Betapa mencintainya rakyat Indonesia kepada Simbah, terutama
bagi para jama’ah maiyah dan para pelaku yang selalu merindu-rindukan acara Sinau
Bareng bersama Mbah Nun, disetiap akhir acara ratusan orang atau mungkin ribuan
berbondong-bondong datang ke depan panggung untuk mengajak Simbah bersalaman,
mereka rela berdesak-desakan diantara banyaknya kerumunan manusia yang sangat
ingin bersalaman dengannya, bahkan ada orang tua ditengah-tengah kerumunan yang
ingin sekali melihat simbah dari dekat dan mengajaknya bersalaman, beberapa
jama’ah membantu dia agar sampai kedepan, hingga akhirnya sampai didepan
panggung orang tua berjenggot putih itu memandangi Simbah dengan mata
berkaca-kaca melihat betapa besarnya cinta yang ada dihadapannya, aku tak tahu
apakah orang tua yang hampir seluruh rambutnya telah beruban itu telah mengenal
Simbah sebelumnua atau mungkin baru pertama kali dia melihatnya dan
terkagum-kagum kepada kemesraan yang telah dia rasakan semasa acara. Orang tua
itu menjulurkan tangannya kepada Simbah, namun desakan dari banyaknya orang
membuat dia agak susah untuk bersalaman dan terpinggirkan, namun dengan murah
hatinya Simbah berbicara dihadapan ribuan orang yang ingin mengajaknya
bersalaman, mencium dan memeluknya di akhir acara, Simbah ngendika“Karena
situasi tidak memungkinkan kita untuk bersalaman semuanya, akan butuh waktu
banyak untuk melakukannya, tak apa meskipun kita tidak bisa bersalaman secara
fisik akan tetapi sejatinya hati kita telah bersalaman”
Lain lagi aku lihat setelah simbah turun dari panggung beberapa
dari mereka berebut sisa makanan yang sebelumnya dihidangkan untuk simbah semasa
acara, bahkan sampai yang ada meminum sisaair yang telah diminum simbah mereka
teguk habis, aku tidak tau apa maksud mereka melakukan itu semua, tetapi aku
yakin seluruh perlakuan mereka didasari karena cinta, sehingga mereka mencinta
semua yang ada pada diri simbah termasuk sisa-sisa makanan yang telah
dimakannya.
Betapa simbah seakan menjadi magnet besar yang mampu menarik
banyak orang untuk mendekat kepadanya dan betapa mesranya suasana saat itu yang
hanya dipenuhi dengan cinta, setiap orang memiliki pembuktian dan cara
pengungkapan cinta yang berbeda-beda, ada yang datang menatapkan wajahnya
kepada Simbah berharap simbah tau bahwa dia mencintainya, ada yang memakan sisa
makanan Simbah dengan alasan mencintai simbah berarti mencintai apa saja yang bersentuhan
dengannya termasuk sisa makanannya, ada yang menatap simbah langsung bahagia
karena telah merasa puas melihat bahwa Simbah sehat dan baik-baik saja, cinta
memiliki cara sendiri untuk saling mencintai.
Namun aku terkagum-kagum kepada beberapa orang yang dalam
hatinya sangat ingin besalaman dengan Simbah, namun dia menahan diri untuk
tidak melakukannya, padahal simbah telah dihadapannya, jelas mudah saja bagi
orang itu untuk langsung bersalaman dengan simbah ataupun mungkin memeluknya
langsung karena Simbah ada dihadapan dirinya, tetapi tidak demikian yang mereka lakukan, kesadaran akan
cinta telah terbangun dalam hati dan pikirannya, baginya keselamatan simbah
lebih utama daripada keinginannya, mereka rela menahan diri untuk bersakaman
danmenjadi pagar betis didepan panggung untuk menahan banyaknya orang yang
ingin bersalaman yang kemungkinan akan membuat Simbah ikut masuk kedalam
kerumunan, terdesak-desak ribuan orang, mereka yang menjadikan diri mereka
benteng keselamatan bagi Simbah untuk tetap berada dalam situasi lega dan
nyaman, menjadikan tubuhnya rela tersendat-sendat didorong dari belakang,
betapa kagumnya aku pada orang-orang tersebut dan aku sangat berterimakasih
kepada mereka yang telah mau menjaga Simbah melebihi mereka menjaga dirinya.
