Jumat, 05 Mei 2023

KEMRUNGSUNG

 


Mukadimah Poci Maiyah Mei 2023
Oleh: Abdullah Farid



Apa yang menjadikan hidup terasa berat?

 

Mari kita awali syawal ini dengan saling memaafkan. Bukan hanya memaafkan orang lain, tetapi juga lebih penting adalah memaafkan diri kita sendiri. Memaafkan sifat-sifat minus dhohir dan batin kita sendiri. Katakan pada diri kita sendiri, "Aku menerimamu saat baik, bagaimana mungkin aku menolakmu ketika buruk, wahai diriku sendiri? I love you, whatever you are,"

 

Tidak harus juga kita menampilkan foto-foto kegembiraan di media sosial, jika memang nyatanya sepulang foto kita pulang ke rumah dan kembali dalam kesepian/kebingungan.

 

Apa yang menjadikan manusia kebingungan? Kemrungsung? dan apakah itu buruk?

 

Ada tips agar kita bisa mengecek kondisi jiwa setiap saat. Pertama, apakah ada hal-hal dari masa lalu yang terus menerus menganggu pikiran kita? Kedua, adakah bayangan masa depan yang membuat kita cemas? Seseorang akan kebingungan, hidup dirundung kesedihan dan terus menerus khawatir, jika ia terganggu dengan masa lalu dan masa depannya. Di sisi lain, masa lalu tak bisa kita ulangi, sedangkan masa depan belum tentu terjadi. Mengapa kita tak menyerahkan pada Tuhan saja? Bukankah Tuhan selalu memberi yang terbaik?

 

Ketiga, tips menjaga kesehatan dari kemrungsungnya jiwa, adalah membuat grade imajiner. Misalnya begini, seseorang baru dipecat dari pekerjaan sebab difitnah teman dekatnya (mirip di film-film tv ikan terbang). Tentu pasti ia merasa down. Ada baiknya, ia membuat grade imajiner antara 1 - 10 (satu sampai sepuluh). Angka 1 adalah sedih sekali, angka 9 menunjukan senang sekali. Ini bisa untuk apa saja : kekecewaan, kesedihan, kebingungan, kemarahan, dan sebagainya. Grade imajiner ini kita butuh untuk mendiagnosa, mengecek, kondisi jiwa, lalu kita dapat membuat formulasi untuk segera mengobatinya. Kita berada di angka berapa, mengapa begitu, di-breakdown sebab-sebabnya, ditulis, baru dibuat formulasinya.

 

Secara mendasar, manusia diciptakan dalam keseimbangan. Kita mungkin masih ingat saat kecil senang bermain di rel kereta dengan berjalan di atas besi rel. Miring kanan, miring kiri, menjaga keseimbangan agar dapat berjalan dengan benar. Mirip naik sepeda, kalau kita tak mengayuh, maka akan jatuh. Hidup dalam keseimbangan inilah yang diharapkan Tuhan dalam tujuan penciptaan semesta.

 

Jika kita melihat dari asal kata, masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Anak-anak kuliah di akhir semester biasanya oleh dosen disuruh 'mencari masalah' untuk skripsinya. Hidup menjadi masalah tiap saat ketika kita mulai kehilangan keseimbangan dari apa yang diharapkan Tuhan dengan kenyataan yang kita hadapi. Kalau pakai term dari Mas Sabrang, ada yang namanya bandit/orang jahat, orang tak berdaya, dan orang baik. Bandit/orang jahat adalah orang yang menginginkan kebaikan tapi dengan cara merugikan orang lain. Orang tak berdaya adalah orang yang dirugikannya itu, berbuat baik tapi dirinya sendiri dirugikan. Dan orang baik adalah orang yang melakukan kebermanfaatan dan dia juga tidak dirugikan. Tentu hidup ini dinamis. Seringkali kita diposisikan kemrungsung , bingung, dilematis, kondisi ketika kita tak merasa mampu melakukan apa-apa selain doa. Maka, teruslah belajar, teruslah berlatih, kuatkan akal, mental, dan iman. Sebab, ada saja lingkungan di sekitar kita yang berakal bandit, tapi bermental lemah. Senang menyiksa, tapi playing victim saat dilawan balik. Ada kalanya kita berpura-pura lemah, nampak dianiaya oleh para bandit yang bermental lemah itu, sedang jiwa kita sebenarnya sudah sangat imun. Menunggu momentum yang tepat, bukan untuk mengalahkan, tapi juga menyelamatkan hati si bandit itu dari kemrungsung jiwanya sendiri.

 

Terakhir, kata-kata yang mungkin akan sedikit menenangkan pikiran dari hidup yang tak jelas ini.

 

Seseorang yang percaya pada takdir Tuhan, hidupnya akan tenang dan terasa ringan.

 

Taqobalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin...