Malam
itu Mbah Wali didaulat, lebih tepatnya ialah dipaksa menjadi seorang
bupati. Sontak Mbah Wali mengeluarkan ribuan jurus silat lidah untuk
menolaknya, namun tak berhasil, tak ada satupun masyarakat di
kabupaten yang kasihan kepadanya. Mbah Wali tetap diangkat menjadi
bupati.
Sepulangnya dari
rapat akbar itu Mbah Wali galau. Belum masuk rumah, Mbah Wali duduk
merenung sendirian di teras rumahnya. Apa yang harus dilakukan untuk
kabupaten yang baru ia bentuk bersama teman-temannya itu. Mbah Wali buka
gajet lalu update status.
"Tuhannn, aku galau!"
Mbah
Wali mendapatkan ilham, seperti mendapat jawaban. Ia mencoba menerawang
jauh ke ribuan taun yang lalu. Tetang kisah hijrah Nabi Muhammad dan
pembentukan negara Madinah, beliau tidak membangun perekonomian ataupun
infastuktur. Namun langkah yang pertama ialah beliau mempersaudarakan
kaum muhajirin dan anshar. Mbah Wali pun update status lagi.
"Thank You Tuhan. Aku sudah menemukan jawabanya. Yah... langkah yang pertama
untuk kabupaten baru adalah mempererat tali persaudaraan antar
penduduknya"
Waktu sudah
hampir 13 bulan. Sungguh malang nasibnya. Kasihan Mbah Wali, sekarang
kabupatenya mulai dikenal di saentero negeri ini. Cilaka dua belas, yang
muasalnya tak mau menjadi bupati, perlahan Mbah Wali mulai menikmati,
bangga, dan sombong menempati kedudukanya. Mbah Wali galau jilid dua. Ia
kembali update status.
"Tuhan apa yang harus aku lakukan?"
Kali
ini Mbah Wali memperoleh jawaban melalui takwil mimpinya. Ia harus
mengundurkan diri, mundur hingga terperosok ke jalan sunyi. Ia juga
sudah tak mungkin mampu, sebab untuk kabupaten yang sudah mulai
berumur, yang dibutuhkan ialah bukan hanya soal persaudaraan lagi. Tapi
harus lebih dari itu. Persaudaraan adalah ibarat biji yang ditanam, lalu
tumbuh menjadi pohon rindang, daunnya meneduhkan dan buahnya bisa
dipetik sesuai kemanfaatan.
Di status instagramnya Mbah Wali sok tegas. Begini katanya.
"Bagaimanapun caranya aku harus mundur, harus digantikan oleh yang lebih pantas. harus!"
Pukul
dua belas malam. Mbah Wali bersemedi diruang rindu, lalu memejamkan
kedua bola matanya. Ia sudah benar benar resah, ingin secepatnya lengser
dari tahta tertinggi di kabupaten. Sial, saat semedi tadi ternyata Mbah
Wali bablas tertidur pulas. Bahkan si semprul itu bangun kesiangan,
subuhnya pun beriringan dengan dhuha.
*Mohamad Samsul Hadi