Minggu, 02 September 2018

Muka babi? Mbah Wali


Mbah Wali betul betul bahagia, sebab ini adalah hari yang paling ia tunggu-tunggu setelah usia pernikahannya sudah berjalan selama dua tahun. Pagi ini Mbah Wali sudah sah menjadi seorang bapak, setelah isteri yang cantiknya melebihi bidadari itu menjalani proses persalinan dengan selamat. "alhamdulillah" lengkap sudah kebahagian Mbah Wali.

Sanak saudara dan tetangga datang bergantian tilik bayi dan mendoakannya. Empat hari kemudian Mbah Wali pergi sowan ke ndalem Kiai Fatah, tujuanya ialah mau minta nama untuk putrinya yang baru saja lahir itu. Sesampainya di sana Mbah Wali tidak langsung masuk ke ndalem, sebab di dalam masih ada rombongan dari salah satu partai tertentu yang juga lagi sowan. Secara khusus mereka minta didoakan agar dipemilihan nanti memperoleh hasil yang maksimal. Sementara itu Mbah Wali masih duduk di teras depan dan ditemani ngobrol oleh salah satu santri Kiai Fatah.

"Sampean kendel yah kang, berani sowan menghadap ke Kiai Fatah" tanya sang santri.
"Loh memangnya kenapa?" jawab Mbah Wali penuh rasa penasaran.
"Kiai Fatah itu kan terkenal ke ma’rifatanya, beliau bisa tahu apa maksud dan tujuan tamu-tamunya yang datang, bahkan biasanya kalau yang datang adalah pejabat atau politikus Kiai Fatah pasti menundukan kepalanya, beliau tak mau memandang wajah mereka. Katanya, dipenglihatan Kiai Fatah wajah mereka yang rakus itu berubah menjadi seperti binatang. Aku ingat betul tentang apa yang dulu pernah disampaikan Kiai Fatah saat pengajian kitab kuning ba'da isya. Kata beliau, jika seorang manusia sudah mulai kesulitan atau bahkan tidak mau mengikuti tata cara kehidupan Rosulullah yang beliau juga adalah seorang manusia. Mungkin dia sudah berubah bukan menjadi manusia lagi, karena hanya seekor binatang saja lah yang sulit mengikuti cara hidup manusia"

Mbah Wali ndomblong, mendengarkan dengan sangat serius. Bahkan sampai hampir lupa bahwa rombongan dari partai politik yang dari tadi sowan sudah mau keluar. Kali ini Mbah Wali benar-benar seperti kehilangan jati dirinya, dia yang biasanya penuh canda tawa, banyak tanya, dan sok tau itu tiba-tiba jadi pendiam. Lalu mematung dan sesekali mondar-mandir di depan ndalem Kiai Fatah, tak lama kemudian santri yang sendari tadi ngobrol dengannya menepuk punggung Mbah Wali.

“Woi. katanya mau sowan ke Kiai Fatah, takut wajahmu diterawang dan berubah jadi babi yah? hahaha”



*Mohamad Samsul Hadi