Terlihat terang hari ini dengan banyaknya bintang bertebaran dilangit
dan rembulan yang bersinar terang memperindah suasana malam, sedulur-sedulur maiyah satu per satu mulai
datang dari berbagai macam kota untuk menghadiri rutinan maiyahan setaiap sebulan
sekali di Monumen GBN, bahkah kali ini
poci maiyah kedatangan beberapa tamu dari simpul-silmul lain
Seperti biasa di setiap bulannya Poci Maiyah selalu memiliki tema yang
berbeda untuk diangkat dan di sinauni bareng dan tema yang di usung pada bulan
september ini adalah “Kedewasaan”
mungkin terdengar tidak asing ditelinga, bahkan kata tersebut sangat
akrab dalam kehidupan kita, namun
seringkali kita bingung untuk menjabarkan makna dari Kedewasaan itu sendiri, seringkali Kedewasaan seseorang dimaknai
dengan bertambahnya usia seseorang dari muda ke tua, beberapa mengartikannya dengan masa puber
yang ditandai dengan berubahnya beberapa faktor-faktor biologis yang ada pada
diri seseorang misalnya bisa dilihat dari perubahan bentuk tubuh, pola pikir,
perilaku, dan sebagainya. Di maiyahan kali
ini kita coba mengulas dan mendalami makna Kedewasaan.
Melalui Kang Farid beberapa hal mengenai kedewasaan dipaparkan antara
lain;
Seseorang pertama kali belajar untuk mendewasa melalui panca indera,
dari berbagai macam benda yang dilihat, sentuh, dengar dan dirasakan,
seseorang akan mulai menayakannya, mendiskusikannya, dan merangkumnya dalam
pikiran sehingga membentuk sebuah pengetahuan. Namun pikiran selalu
terpengaruhi panca indera yang sifatnya terbatas dan hanya mampu melihat
hal-hal yanga kasat mata saja, ada beberapa hal yang tidak mampu dijaungkau
panca indera terutama hikmah (kebenaran) yang datangnya langsung dari Allah.
Dari pemaparan tersebut Kang Farid menegaskan bahwa ada dua bentuk tahap
kedewasaan yaitu kita membentuk diri kita sendiri atau kita diberikan
bentukan. Dari penegasan tersebut agak sedikit susah memang untuk dipahami antara
membentuk dengan bentukan, yang saya tangkap dari penegasan tersebut tak
jauh-jauh dari pemaparan Kang Farid yang
pertama atara pengetahuan dan hikmah, mungkin membentuk bisa dikaitkan dengan
proses belajar seseorang dalam memahami sesuatu yang di sekitarnya atau bisa dibilang tahapan seseorang untuk memperoleh berbagai macam pengetahuan mengenai
alam semesta, hal ini adalah hal paling awal dalam pendewasaan, manusia akan
mulai belajar untuk mengenali hal-hal sekitarnya, mereka akan menanyakannya, menelitinya,
mencoba dan mempraktekannya hingga medapatkan suatu pengetahuan yang utuh,
pengetahuan inilah yang menjadi bekal mendasar manusia untuk mendewasa, mampu
mengelolah segala hal yang ada di sekitarnya dengan baik, namun perlu digaris
bawahi bahwa pengetahuan manusia bersifat terbatas karena hanya mampu merangkum
hal-hal yang didapati panca indera, kita bisa mengetahui sesuatu munurut
pengetahuan kita namun kita tidak bisa memastikan bahwa apakah pengetahuan yang
kita dapatkan adalah sebuah kebenaran? Di sinilah sesuatu yang disebut bentukan
berperan, hakekat tentang kebenaran suatu benda (hikmah) hanya bisa didapatkan
dari Allah, maka dari itu manusia hanya mampu untuk memperoleh pengetahuan saja
tapi tidak akan pernah mengerti hakekat kebenarannya dan seseorang baru bisa
mengerti hakekat kebenran apabila Allah menghendakinya dan proses dari turunnya
hikmah tersebut panjang seseorang harus mengalami banyak terutama berfikir
untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup agar mampu mendapat hikmah, tanpa
pengetahuan hikmah tak akan mampu terbaca dengan sendirinya dan kemampuan untuk
menangkap hikmah adalah kemampuan yang dimiliki oleh para Nabi.
