Reportase Poci Maiyah Maret 2019
Oleh: Khairul Fahmi
Poci Maiyah maret kali rintik-rintik hujan menemani Taman GBN sedari siang hari hingga menjelang digelarnya acara.
Seperti biasa dulur-dulur pegiat poci maiyah mengkontak lokasi alternatif kalau
saja GBN masih menahan rindunya untuk sedulur poci maiyah melingkar. Tapi
memang malam itu sepertinya ketulusan hati para dulur-dulur poci maiyah GBN tak
sanggup menahan rindu hingga sang rintik hujan pun tidak tega untuk menumpahkan
lebih lama tetesannya, dan secara sigap dulur-dulur poci maiyah menangkap hal
ini untuk segera mempersiapkan properti seperti sound sistem, peralatan musik,
kompor, tikar dan banner. Malam itu sound sistem dan peralatan musik disupport
penuh oleh mas teguh dan kawan-kawan dari pepedan. Pukul 20.30 setelah segala
persiapan untuk sinau bareng telah selesai kang ali pun membuka acara
dengan hadiah fatihah. Hadiah fatihah malam ini berbeda dari biasanya, karena
kali ini tawasul dibawakan penuh syahdu oleh kang ali dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Setelah itu dilanjut dengan membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas
11 kali, Indonesia Raya dan pembukaan dipuncaki dengan Lagu Shohibu Bayti.
Untuk menyambung rasa bagi
sedulur-sedulur yang baru datang ke acara GBN seperti biasa, moderator membawa
kita ke suasana perkenalan. Kang mus nyeletuk anda tersesat di
jalan yang lurus. Mba Kamilah yang malam itu berkenalan menyampaikan bahwa ikut
di poci maiyah kali ini ingin menambah wawasan agar setelah ini apa-apa yang didapat
dari gelaran maiyah di GBN dapat bermanfaat di acara ngaji bareng di desa nya
kalisoka. Ada juga Mas Firdaus yang tertarik dengan maiyah karena memandang
sesuatu dari sisi yang lain. Setelah suasana perkenalan, kita diajak memasuki fase bedah poster yang disampaikan oleh mas oki selaku pembuat poster
maiyah. Bahwa poster kali ini dibuat dengan segampang mungkin seperti kata yang
ada dalam mukaddimah, dan mas oki juga menyampaikan sudah di beri tangan oleh
gusti Allah dipakai untuk yang baik-baik, diberi otak untuk mikir yang
baik-baik. Sebelum lanjut ke tadarus mukaddimah temen-temen HB band yang hadir
malam ini membawakan dua nomor kangen dari miliknya dewa 19 dan cinta dari
miliknya chrisye. Setelah fase bedah poster, seperti biasanya dilanjut dengan
tadarus mukaddimah yang dibacakan oleh
beberapa jamaah secara bergantian.
Mengawali pembahasan tema malam
ini, Sholawat Alfa Salam dilantunkan terlebih dahulu oleh kang Mustofa dan para
sedulur lainnya. Kang fahmi menjelaskan histori kenapa tema donganuk dipilih
malam itu, bahwa ini adalah penghargaan atas kreatifitas kata-kata dulur-dulur
maiyah yang sering muncul dalam grup poci maiyah, lanjut kang fahmi menjelaskan
bahwa kata-kata seperti donganuk mungkin tidak akan pernah di bawakan dalam
seminar-seminar tapi di maiyah ini hal-hal tersebut bisa menjadi tema sinau
bareng. Bahwa di maiyah tidak ada
sesuatu yang sia-sia seperti dala firmanNYA robbana
ma kholaqta haadza baatila. Setelah itu Gus Nahar melanjutkan diskusi
dengan mengingatkan bahwa kita ini tidak ada yang di depan melingkar itu
membuat sudut pandang kita tidak ada yang di depan tidak ada yang di belakang,
dan beliau berpandangan bahasan tentang donganuk adalah semesta jarak. Mas bima
mengemukakan donganuk diambil dari dua kata yaitu dong dan anuk, dong itu
artinya akan dan anuk itu artinya apa. Mas bima juga menyampaikan keresahan
karena beliau itu tidak mengenal bahasa khas tegal seperti jok, jasak, sahang dan sebagainya dan
mas bima berpendapat mungkin dari kata donganuk kita bisa menggali bahasa dan
budaya tegal yang bisa kita lestarikan.
