Sabtu, 05 Agustus 2017

Nguyahi Segara dan Perjalanan Yang Diperjalankan.

-Perjalanan
"Jemuah pertama di bulan pertama"

Entah kalimat tersebut hanya sekedar penunjuk waktu, atau memang mantra khusus, yang Allah izinkan jama'ah Poci Maiyah meruwatinya.

Jemuah sangat sakral bagi orang-orang nusantara, dengan segala bentuk ritual-ritual unik. Mulai dari kearifan masyarakat nusantara bahwa prisma segitiga interaksi hablun selalu di awali dengan hablun min Allah, namun kedua adalah hablun minal alam, bukan hablun minannas.

Masyarakat Nusantara sangat arif menganggap bahwa alam adalah kakak sulungnya,  bahkan sebelum manusia diciptakan alam sudah terlebih dahulu ada. Masyarakat Nusantara tidak  menggunakan "homo homoni lupus" milik Thomas Hobes, bahwa manusia adala serigala bagi manusia lainnya, bahkan melewati/surpass pemikiran tentang "homo homoni socius", manusia membutuhkan manusia lainnya, lebih dari itu. Masyarakat Nusantara mengerti bahwa tanpa keterlibatan alam mustahil manusia akan bertahan.
Besi meteorit yang ditempa menjadi keris bisa kami panggil Kyai Pleret, kuningan gamelan bisa kami hormati dengan nama Kiai Kanjeng, bahkan kepada tempat-tempat yang masih sepi dari manusia, kami pamiti dengan ta'dzyim "amit mbah" setiap kali melewatinya. Sangat arif dan sama sekali tidak kami lebih muliakan daripada Tuhan Semesta Alam, Robbul 'Alamiyn, pandangan kami terhadap alam adalah cinta kepada makhluk-makhluk yang Allah ciptakan.

Dan jemuah terlalu mulia bagi orang-orang mu'min. Jemuah adalah hari dimana para cikal bakal pemimpin dan pemimpin dikumpulkan, dalam satu ikatan sholat lengkap dengan sidang nasihat taqwanya. Jemuah juga diberitakan sebagai hari akhir dan penuh misteri.

Penamaan hari-hari di Indonesia mengikuti serapan bahasa arab, baik dari ahad yang berarti satu hingga kamis yang berasal dari kalimah khomis/khomsun/lima, lantas jum'at tidak menjadi siitah/hari ke enam, namun tetap menjadi jum'at. Hari para mu'min dirayu untuk berkumpul dan hari para manusia ditaqdirkan untuk dikumpulkan nanti di suatu padang.

Dalam suatu keterangan, diriwayatkan oleh Imam Muslim; 
"Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya (hari cerah) adalah hari Jum’at, (karena) pada hari ini Adam diciptakan, hari ini pula Adam dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya, dan tidaklah akan datang hari kiamat kecuali pada hari Jum’at." (HR Muslim).

Dan lagi-lagi inilah misteri khazanah Poci Maiyah, pertemuannya apakah i'tiba dari penciptaan Nabiyullah Adam, yang wujudnya sebagai manusia pertama yang diciptakan dari tanah liat, sedang Poci juga demikian sama. WAllahua'lam bisshowab wa bil murodli, namun Poci Maiyah adalah sekumpulan nama-nama yang menanggalkan identitas keduniawiannya untuk sekadar belajar menjadi manusia seutuhnya.

"Aku bukanlah penduduk bumi yang sedang menuju ke langit. Aku adalah penduduk langit yang sedang memijakan kakiku di bumi Allah" Mbah Nun

-Nguyah-nguyahi
Hampir kurun waktu seumur hidup, sepertinya baru pertama ini Indonesia mengalami krisis garam. Padahal, bukankah ini negara maritim, namun realita menceritakan nikmatnya, garam-garam susah dicari di pasar-pasar, sekali ada harga melejit luar biasa.

