Sabtu, 11 November 2017

Negeri At Takatsur #4

Seorang tua, simbah dari negeri lain dengan rendah hati kepada salah satu pentolan Negeri AtTakatsur. 

"Kenapa harus bermegah-megahan? ".
"Lho, apa salahnya bermegah-megahan mbah, bukankah Raja Sulaiman juga memiliki istana yang luar biasa, piring terbang, negeri di bawah laut, tekhnologi yang bahkan dari alam tak kasat mata, hingga satelit-satelit canggih berwujud Hud-hud?".
"Itu berbeda mas, sangat berbeda".
"Kami hanya membangun mbah, kami mengeksplorasi, bahkan iskandar dzulqornain juga mengeksplorasi, melakukan perjalanan bermil-mil jauhnya. Kita menuju puncak pengetahuan tertinggi dari semua peradaban manusia. Jika Ashabul Kahfi bisa tidur hingga ratusan tahun dan tetap hidup kembali, kami gali informasi, menciptakan tekhnologi hingga terigenesis tersebut."
"Tapi kalian membuat manusia semakin lupa dan menjauh dari siapa sejatinya manusia,"
"Kami justru memenuhi kebutuhan mereka, manusialah yang meminta, memohon hingga mengemis pada kami. Mereka ingin energi ramah lingkungan, yang bisa mereka pakai untuk produksi pabrik-pabrik besar dan lini terkecil adalah mereka bisa kapanpun panik mencari listrik saat gadget mereka hampir kehabisan daya, maka kami ajarkan bagaimana mengolah panas bumi, manusialah yang menuntun kami untuk terus berinovasi, kami membuat kemajuan, kamilah penolong mereka".
"Jangan begitu mas, kalian akan menyesal nantinya".
"Apanya yang salah mbah? apanya yang akan disesali mbah? kalau tidak seperti ini mereka akan tertinggal."
"Jangan begitulah mas. Selalu ada sebab-akibat dari pendayagunaan yang berlebih, kelak kalian tahu yang kalian lakukan tidak pas, ora tumetrep, ora harmoni."
"Justru itu, kami sudah menghitung-hitung dengan detail, dengan ilmu matematika tercanggih, dengan sistem kalkulasi rumit yang tidak semua orang paham bahwa pembangunan kami terencana dengan baik hingga ratusan tahun kedepan."
"Lagi-lagi, jangan begitu mas, bahaya, ora ilok, jika saja kalian bisa melihatnya dengan pengetahuan yang sebenarnya, kalkulasi-kalkulasi itu semua semu. Lihatlah dengan pengetahuan yang yaqiiiyn mas."
"Lha simbah gimana tho? Inilah Pengetahuan yang yaqiiiiien, yang manusia di seluruh dunia memujanya dan berduyun-duyun ingin mempelajarinya."
"Latarowunnal jahiiiym, niscaya kamu akan benar-benar melihat neraka jahanm mas."

Pentolan Negeri AtTakatsur itu terdiam, kemudian bergerak menuju simbah, berbisik. 

"Jika bisa saat ini, kenapa harus menunggu nanti? di kehidupan ini, kami membangun surga mbah".

-Panggung 07.15
*Muhammad Fatkhul Bary Lu'ay