Dalam
pandangan Kiai Muzamil tentang proses belajar mengajar di sekolahan yang
terjadi pada saat ini adalah baru sebatas melaksanakan pengajaran, belum sampai
pada tingkat pendidikan. Padahal yang dibutuhkan adalah proses pendidikan,
sebab nilai pendidikan itu sangat luas. Penilainya tidak hanya pada angka-angka
atau lulus tidaknya peserta didik pada mata pelajaran tertentu.
Lebih
lanjut Kiai Muzamil membagi dua sisi pada pencapain seseorang terkait dengan
ilmu, nilai subtansil dari ilmu itu dibagi menjadi dua, yaitu sisi meteri dan
spiritual atau non materi. Yang dimaksud meterialisme disini ialah bukan
sebatas pada uang saja, cotohnya ialah ketika orang tua siswa lebih menekankan
kepada anaknya untuk memperoleh nilai atau peringkat kelas yang tinggi, padahal
kehidupan di dunia ini sisi non materi itu jauh lebih penting (sesuatu yang
tidak kelihatan jauh lebih penting dari sesuatu yang kelihatan). Sedangkan
yang dimaksud non materi disini ialah sesuatu yang tidak kelihatan. Lalu pertanyaanya
ialah, apakah sesuatu yang tidak kelihatan dalam ilmu? Sesuatu yang tidak
kelihatan dalam ilmu ialah nilai barokah. Inilah yang seharusnya kita cari
dalam meuntut ilmu.
Sudah
banyak contohnya tentang seseorang yang menguasai berbagai bidang keilmuan
namun tidak memperoleh nilai barokahnya ilmu, maka yang terjadi adalah kerusakan
dengan sekala yang besar. Mereka yang merusak hutan ialah sarjanah kehutanan,
yang merusak hukum ialah sarjanah hukum. Berbeda dengan tukang becak atau bakul
kopi, mereka tidak memiliki potensi dengan sekala yang besar untuk merusak
tatanan di bumi ini. Maka kepintaran seseorang yang tidak barokah ilmunya itu
lebih berbahaya dengan orang yang kurang pintar.
*Tim literasi Poci Maiyah