengambilan keputusan, kepribadian, proses intelektual, interaksi dan lain sebagainya, lantas di mana letak perbedaan antara manusia dengan binatang?

 

Akal sehat akan memberikan konfirmasi bahwa ada keadaan yang tidak beres dengan kondisi yang ada. Tetapi, karena terjadi dismanajemen fungsi akal itu tadi, kebobrokan justru menjadi momen yang menguntungkan. Sehingga sebisa mungkin menghindari adanya perbaikan sistem. Akan tidak mengherankan apabila kondisi yang terjadi di lingkungan, baik masyarakat, maupun lingkup negara, banyak terjadi tindakan-tindakan yang dirasa tidak sesuai dengan logika, seperti banyak kasus kriminal seperti kekerasan, perampasan hak orang lain, bahkan sampai menghilangkan nyawa.

 

Persoalannya bukan kita mampu atau tidak, melainkan kita mau atau tidak. Salah satu kekhawatiran yang berlebih dari manusia modern adalah kekhawatiran tidak bisa makan. Manusia berlomba-lomba menumpuk harta demi mencapai jaminan tidak lapar. Apakah salah menjadi orang kaya? Apakah salah menjadi penguasa? Tentu saja tidak. Asalkan yang dijunjung tinggi adalah asas kebermanfaatan bagi sesama manusia dan sesama makhluk hidup.

 

Wallahu a'lam bisshowab.

 

"Kalian berbicara bahwa dunia semakin rusak dan akan semakin rusak. Siapa yang merusak? Kalian sendiri.” -Emha Ainun Nadjib-