Mukadimah Poci Maiyah Mei 2023
Oleh: Abdullah Farid
Apa yang
menjadikan hidup terasa berat?
Mari kita awali
syawal ini dengan saling memaafkan. Bukan hanya memaafkan orang lain, tetapi
juga lebih penting adalah memaafkan diri kita sendiri. Memaafkan sifat-sifat
minus dhohir dan batin kita sendiri. Katakan pada diri kita sendiri, "Aku
menerimamu saat baik, bagaimana mungkin aku menolakmu ketika buruk, wahai
diriku sendiri? I love you, whatever you are,"
Tidak harus
juga kita menampilkan foto-foto kegembiraan di media sosial, jika memang
nyatanya sepulang foto kita pulang ke rumah dan kembali dalam kesepian/kebingungan.
Apa yang
menjadikan manusia kebingungan? Kemrungsung? dan apakah itu buruk?
Ada tips agar
kita bisa mengecek kondisi jiwa setiap saat. Pertama, apakah ada hal-hal dari
masa lalu yang terus menerus menganggu pikiran kita? Kedua, adakah bayangan
masa depan yang membuat kita cemas? Seseorang akan kebingungan, hidup dirundung
kesedihan dan terus menerus khawatir, jika ia terganggu dengan masa lalu dan
masa depannya. Di sisi lain, masa lalu tak bisa kita ulangi, sedangkan masa
depan belum tentu terjadi. Mengapa kita tak menyerahkan pada Tuhan saja?
Bukankah Tuhan selalu memberi yang terbaik?
Ketiga, tips
menjaga kesehatan dari kemrungsungnya jiwa, adalah membuat grade
imajiner. Misalnya begini, seseorang baru dipecat dari pekerjaan sebab difitnah
teman dekatnya (mirip di film-film tv ikan terbang). Tentu pasti ia merasa
down. Ada baiknya, ia membuat grade imajiner antara 1 - 10 (satu sampai
sepuluh). Angka 1 adalah sedih sekali, angka 9 menunjukan senang sekali. Ini
bisa untuk apa saja : kekecewaan, kesedihan, kebingungan, kemarahan, dan
sebagainya. Grade imajiner ini kita butuh untuk mendiagnosa, mengecek, kondisi
jiwa, lalu kita dapat membuat formulasi untuk segera mengobatinya. Kita berada
di angka berapa, mengapa begitu, di-breakdown sebab-sebabnya, ditulis, baru
dibuat formulasinya.
Secara
mendasar, manusia diciptakan dalam keseimbangan. Kita mungkin masih ingat saat
kecil senang bermain di rel kereta dengan berjalan di atas besi rel. Miring
kanan, miring kiri, menjaga keseimbangan agar dapat berjalan dengan benar.
Mirip naik sepeda, kalau kita tak mengayuh, maka akan jatuh. Hidup dalam
keseimbangan inilah yang diharapkan Tuhan dalam tujuan penciptaan semesta.
Jika kita
melihat dari asal kata, masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan
kenyataan. Anak-anak kuliah di akhir semester biasanya oleh dosen disuruh
'mencari masalah' untuk skripsinya. Hidup menjadi masalah tiap saat ketika kita
mulai kehilangan keseimbangan dari apa yang diharapkan Tuhan dengan kenyataan
yang kita hadapi. Kalau pakai term dari Mas Sabrang, ada yang namanya bandit/orang
jahat, orang tak berdaya, dan orang baik. Bandit/orang jahat adalah orang yang
menginginkan kebaikan tapi dengan cara merugikan orang lain. Orang tak berdaya
adalah orang yang dirugikannya itu, berbuat baik tapi dirinya sendiri
dirugikan. Dan orang baik adalah orang yang melakukan kebermanfaatan dan dia
juga tidak dirugikan. Tentu hidup ini dinamis. Seringkali kita diposisikan kemrungsung
, bingung, dilematis, kondisi ketika kita tak merasa mampu melakukan apa-apa
selain doa. Maka, teruslah belajar, teruslah berlatih, kuatkan akal, mental,
dan iman. Sebab, ada saja lingkungan di sekitar kita yang berakal bandit, tapi
bermental lemah. Senang menyiksa, tapi playing victim saat dilawan balik. Ada
kalanya kita berpura-pura lemah, nampak dianiaya oleh para bandit yang
bermental lemah itu, sedang jiwa kita sebenarnya sudah sangat imun. Menunggu
momentum yang tepat, bukan untuk mengalahkan, tapi juga menyelamatkan hati si
bandit itu dari kemrungsung jiwanya sendiri.
Terakhir,
kata-kata yang mungkin akan sedikit menenangkan pikiran dari hidup yang tak
jelas ini.
Seseorang yang percaya pada takdir Tuhan, hidupnya akan tenang dan terasa ringan.
Taqobalallahu
minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin...