Mbah Wali betul betul bahagia, sebab ini adalah hari yang paling ia
tunggu-tunggu setelah usia pernikahannya sudah berjalan selama dua tahun. Pagi
ini Mbah Wali sudah sah menjadi seorang bapak, setelah isteri yang cantiknya
melebihi bidadari itu menjalani proses persalinan dengan selamat. "alhamdulillah" lengkap sudah
kebahagian Mbah Wali.
Sanak saudara dan tetangga datang bergantian tilik bayi dan mendoakannya. Empat hari kemudian Mbah Wali pergi
sowan ke ndalem Kiai Fatah, tujuanya
ialah mau minta nama untuk putrinya yang baru saja lahir itu. Sesampainya
di sana Mbah Wali tidak langsung masuk ke ndalem,
sebab di dalam masih ada rombongan dari salah satu partai tertentu yang juga
lagi sowan. Secara khusus mereka minta didoakan agar dipemilihan nanti
memperoleh hasil yang maksimal. Sementara itu Mbah Wali masih duduk di teras
depan dan ditemani ngobrol oleh salah satu santri Kiai Fatah.
"Sampean kendel yah kang, berani sowan menghadap ke Kiai
Fatah" tanya sang santri.
"Loh memangnya kenapa?" jawab Mbah Wali penuh rasa
penasaran.
"Kiai Fatah itu kan terkenal ke ma’rifatanya, beliau bisa tahu
apa maksud dan tujuan tamu-tamunya yang datang, bahkan biasanya kalau yang
datang adalah pejabat atau politikus Kiai Fatah pasti menundukan kepalanya, beliau
tak mau memandang wajah mereka. Katanya, dipenglihatan Kiai Fatah wajah mereka
yang rakus itu berubah menjadi seperti binatang. Aku ingat betul tentang apa
yang dulu pernah disampaikan Kiai Fatah saat pengajian kitab kuning ba'da isya.
Kata beliau, jika seorang manusia sudah mulai kesulitan atau bahkan tidak mau
mengikuti tata cara kehidupan Rosulullah yang beliau juga adalah seorang
manusia. Mungkin dia sudah berubah bukan menjadi manusia lagi, karena hanya
seekor binatang saja lah yang sulit mengikuti cara hidup manusia"
Mbah Wali ndomblong,
mendengarkan dengan sangat serius. Bahkan sampai hampir lupa bahwa rombongan
dari partai politik yang dari tadi sowan sudah mau keluar. Kali ini Mbah Wali
benar-benar seperti kehilangan jati dirinya, dia yang biasanya penuh canda
tawa, banyak tanya, dan sok tau itu tiba-tiba jadi pendiam. Lalu mematung dan
sesekali mondar-mandir di depan ndalem Kiai Fatah, tak lama kemudian santri
yang sendari tadi ngobrol dengannya menepuk punggung Mbah Wali.
“Woi. katanya mau sowan ke Kiai Fatah, takut wajahmu diterawang dan
berubah jadi babi yah? hahaha”
*Mohamad Samsul Hadi