Jumat, 06 Januari 2023

SAKUASANE



 Mukadimah Poci Maiyah Januari 2023 Oleh: Rizki Eka Kurniawan


Heaven helps those who help themselves” 

(Tuhan akan menolong orang-orang yang mau berusaha)



Kehidupan kita saat ini sangatlah berbeda dengan kehidupan kita di tahun lalu. Perubahan terasa begitu cepat, bahkan terkadang membuat kita sampai-sampai tidak menyadarinya bahwa segala sesuatu atau mungkin bahkan keseluruhan dari dunia kita telah berubah.


Kita melihat beberapa keluarga, teman, tetangga, sanak saudara ataupun orang yang belum kita kenali telah “sukses” lebih dulu dari kita. Dan kita mendambakan hidup seperti mereka yang berkecukupan harta dan mempunyai status sosial tinggi di masyarakat. 


Terkadang, di dalam hati kita mengadu nasib. Perasaan iri kerap kali mendominasi hati, membuat hidup kita menjadi tidak tenang, cemas dan tersisihkan. Kita bertanya: “Kenapa orang-orang bisa lebih dulu sukses dari kita?”


Saya sangat yakin, manakala hati dan pikiran kita telah bertanya semacam ini, kita pasti mengalami suatu kegelisahan yang dahsyat, perasaan dipenuhi emosi negatif yang bergejolak, bingung dan putus harapan. Kita menjadi sangat frustasi, seolah-olah dunia tidak berpihak pada kita, seolah-olah kita menjadi makhluk paling menderita dan seolah-olah Tuhan pilih kasih dalam menentukan takdirnya.


Sama sekali tidak! Semua tuduhan negatif kita kepada dunia, kepada takdir bahkan sampai kepada Tuhan, tidak bisa dibenarkan! 


Dalam sebuah pertemuan Mother Poci Maiyah di kediaman Mas Samsul, kita berbicara banyak hal mengenai ekonomi dan perubahan sosial. Sampai-sampai salah seorang pegiat mengeluarkan kalimat yang sangat revolusioner, katanya:

“Tuhan telah mempercayakan takdirnya kepada kita, maka jangan pernah mengecewakan-Nya!”


Begitulah kalimat tersebut mendasari semangat masyarakat Poci Maiyah. Semangat untuk tetap hidup, berjuang dan mempertahankan kehidupan. Semangat untuk terus melipatgandakan kebaikan dan kebermanfaatan.


Tidak ada satu pun alasan yang bisa kita jadikan alibi untuk menyerah, tidak ada waktu bagi kita untuk berlarut-larut mengeluh pada nasib yang kita anggap buruk. Masyarakat Poci Maiyah dididik untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam memberi. Seperti kata Maha Guru Sufi:


“Kami diajarkan untuk tetap memberi, meskipun dalam keadaan tidak memiliki”


Dalam arti, kehidupan kita harus diserahkan sepenuhnya untuk produktivitas dan kebermanfaatan serta berkontribusi terhadap masyarakat secara luas. Dan salah satu cara kita dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas kita dalam memberi adalah dengan meningkatkan taraf ekonomi, paling tidak kita bisa menyelamatkan diri kita sendiri dari kemiskinan materi.


Oleh karena itu, kita harus sadar secara kolektif bahwa setiap jam yang kita miliki bernilai uang jutaan rupiah, maka janganlah kita menyia-nyiakan waktu, jangan membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak perlu.


Bilamana kita bisa memanajemen waktu dengan baik, kita bisa menghasilkan cukup banyak uang, karena salah satu sifat alami uang adalah bisa dilipatgandakan. Uang mempunyai sifat produktif yang menghasilkan. Dengan uang kita dapat menghasilkan uang dalam jumlah yang lebih banyak.


Kita hanya perlu cukup keberanian untuk memulai, untuk mengambil resiko dari setiap pilihan yang kita tentukan. Jika kamu ingin berusaha atau memulai karir di suatu perusahaan, hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah memulai, bukan memikirkan bagaimana kamu akan sampai.


Beranikan dirimu untuk mengambil resiko dari setiap kesempatan yang datang. 

Perubahan sangat besar justru terjadi dalam bingkai waktu yang sangat sempit.

Ketika sama sekali tidak disangka-sangka, kehidupan justru menyodorkan kita tantangan untuk menguji keberanian dan kemauan kita untuk berubah. Jika saat seperti itu tiba, tak ada gunanya berpura-pura sesuatu belum terjadi, atau mengatakan kita belum siap.


Mulailah selagi ada kesempatan. Beranikan dirimu untuk membuka masa depan yang baru! 


Dan sebagai tambahan, saya ingin menceritakan sedikit kisah menarik dari Bali, tentang kisah komunitas kera di daerah Sangeh Bali. 


Pada mulanya, komunitas kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang mempunyai ukuran badan yang lebih besar dan bentuk rambut yang panjang, berbeda dari kera-kera lainnya yang mempunyai tubuh lebih kecil dan rambut yang pendek. 


Namun, di setiap tahun selalu ada tradisi di komunitas kera tersebut untuk memperebutkan kursi kepemimpinan dengan cara berduel secara fisik. 


Dan bilamana ada seekor kera penantang yang bisa mengalahkan sang pemimpin, maka ia akan diangkat sebagai pemimpin baru dan pemimpin lama yang kalah akan diusir dari komunitasnya. 


Suatu keajaiban yang menarik di sini, pada saat kera penantang itu menjadi pemimpin, beberapa bulan kemudian secara fisik tubuh kera tersebut menjadi lebih besar dari kera lainnya dan rambutnya memanjang berwarna putih seperti pemimpin kera yang lama. 


Seakan-akan ada zat kepemimpinan di dalam diri setiap kera. Dan zat kepemimpinan itu baru aktif manakala kera tersebut telah berhasil menduduki kursi kepemimpinan. 


Kejadian semacam ini, mungkin seperti sebuah keajaiban, secara tiba-tiba kera kecil yang memenangkan pertarungan dan menjadi pemimpin baru mengalami perubahan yang dratis; tubuhnya jadi besar dan rambutnya jadi panjang berwarna putih. 


Dan saya kira, hal ini tidak hanya terjadi di komunitas kera saja, manusia atau bahkan mungkin makhluk lainnya juga mengalami ini. Manakala ia telah diberikan suatu tanggung jawab atau ia telah mengambil suatu resiko dan menentukan pilihan hidup. 


Alam secara langsung membantunya, zat-zat tersembunyi dalam diri kita akan aktif secara tiba-tiba. Dan kita akan mengalami perubahan yang tak disangka. 


Dari kisah ini, cukuplah bagi kita untuk percaya, bahwa dalam hidup. Bilamana kita ingin sukses, maka kita tak perlu takut gagal ketika telah mengambil keputusan, meskipun keputusan itu tampak begitu suram, namun percayalah alam tak akan tinggal diam meninggalkanmu menderita sendrian. Ia selalu ada untukmu, bahkan saat kamu tidak sadar akan keberadaan-Nya.