Jumat, 11 September 2020

Memimpikan Muhammad




Reportase Poci Maiyah September 2020
Oleh: Lingkar Gagang Poci

Matahari timur mulai muncul dan bersinar, sedang matahari barat cahayanya mulai memudar lalu tenggelam. Semilir angin terhempas di tengah kota yang tertutup awan mendung, dengan penuh petir ketakutan dan badai ketidakpastian. Tapi angin-angin masih membawa mimpi kepada semua orang, hingga hujan di bulan september turun mengguyur tanah yang gersang. Poci Maiyah kembali membuka tutupnya dikala hujan sehingga ia terisi oleh ribuan butir air cahaya, dan jama'ah Maiyah berbondong-bondong mulai datang melingkar menjadi cawan kosong yang haus untuk diisi butiran air cahaya-Nya.


وَرَاَ يْتَ النَّا سَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَا جًا ۙ 

Wa ro`aitan-naasa yadkhuluuna fii diinillaahi afwaajaa

"Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah," (QS. An-Nasr 110: Ayat 2)


Di Rumah Tahfidz Darul Qur'an Al-Mahmudiyah tempat orang-orang mempelajari al-Qur'an, menjadi tempat diadakannya kembali Maiyahan secara terbuka setelah sekian lama ikut ter-lockdown akibat wabah virus corona. Poci Maiyah seakan sedang nlilir dari tidur panjangnya, ia mulai membuka mata dan kembali melihat dunia. 


Salah satu pembahasan yang menarik banyak perhatian di tema Nglilir: Jejodohing Cahyo (Perjodohan Cahaya) adalah tentang mimpi. Berawal dari Mba Bella, perempuan yang sering ikut menyayikan lagu di setiap Maiyahan bersama band Interm. Ia bercerita kalau dulu ia pernah bermimpi bertemu mbahnya yang marah-marah kepadanya, mbahnya menyuruh ia untuk tidak pernah meninggalkan sholat, lalu pertanyaan muncul dalam dirinya "Siapa sebenarnya yang ada dalam mimpi saya? Apakah dia benar mbah saya? Bukankah orang yang meninggal itu langsung kembali ke Allah? Kenapa ia bisa hadir dalam mimpi saya? Apakah ia adalah ruh mbah saya?" Namun dari pertanyaan Mba Bella memunculkan pertanyaan baru dari beberapa jama'ah, sekiranya begini "Bagaimana kita bisa beransumsi bahwa yang hadir dalam mimpi Mba Bella adalah ruh mbahnya sedangkan dalam al-Qur'an dijelaskan bahwa untuk urusan ruh adalah adalah urusan Allah dan manusia tidak bisa mengetahuinya bahkan ketika Nabi Muhammad ditanya tentang ruh ia hanya menjawab bahwa ruh itu urusan Allah"



وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Wa yas`aluunaka 'anir-ruuh, qulir-ruuhu min amri robbii wa maaa uutiitum minal-'ilmi illaa qoliilaa

"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, katakanlah, Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 85)


Pertanyaan yang melahirkan pertanyaan membuat pembahasan menjadi sangat kompleks. Namun ada salah satu perkataan menarik dari seorang penyair sufi bernama Jalaluddin Rumi "Jika teguran pergi, begitu pula dengan cinta. Dan cinta akan tetap tinggal, jika teguran terus ada". Lantas apa kaitannya pernyataan ini dengan mimpi Mba Bella yang dimarahi Mbah nya? Bisa jadi kehadiran mbah dari Mba Bella dalam mimpinya adalah bukti rasa cinta dari mbahnya kepada cucunya, sebab orang-orang yang mencintai akan selalu menegur orang yang dicintainya ketika ia melakukan kesalahan. Kalau kalian sering menonton serial anime Naruto pasti akan sering menjumpai episode yang bercerita ketika Naruto tiba-tiba berubah menjadi moster musang ekor sembilan (Kyubi) lalu dirinya tak terkendali dan mengamuk, lantas dalam dirinya tiba-tiba ia seakan seperti berada di alam mimpi bertemu dengan Ayahnya Minato atau Ibunya Kushina yang menyegel Kyubi dalam tubuhnya. Kehadiran mereka adalah untuk mengingatkan Naruto agar segera sadar dan bisa mengendalikan dirinya agar tidak banyak melakukan kesalahan yang mengakibatkan banyak kerusakan di desa. Ah tapi kita tidak akan membahas panjang lebar tentang Naruto, kita akan kembali ke pembahasan utama tentang mimpi.


