Senin, 12 Juni 2017

Nilai subtansial ilmu menurut Kiai Muzammil (Padhang Mbulan 9 Juni 2017)


Dalam pandangan Kiai Muzamil tentang proses belajar mengajar di sekolahan yang terjadi pada saat ini adalah baru sebatas melaksanakan pengajaran, belum sampai pada tingkat pendidikan. Padahal yang dibutuhkan adalah proses pendidikan, sebab nilai pendidikan itu sangat luas. Penilainya tidak hanya pada angka-angka atau lulus tidaknya peserta didik pada mata pelajaran tertentu.
Lebih lanjut Kiai Muzamil membagi dua sisi pada pencapain seseorang terkait dengan ilmu, nilai subtansil dari ilmu itu dibagi menjadi dua, yaitu sisi meteri dan spiritual atau non materi. Yang dimaksud meterialisme disini ialah bukan sebatas pada uang saja, cotohnya ialah ketika orang tua siswa lebih menekankan kepada anaknya untuk memperoleh nilai atau peringkat kelas yang tinggi, padahal kehidupan di dunia ini sisi non materi itu jauh lebih penting (sesuatu yang tidak kelihatan jauh lebih penting dari sesuatu yang kelihatan). Sedangkan yang dimaksud non materi disini ialah sesuatu yang tidak kelihatan. Lalu pertanyaanya ialah, apakah sesuatu yang tidak kelihatan dalam ilmu? Sesuatu yang tidak kelihatan dalam ilmu ialah nilai barokah. Inilah yang seharusnya kita cari dalam meuntut ilmu.
Sudah banyak contohnya tentang seseorang yang menguasai berbagai bidang keilmuan namun tidak memperoleh nilai barokahnya ilmu, maka yang terjadi adalah kerusakan dengan sekala yang besar. Mereka yang merusak hutan ialah sarjanah kehutanan, yang merusak hukum ialah sarjanah hukum. Berbeda dengan tukang becak atau bakul kopi, mereka tidak memiliki potensi dengan sekala yang besar untuk merusak tatanan di bumi ini. Maka kepintaran seseorang yang tidak barokah ilmunya itu lebih berbahaya dengan orang yang kurang pintar.
*Tim literasi Poci Maiyah