Tetapi jika benar para Nabi mendapatkan hikmah (kebenaran) kenapa ada
beberapa riwayat cerita yang menyatakan bahwa Nabi juga pernag melakukan
sesuatu hal yang salah seperti ketika Sholat Dzuhur, dia hanya melaksanakan dua
rokaat saja? Benar memang cerita itu Nabi pernah salah ketika sholat Dzuhur, sholat
yang seharusnya dilakukannya dengan empat rokaat dia hanya mengerjakannya dua
rokaat saja, sehingga para sahabat bertanya “Wahai Rosulluah engkau sholat
Dhuzur dua rokaat ini syariat baru atau engkau lupa?” lalu Rosulullah bertanya
“benerkah para sahabat aku hanya melakukan dua rokaat?” lalu para sahabat menjab
“benar” dan Rosulluah berkata “Allah sengaja menjadikan aku lupa supaya menjadi
pelajaran untukmu sekalian” lalu dia kembali ke mimbar dan menambahi dua
rokaat, makanya ada ketika Rosulullah wafat ada seorang sahabat yang sudah tua
yang ketika sholat pasti telat, dikarenakan saat waktu azan dia harus mengikat
ontanya terlebih dahulu dan dikarenakan sudah tua perjalanannya menuju ke
masjid yang jauh selalu terlambat sampe ada seorang tabi’in yang bipang ke dia
“buat apa ngurusin onta dahulu jika ketika sholat kamu selalu terlambat”
mendengar itu sahabat menangis dan sahabat itu berkata “waktu masih ada Rosul hal
seperti ini tidak apa-apa dan islam begitu mudahnya untuk dilaksanakan, kenapa
dirimu sekarang memarahikuhanya karena masalah ini?” dan itu menjadi pelajaran
untuk kita ketika bahwa Islam begitu mudahnya untuk dilaksanakan tetapi bukan
berarti harus diseplekan, Islam mampu memaklumi orang-orang yang terlambat
sholat dengan beberapa alasan yang jelas sehingga tinggal menambah kekurangan
rokaat sholat saat ia terlambat, Islam tidak pernah memberatkan para
penganutnya.
Terbesit dari pikiran Kang Cecep tentang kedewasaan lamtas dia bertanya
“apa prefektive kedewasaan?” dari pertanyaan itu Kang Luay menjawab “kami
memaknai dunia dan tempat bermain-main dan mencari hiburan, teringat perkataan
Gus Dur yang menyatakan bahwa DPR adalah teman kanak-kanak” dari sini mungkin
sekalian sedulur bertanya-tanya apa hubungannya antara kedewasaan, permaian,
hiburan, dan taman kanak-kanak? Kang Luay menegaskan tidak akan mungkin
seseorang tersadar akan kedewasaan apabila dia tidak teringat mati, karena di
dunia ini hanyalah tempat bermain dan hiburan bagi mereka yang menginginkannya,
mereka akan berebutlaknya anak kecil, pantas jika Gus Dur menyamakan anggita
DPR dengan Taman kanak kanak. Dan kita tidak pernah tau apakah diri kita telah
dewasa atau belum? Kedewasaan diri kita baru akan terlihat ketika kita sudah
mati, seseorang hanya mampu terus berusaha dalam hidupnya untuk menjadi dewasa
makanya orang jawa dulu bilang “terus sinau ben bisa dadi uwong, urip sing
apik eman karo tangga, aja wani ngamuk-ngamuk kro wong tua, aja wani nlarani
mertua, aja wani nyacadi kakang adi, aja nganti ngawe lara-lara ngo kanca batir
ben bisa dadi wong” pernyataan ini terjadi karena lafal kholaqna insana
ahsani taqwim bukan hanya di damknai dalam perkembanganfisik saja. Setelah
itu satu nomer dari band Interim Poci Maiyah berjudul Lubang Hati karya Letto.
Maiyahan menjadi semakin meriah semnjak adanya gamelan yang dimainkan oleh Band Interim Poci. seringkali membawakan beberapa lagu yang
sering dibawakan oleh Cak Nun & Kia Kanjeng saat sinau bareng diantaranya
Lir-ilir, Duh Gusti, Shohibul Baity, Pembuko, Fix You, Sebelum Cahaya, dan lain-lain. Di
malam ini maiahan di GBN Slawi juga menjadi semakin terkesan dengan
dilakukannya workshop sesuai yang telah Mbah Nun titipkan kepada para pelaku
maiyah, Mbah Nun menjadikan workshop tersebut sebagai kado bagi para sedulur
maiyah untuk belajar bermusyawarah, diadakannya workshop tersebut menggunakan
terminologi manusia nilai, manusia pasar, dan manusia istanayang
dilakukan dengan membentuk tiga kelompok yang masing-masing terdiri dengan tiga
orang didalamnya yang kemudian akan di hadirkan dengan beberapa pertanyaan yang
harus mereka jawab dengan kesepakatan bersama.
Pertanyaan pertama, siapa yang paling terpenting dalam hidup ada?
Pertanyaan kedua, sejak kapan itu dijadikan yang terpenting?
Pertanyaan ketiga, diwilayah mana saja itu menjadi yang
terpenting bagi hidup anda?
Pertanyaan keempat, kenapa itu menjadi sebegitu penting dalam
hidup anda?
Pertanyaan kelima,apa hal yang terpenting bagi hidup anda?
Dengan keenam pertanyaan tersebut masing, masing kelompok saling berdikusi,
menemukan kesepakatan untuk menjawab pertanyaan tersebut dan dari jawaban
tersublah maka akan memiliki peran yang saling terikat antara manusia pasar,
manusia nilai, dan manusia istana.