Tapi sebelum itu pertanyaan ini belum terjawab "Bukankah orang yang telah meninggal itu ruhnya langsung kembali ke Allah? Bagaimana ia bisa hadir dalam mimpi?" Mari kita membahas hal ini lebih detail. Dalam banyak cabang ilmu mulai dari sains, filsafat dan agama sepakat bawasanya apapun yang tercipta sifatnya abadi, jadi kematian bukanlah akhir dari kehidupan, kematian hanyalah awal untuk menuju kehidupan baru. Ketika manusia meninggal, tubuhnya akan sirna, ruhnya akan kembali ke Tuhan, namun dalam diri manusia tidak hanya sekedar tubuh dan ruh saja, di dalam jiwa ada banyak unsur pembentuk di dalamnya. Diantaranya ada pikiran, perasaan, dan memori yang bisa bertransformasi menjadi wujud baru. Ketiga unsur tersebut juga bisa masuk kedalam jiwa orang lain. Kalau dalam ilmu kedokteran itu kita mengenalnya dengan DNA, namun kalau dalam Psikoanalisis disebut Colective Unconciousness (Bawah sadar kolektif) yang berisi ingatan-ingatan yang diwarisi oleh leluhur dari generasi ke generasi. Seorang kakek biasa mewarisi keahliannya ke anak cucunya tanpa harus ia mengajarinya, ini biasa terjadi secara alami dan orang yang diturunkan pun tidak akan menyadari jika dia bisa melakukan  keahlian yang sama seperti kakeknya, makanya ada beberapa etnis yang mewarisi suatu keunggulan tertentu yang mampu melahirkan orang yang pintar-pintar, faktor genetik tersebut mampu mewaris ke lintas generasi dan saling terhubung secara tidak sadar, bahkan kata Carl Gustav “Ada sisa psikis perkembangan manusia yang menumpuk dari generasi ke generasi” termasuk juga sikap batin mampu mempengaruhi DNA seseorang yang nantinya akan mewaris ke anaknya. Sebagaimana penyataan Gus Luay bawasanya manusia memiliki lapisan-lapisan hijab dalam dirinya, lapisan-lapisan tersebut di antaranya ada :


Lapisan pertama ada  memori pikiran :

Memori yang terbentuk dari pola pikir masyarakat, mempengaruhi kebudayaan, norma sosial yang berlaku dalam satu wilayah masyarakat.

Lapisan kedua, ada memori DNA,

Memori yang terbentuk dari faktor keturunan, mempengaruhi bentuk tubuh, diantaranya ada rambut, warna kulit, warna mata, dll.

Lapisan ketiga ada memori sel, 

Memori yang terbentuk dari organisme biologi, mempengaruhi ketahanan tubuh

Lapisan keempat, ada memori atom.

Memori yang terbentuk dari awal mula proses penciptaan alam semesta, mempengaruhi segala hal yang tercipta di alam semesta


Masing-masing lapisan memori bisa mewaris dari satu generasi ke generasi, membawa banyak informasi dan mempengaruhi kehidupan. Barangkali mungkin hal ini yang membuat Mba Bella bisa bermimpi bertemu dengan Mbahnya, melalui sisa-sisa psikis yang diturunkan mbahnya kepada dia.




Lalu sebenarnya apa itu mimpi?

Apakah itu sebuh perantara bagi kita untuk bertemu orang-orang dan mengakses banyak informasi di masa lalu? Apakah ia berada dalam ketidaksadaran, pra-kesadaran atau kesadaran? Ada salah satu jama'ah yang berkata bawasanya mimpi adalah sebuah isyarat (hikmah) dari Allah, seperti Nabi Yusuf yang bisa menakwil mimpi sebagai sebuah isyarat akan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Semua mimpi adalah isyarat yang bisa di tafsirkan.


Seorang sufi besar dari Andalusia, Muhyiddin Ibnu Arabi berpendapat "Nabi Yusuf bermimpi melihat benda-benda langit bersujud kepadanya dan menganggap mimpi itu sebagai kenyataan, namun Nabi Muhammad menganggap baik dalam dunia mimpi ataupun dunia nyata adalah mimpi, takwil akan kebenaran hanya bisa terbuka di alam kematian". Tapi di sisi lain Ibnu Arabi juga menganggap mimpi sebagai kenyataan, terlihat pada salah tulisannya di bab pertama Al-Futuhat Al-Makkiyyah Jilid 1. Dia bercerita saat dirinya bertemu dengan Nabi Muhammad "Kepada beliau yang aku menyaksikannya ketika aku menulis pengantar kitab ini di alam hakikat-hakikat imajinal (misal/khayal/imajinasi)..." dalam pernyataan ini Ibnu Arabi membenarkan mimpinya ketika ia bertemu dengan Nabi Muhammad sehingga ia melanjutkan tulisannya "Ketika aku menyaksikan beliau di alam tersebut sang tuan (Nabi Muhammad) yang maksum maksud tujuannya, terjaga penyaksian-penyaksiannya, yang ditolong dan dikukuhkan—seluruh rosul berbaris dihadapannya, dan umatnya, yang adalah umat terbaik, berkumpul mengitarinya." 


Imajinasi juga merupakan mimpi, sebagaimana harapan adalah mimpi orang-orang yang terjaga dan bentuk dari harapan adalah imajinasi. Lantas apakah imajinasi atau mimpi merupakan suatu kenyataan? Lalu bukankah tidak ada yang tau rupa Nabi Muhammad sehingga tidak bisa satu pun seseorang yang bisa mengimajiasikannya. Lantas bagaimana Nabi Muhammad bisa hadir dalam imaji Ibnu Arabi?


Untuk penafsiran akan mimpi, Mbah Nahar memberikan suatu metode yang baik bahwa mimpi sebenarnya tergantung pada pemaknaannya, belum tentu orang yang bermimpi keluarganya yang telah meninggal berarti ia akan meninggal karena diajak oleh keluarganya melalui mimpi. Seperti Nabi Ibrohim yang memaknai mimpi mengorbankan anaknya sebagai sebuah kebenaran, padahal mungkin saja mimpi tersebut bisa merupakan hanya suatu isyarat agar Nabi Ibrohim tidak terlalu terikat dengan anaknya dan selalu bisa beribadah kepada-Nya. Namun mimpi ini dibenarkan oleh Nabi Ibrohim.


قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

Qod shoddaqtar-ru`yaa, innaa kazaalika najzil-muhsiniin

"Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."

 

Mimpi bisa berarti isyarat ataupun sebuah kebenaran tergantung dari pemaknaannya, selagi kita memaknainya dengan baik maka hasilnya akan baik sama seperti Nabi Ibrohim, anaknya yang dikorbankan tiba-tiba berubah menjadi seekor kambing.


Yang terakhir, ada salah seorang bertanya, bagaimana kita bisa mengenali bahwa kita bermimpi bertemu Nabi Muhammad? Sedangkan tidak ada yang mengetahui wajah beliau dan kita tidak pernah melihat wajahnya sebelumnya. Sebagaimana Ibnu Arabi yang menemui Nabi Muhammad dalam alam imajinasi padahal wajah Nabi Muhammad belum pernah ia lihat, bagaimana mungkin ia bisa megimajinasikannya?


Ada suatu kesadaran yang tidak sadar, mimpi juga bisa masuk dalam itu. Seseorang bisa bermimpi atau berimajinasi dengan tiba-tiba terlintas, terbesit dalam bayangannya tentang seseorang yang tidak ia kenal, tidak pernah ia lihat. Tapi dalam mimpi tersebut seakan-akan ia telah mengenalinya, merasa dekat dengannya meskipun di alam nyata ia belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Sebab tidak ada satu pun mahluk di dunia ini yang bisa bermimpi bertemu Nabi Muhammad kecuali jika Nabi Muhammad menghendakinya sendiri, jadi tidak ada orang yang bisa mengimajinasikannya, memimpikannya, kecuali jika Nabi Muhammad sendiri yang menghendakinya untuk hadir dalam imajinasi ataupun mimpi seseorang.


Berbicara tentang mimpi mungkin tiada habisnya, seribu satu malam tak akan cukup menjelaskannya. Mimpi tetaplah mimpi, ia adalah rahasia dan tetap menjadi rahasia.


WallahuAlam



***


Sesungguhnya alam jadian begitu ajaib dalam fluktuasinya

Di dalamnya terdapat lukisan dan goresan


Perhatikanlah ia, niscaya akan kau lihat di dalamnya ciptaan-ciptaan baru yang belum pernah ada,

Kerena sebuah tulisan adalah goresan dari segala sisinya


Sungguh eksistensi adalah misteri

Yang membingungkan pengamatannya.

Alam jadian dijadikan tertulis, dan lembaran dibentangkan


—Ibnu Arabi, Al-Futuhat Al-Makkiyyah Jilid 5