Orang-orang pesisir memiliki pepatah "Nguyahi Segara", sebagai bentuk ekspresi bahwa tidak ada tempat yang lebih kaya garamnya selain lautan itu sendiri. Namun hari ini justru ditanyakan "Segarane sapa?", "Laute sapa?", "PerMen (kebijakan) nggo sapa?", "Mayang (melaut) GAWEANE NYONG WONG CILIK SING ORA DUE IJAZAH SEKOLAH!! lawan Segara wis mati-matinan, ngadepi badai ombake wis ngos-ngosan, weruh kapal bajak laut wis ketar-ketir balik bisa urip apa ora, bisane wis selamet ngadepi telu kuwe malah di hajar enteng-entengan karo kebijakan-kebijakan, BANGSET NDEANNN!!!!"

Dan sekarang Negri ini menemui hal yang langka berbentuk krisis garam. Maka pengelolaannya seperti apa sebenarnya. "Larang dadi barang, murah dadi runtah" Apakah seakut tersebut faham kapitalisme didalam jiwa manusia-manusia Nusantara. Maka poci maiyah melingkar, menyelam, mensilmi, dan mengislami makna nguyah. Poci tidak pernah berani meminta, sebuah Poci hanya berkewajiban menampung dan mengantarkan, bahwa tidak lagi "Nguyahi" namun menetas menjadi "Nguyah-nguyahi"

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri, beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka, berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka, disebabkan perbuatan-nya." – (QS.7:96)

Nguyah-nguyahi adalah proses mencerna, dan mentadabburi sesuatu, nguyah-nguyahi tidak memiliki sifat dan niat mengungguli, nguyah-nguyahi adalah bentuk tasyakur minAllah ila Allah, innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Sebagaimana sup yang hambar akan diproposionalkan kadar asinnya, bukan lantas malah mengungguli sup tersebut, ASIN KABEH NGKO.

-DIPERJALANKAN
Maka simpul terkahir  perjalanan ini menelisik kembali 30 Juni 2017 Poci Maiyah. Seorang jama'ah melantunkan kalimat do'a luar biasa atas maiyah saat beliau berada di Kenduri Cinta.

"Malam Itu...
Tat'kala Kulihat Malaikat-malaikat turun
dari arah Tenggara Ujung Kulon Pulau Jawa
Memeluk manusia-manusia
mencium ubun-ubun mereka
Mendo'a mereka atas rasa Maiyah
Saat itu pula aku takluk pada rasa yang bernama cinta"

Maka malam salam-salaman menjadi tunggal dengan simetrikal 'arsy (walAllahua'lam), merajut rasa rindu kepada sosok simbah yang jama'ah kagumi bernama Muhammad Ainun Nadjib. Mungkin menjadi gema di langit, atau ada malaikat iseng penyampai do'a yang ikut nimbrung, tapi hal tersebut seolah menjadi "selametan" bagi Poci Maiyah tersendiri.

Besok jemu'ah pertama di bulan pertama, besok pula katurangga Poci Maiyah bersuara, namun kali besok lebih spesial. Allah memberikan kemudahan-kemudahan sebagai ujian, yang tetap kami syukuri. Tentang rasa guyon yang awet, hajat-hajat individu hingga truk brigif rasa kodim yang akan mengangkut jamaah Poci Maiyah, bahwa perjalanan bermaiyah besok akan menuju muara terdekat dan semakin dekat dengan Simbah di Purwokerto.

Apapun niatnya, apapun tujuannya, apapun yang membawanya, maiyah adalah maiyah.
Entah do'a siapa, atau lailatul qodr siapa, menjadi selametan siapa atau tidak ada selametan sama sekali. Namun sekali lagi tidak ada sabil, syari' thoriq atau shirot yang Poci Maiyah tuju selain kami adalah sedang "diperjalankan" oleh Sang Maha Pemilik Jalan.

-Ketanggungan brebes di bawah fly over baru.
22.53, Kamis 3 Agustus 2017
*Muhammad Fatkhul Bary Lu'ay