Menginjak pukul 23.00 WIB diskusi
yang meghangat ini di jeda dengan satu nomor oleh mas teguh dan kawan-kawan
berjudul "kerja". Selesai jeda
satu nomor lagi-lagi Allah memberi kejutan setelah bulan januari kemarin kita didatangkan Ulama Kharismatik Tegal, malam ini
Beliau Kiai Mujtahid hadir kembali dengan didampingi oleh Istri Beliau Ibu Nyai Nur Saadah untuk membersamai
rutinan GBN maret ini. Sebelum kembali melanjutkan diskusi Kang luay mengajak
kita semua bersholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi
wassalam, sebagai satu-satunya Manusia yang tidak pernah mengecewakan kita. Seketika
Maula Ya sholli Wa sallim daaiman abada
bergema di GBN dilantunkan oleh seluruh dulur-dulur pada malam itu. Diskusi di
lanjutkan oleh kang luay, beliau menceritakan mungkin usaha dulur-dulur untuk hadir
di GBN banyak hambatannya tapi tidak membuat sedulur semua patah semangat untuk
hadir, kemudian kang mus selaku moderator nyeletuk bahwa kang mus itu malam ini
habis keantup (tersengat) lebah, tapi
karena cintanya kang mus menguatkan diri untuk hadir dan membersamai sedulur
lainnya. Kang luay mengingatkan kembali tentang identitas dan personalitas
bahwa kita masih belum bisa membedakan dua hal tersebut. Identitas itu kita
tidak bisa milih seperti lahirnya di tegal, rambut kamu keriting atau lurus,
kamu lahir tanggal berapa. Personalitas itu kamu mau jadi apa bisa memilih
seperti pekerjaan. Yang menjadi masalah adalah banyak orang yang terjebak pada
personalitas, misal orang pekerjaannya tukang kayu kemudian suatu saat orang
tersebut memecahkan es batu, terus
orang-orang nyeletuk lho panjengengan kan tukang kayu tidak pantas jadi tukang
es batu, padahal sejatinya kita banyak sekali memiliki personalitas tapi
berkali-kali kita terkotak-kotakkan dengan banyaknya personalitas yang kita
punya. Lanjut kang luay juga
mengingatkan bahwa maiyah itu bukan komunitas, maiyah bubar tidak apa-apa.
Maiyah adalah sesuatu yang abstrak yang ada di hati kita semua, yaitu Maiyyatullah wa Maiyyaturrasul yang
artinya selalu membersamai Allah dan Kanjeng Nabi. Kang luay juga mengingatkan bahwa
tidak ada pegiat di poci maiyah yang memiliki keberanian mengaku dirinyalah
yang membuat poci maiyah, tidak ada yang
berani mengakui bahwa yang datang malam ini di GBN adalah karena kita,
satu-satunya idiom yang kita pakai adalah diperjalankan, tapi ikhtiar kita
dalam gelaran GBN tetap kita lakukan, seperti memasang banner, tikar, sound
sistem dan sebagainya.
Melanjutkan diskusi tentang tema
donganuk, kang luay menjelaskan tentang teori Carl Jung atau kausalitas (sebab
akibat) Imam Ghozali atau teori fisika quantum Max Planck. Biasanya orang makan
menjadi kenyang, padahal menurut Imam Ghozali antara makanan dan kenyang mereka
memiliki semesta sendiri-sendiri, satu-satunya subjek yang bisa membuat orang
merasa kenyang adalah Gusti Allah, Hukum kausalitas tidak berlaku di situ.
Kemudian lanjut kang luay menceritakan tentang kisah Nabi Musa A.S bahwa saat
di depan lautan Gusti Allah berfirman kepada Nabi Musa AS untuk memukulkan
tongkatnya. Coba kita pikirkan dari momentum yang sama apakah Allah hanya
berfirman kepada Nabi Musa AS, mungkin Allah juga berfirman kepada lautan.
