Ditengah hiruk pikuknya dunia yang dibilang modern saat ini, dimana orang-orang modern berlomba unjuk kepandaian dibidang teknologi dan infrastruktur yang katanya untuk kemakmuran rakyat dan kemajuan Negara justru saya merasa gusar, tentu kegusaran saya ini sangat tidak akan bisa diterima di mindset orang-orang modern saat ini, bahkan mungkin mereka menganggap saya orang kuno yang tidak mau maju. Tapi kegusaran saya bukan tanpa alasan, justru saya gusar karena tidak bisa menangkap apa yg dimaksud mereka untuk kemakmuran dan kemajuan?
Makmur untuk siapa? Dan maju kemana? Kalo mereka bilang untuk kemakmuran rakyat, rakyat
yang mana? Dan apa indikasi dari kemakmuran kalo bukan materiil? Apakah
ada di Pancasila yang menganjurkan untuk bertujuan kemakmuran? Kalo memang bertujuan untuk rakyat, bukan kemakmuran yang rakyat butuhkan melainkan “keadilan” keadilan sosial yang berdaulat.
Kemajuan kemana? Tujuan kita yang sejatinya itu
kemana? Kenapa orang-orang modern sekarang ini sangat gemar meniru dan
mengadopsi budaya-budaya barat hingga teknologi dan infrastruktur?
bahkan membanggakannya dengan menyebutnya suatu Kemajuan? Yang sejatinya
justru itu adalah ketertinggalan. Bahkan yang mereka banggakan itu tidak akan
laku di loket akhirat nanti.
Tapi syukurnya ditengah kegusaran saya masih ada
rasa Pe-De dan keyakinan saya bahwa pada waktunya nanti akan ada kaum
yang dicintaiNya dan mereka juga sangat mencintaiNya, dimana orang-orang
dari kaum itu adalah mereka yg selalu “Membangun keDalam” yang selalu
ikhlas, setia bahkan sangat tangguh untuk tidak merasa ngantuk hingga
jam 3 pagi. Mereka datang dan berkumpul dengan ikhlas tanpa
dibayar, mereka selalu setia dalam cinta dan kemesraan denganNya, mereka
saling mengingatkan dan saling menjaga satu sama lain. Mereka adalah
Oranga-orang maiyah.
Mejasem 27 - Oktober - 2017
*Hadi Firmansah