Kesadaran cinta semacam ini yang membuatku kagum, karena
terkadang kita sebagai pecinta menyatakan cinta kita yang teramat besar kepada
kekasihnya dan berusaha keras untuk membuktikannya dengan seluruh tenaga
berharap kekasih bahagia dengan pembuktian yang kita lakukan, padahal kekasih
tak membutukannya saat itu tetapi sang pecinta terus bersih keras untuk
membuktikan cintanya dengan apa yang menurut dia mampu membahagiakan
kekasihnya, hal semacam ini patut dikoreksi bagi para pecinta bisa jadi dia
hanya mengedepankan keinginan-keinginannya untuk terlihat eksis dihadapan
kekasihnya tetapi tak memikirkan apa yang sebenernya kekasih butuhkan? Pembuktian
akan terbuang sia-sia jika dirimu hanya meladeni egoismu saja, kekasih tak
membutuhkan apa yang engkau tawarkan, dia membutuhkan apa yang sekarang sedang
dia butuhkan, tetapi terkadang kita lupa untuk memperhatikan karena kita
terlalu dimabuk cinta sampai lupa kesadaran,kemabukan cinta seharusnya tetap
membuat kita sadar untuk menjaga dan membuat orang yang kita cinta selalu
bahagia.
Lantas untuk apa kita bahagia dengan seluruh pembuktian yang
telah kita lakukan kepadanya, jika memang dia tidak bahagia sama sekali atas
apa yang kamu lakui, kamu akan terasa menjadi seorang yang sangat egois yang
mengedepankan eksitensimu dihadapan orang yang kamu cintai sambil betkata
“inilah pembuktianku, inilah aku yang sangat mencintaimu” padahal seluruh
pembuktian yang engkau berikan sama sekali tak dibutuhkan waktu itu, ada kebutuhan
yang lain yang seharusnya dipenuhi tetapi kamu lalai dan tidak memperhatikannya.
Sebab barang apapun yang jika tidak ditempatkan pada tempatnya akan menjadi
sia-sia, kita perlu semacam pola untuk mengatur mana yang pantas diberikan saat
ini, karena situasi mempengaruhi hal yang terpantas untuk kita memberikan,
banykan apabila kita memberikan sumbangan air mineral yang kepada warganya tidak
terkena musibah kekeringan, apakah pantas kita memberikan itu jika memang saat
itu tidak terlalu diperlukan? Atau memberikan zakat kepada orang kaya?Pemberian
bantuan air mineral akan lebih pantas jika situasi saat itu sedang kekeringan
dan pemberian zakat akan menjadi lebih dihargai ketika kita berikannya kepada
orang miskin.
Cobalah untuk sedikit merendah diri untuk mengetahui
keinginan orang yang kamu cintai, agar apa yang kamu lakui itu sesuai dengan
permintaannya, lihatlah tanda-tanda yang ada pada diri kekasih dan bacalah agar
kamu mengerti pola tidakan apa yang seharusnya kamu lakukan, kamu akan merasa
lebih bahagia melihat pembuktianmumembuat bahagia kekasihmu ketimbang pembuktianmu
hanya untuk kebahagianmu saja, untuk apa? Bukankan cinta adalah dua buah kendi
yang saling mengisi agar tidak ada kekosongan dalam hati, jadi apa yang harus
kamu lakukan hari ini ataupun nanti kepada orang yang kamu cintai? Ingatlah
cinta adalah saling mengerti, bukan saling menonjolkan diri, cinta adalah
kebahagiaan bersama buka kebahagiaan satu pihak saja, cinta adalah dialog
antara dua aku yang saling memahami bukan satu keakuan yang ingin diperhatikan,
cinta itu meruang bukan untuk satu orang dan cinta tak memiliki penjelasan atas
setiap perlakuan.
Agaknya para jama’ah maiyah bisa belajar merendahkam diri
untuk memahami sekelilinganya, agar bagaimana peranan cintamu dalam mencintai
terjadi sebagaimana mestinya, cinta dilakukan dengan penuh ketulusan, kasih
sayang, kemesraan yang cinta timbulkan dari setiap pembuktian cinta yang kamu
lakukan, apalagi ketika selesai acara maiyahan, bacalah kondisi sekitar agar
kamu tau bagaimana caranya berterimakasih kepada orang-orang yang telah
memberimu ilmu terutama Mbah Nun, dan peranan apa yang kamu harus lakukan
setelah selesai acara tanpa harus kamu mengedepankan dirimu dengan itu kamu
bisa membuktikan cintamu kepadanya
Wallahu A'lam
Rizki Eka
Kurniawan
Tegal, 25
Agustus 2019