Lanjut kang luay mencontohkan hal yang lain yaitu seperti saat kita minum air
mungkin juga Allah berfirman kepada tenggorokan kita untuk membuka, kalau tidak
membuka apa yang akan terjadi? kang ali nyeletuk “keluar lewat hidung biasane
ada nasinya” semua jamaah tertawa renyah. Kang luay juga menyampaikan jangan
stagnan dalam memahami sesuatu, kita tahu air esensinya H2O tapi kita tidak mungkin
menadahi uap dengan gelas, itu tidak mungkin, mau memecah air menggunakan pisau
tidak bisa, apalagi mau mandi menggunakan batu es, bisa remuk kita. Ini
menyimpulkan bahwa walaupun esensinya H2O tapi ketika maqomatnya sudah berubah
ada perlakuan yang berbeda-beda. Makin malam makin terasa hangat kang Rizki
yang setiap bulannya mensedekahkan untuk membuat puisi khusus untuk gelaran di
GBN memepersiapkan diri untuk membacakan puisinya yang berjudul "Manusia
Kadangkala". Setelah lantunan puisi dari kang rizki dilanjutkan dengan
diskusi kembali. Ada satu pertanyaan dari mas as’ad momentum donganuk itu sama
dengan proses atau tidak? kang moka menambahi bahwa kata donganuk itu kata yang
diucapkan kepada sesuatu yang belum terjadi kepada sesuatu yang sudah terjadi
untuk perbaikan di masa depan. Kang Subkhi menceritakan kalau kata donganuk di
akherat jarang diucapkan yang ada kata Layah
semua. Jamaah pun serius menyimak respon dari kang subkhi . Layah yang di maksud bukan peralatan masak yang digunakan untuk
menghaluskan cabai menjadi sambal, tetapi sebuah penyesalah seperti “Laaaayaaah
kenapa dulu di dunia tidak melakukan hal yang baik-baik. Menanggapi perntanyaan
mas as’ad, kang luay menambahi bahwa kita tahu yang namanya momentum, proses
menuju momentum itu ada turbulensi dan kesimpulannya donganuk itu adalah
momentum, donganuk adalah semesta tak terhingga, kang luay juga berbicara tentang
niat, kalau niat kita bekerja adalah uang maka kita hanya mendapatkan uang,
kalau dapat silaturahmi paseduluran kita tolak, kalau niat kita bekerja adalah
berkerja maka kalau mendapatkan uang kita terima dan kalaupun kita mendapatkan
silaturahmi paseduluran kita bisa menerimanya. Kembali mengingatkan tentang
bahasa bahwa satu kata bisa menghasilkan seribu makna contohnya
"Bisa" itu bisa berarti racun atau bisa berarti dapat melakukan
sesuatu, tergantung konteks dan kejadiannya. Lanjut kang luay menceritakan tentang
luar biasanya manuk (burung) bahwa kalau manusia bisa melihat 7 warna, kalau burung
itu bisa punya resolusi yang sangat tinggi sampai 1000 warna.
Jeda diskusi menjelang pukul 00.00 malam ini
diisi oleh 3 nomor dari kusut band dan HB Band untuk lebih menghangatkan suasana.
Di fase pamungkas gelaran sinau bareng malam ini Kiai Mujtahid menyampaikan
beberapa hal antara lain bahwa bahasa-bahasa prokem tegal seperti jok, jasak,
sahang dan sebagainya adalah bahasa yang hanya dimiliki oleh orang tegal. Kiai
Mujtahid menyampaikan terima kasih kepada sedulur-sedulur yang hadir bahkan
sampai tengah malam seperti ini, juga menyampaikan hadits bahwa barangsiapa yang mau mencari ilmu dengan
izin dan ridho Allah dengan begitu mudah karena Allah maka Allah akan
memudahkan jalan menuju sorga. Malam itu kiai mujtahid menjelaskan beberapa
hal yaitu jangan menjadi orang pelit dan jangan menjadi orang sombong, kalau
orang sudah memeiliki bibit sombong, maka akan timbul rasa hasad. Rassulullah
bersabda Laa yadkhulul jannah tidak
akan masuk sorga orang yang dalam hatinya ada kesombongan meski sebesar biji
zarrah.
Memasuki pukul 01.00 masih dalam
suasana yang hangat jamaah tidak beranjak kemana-mana dan tekun menyimak penjelasan
dari Kiai Mujtahid hingga pertemuan malam ini dipamungkasi oleh doa dari Kiai
Mujtahid dan disusul dengan salam-salaman seperti biasanya diiringi satu nomor
Hasbunallah oleh kang ajat dan kawan-kawan.
Mungkin tidak ada hubungan antara
donganuk dan manuk (burung) tapi kita bisa lihat dari semesta pembahasan donganuk kita bisa mendapatkan beberapa khasanah
pengetahuan seperti kausalitas, momentum bahkan sampai resolusi penglihatan
burung, juga bisa menikmati kegembiraan malam ini karena tidak seperti biasanya
talent musik hadir sampai 3 band dan tentunya juga Kehadiran Kiai Mujtahid
menamabah kelengkapan keindahan malam ini.
Robbana ma Kholaqta Haadza Baatiila.
Sampai berjumpa pada Edisi Poci
Maiyah April 2019.