Jumat, 22 Juni 2018

Ooh, Ternyata Poci Maiyah Ini?

Oleh : Mohamad Ilmi Alhakim

“Katanya, Poci Maiyah adalah wadah untuk sinau bareng menemukan kebenaran dalam hidup, sedangkan setiap perjumpaan selalu membahas hal yang rumit dan kadang tidak menemukan titik temu? Lantas, kebenaran apa yang menjadi hasil bagi kita?”

Kadiran (mentang-mentang) Jama'ah Maiyah kemudian selalu grudak-gruduk bareng kemudian diskusi permasalahan sosial masyarakat, berbagi pandangan dan saling melengkapi. Terlebih ketika mendekati rutinan bulanan, poster acara dan mukadimah yang diposting sudah dibedah secara mandiri, ditambah dengan bumbu bahasa akademis, termasuk quotes pujangga cinta dipersiapkan sebagai pijakan berbicara di forum.

Anehnya, persiapan itu tidak berguna karena banyaknya sudut pandang yang diolah guna memberikan pencerahan terkait tema bahasan. Artinya, kalimat pamungkas pun nggak bisa diucapkan karena sudah terlalu meluber dari gagasan awal (ya iyalah, siapa yang mampu mengaitkan antara perbedaan jumlah rakaat shalat tarawih dengan hukum newton)

Untuk menjawab kegelisahan ini, saya sebagai tim rewo-rewo Poci Maiyah melakukan riset mendalam untuk memberikan penjelasan berikut. Sudah siap? Berangkaaatt..

Sumber hukum dalam Islam ada al-Quran, as-Sunnah, Ijtihad (ijma dan qiyas). Ketiga inilah yang menjadi sandaran menjalani kehidupan di dunia. Meski tidak tertuang secara gamblang mengenai point-point jawaban, tetapi terdapat benang merah yang menunjukan arahnya, persis seperti kita melakukan perjalanan dari Tegal ke Jakarta yakni intinya ke arah barat. Toh bisa naik kereta, motoran, atau pesawat darat (via bandara dukuhsalam)

Yaaa fundamentalnya peran sumber hukum bukan saja masalah ketuhanan (tujuan), ketiganya sebagai petunjuk (alat) mencapai kemenangan.

Tapi, tunggu dulu. Jangan sampai mengartikan dan menafsirkan secara sepihak, bukannya benar malah kita kerepotan karena harus makan soto pakai tiga jari.

Sebagai kesimpulan, ketika ada permasalahan, maka hampir dipastikan akan ada yang menanggapi dengan corak masing-masing tergantung pengalaman dan bekal yang dimiliki. Maka tugas kita untuk mengolah dan menyimpulkan sesuai karakter khas Maiyah, layaknya mengelola perbedaaan penentuan hari raya idul fitri yang sudah kita akrabi. Toh semua yang dibicarakan tidak mungkin tidak berdasar.

Gimana? Sudah ada keinginan untuk kembali melingkar bersama? Yaahh, tenang saja. Selalu ada alasan yang untuk kembali mengunjungi GBN setiap bulannya: kopi dan rokok gratis.