Jumat, 01 Desember 2023

MBEKTI



Mukadimah Poci Maiyah Goes To School

 Memperingati Hari Pahlawan 10 November 2023
Oleh: Abdullah Farid

 

Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini. Maka aku putuskan untuk mengubah negaraku saja.

 

Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku.

 

Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Ternyata aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.

 

Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."

 

Tertulis di makam seorang Uskup Anglikan di Westminster Abbey sekitar 1100 AD.

***

 

Kata mbekti atau berbakti dalam qur'an menggunakan kata abroro, dari kata "برّا" (barro), yang berarti memelihara atau memenuhi janji. Maka, berbakti dapat dimaknai dengan memelihara ucapan atau menepati janji. Sebagai pelajar, pasti tak asing dengan Dasa Darma nomor 9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Sikap yang sangat memegang kata-kata, dan menepati janji. Dua sikap yang jangankan anak-anak, orang dewasa saja sudah jarang memilikinya. Apalagi dalam persoalan hutang. (Eh?)

 

Berbicara tentang mbekti, kepada keluarga, negara, dan dunia, mari kita belajar kepada Nabi Yusuf Alaihis Salam.

 

Saat kecil beliau dianiaya, dan dia bertahan. Siapa yang tak sedih dikhianati saudara kandung sendiri, dan dilemparkan ke dalam sumur?

 

Saat remaja, setelah ditolong dari dalam sumur, dia dijual menjadi budak raja. Nabi Yusuf anak seorang bangsawan desa. Tapi tak gengsi, atau merasa harga dirinya jatuh karena dijual sebagai budak.

 

Saat menjelang dewasa, dia difitnah istri raja, dipenjara, dan dilupakan. Tapi dia tetap bertahan, tak hilang keseimbangan diri, dan tetap sabar menunggu janji Tuhan. Bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya.

 

Dan ketika ia menjadi gubernur, dia memaafkan kakak-kakaknya, mendudukan orangtuanya di singgasana, lalu memakmurkan rakyat dengan pemberian pangan secara cuma-cuma. Untuk keluarga, negara, dan dunia dapat mengambil pelajaran keberbaktian yang sangat tangguh dalam teladan Nabi Yusuf.

 

Dalam nuansa sinau bareng Poci Maiyah ini, dalam peringatan hari pahlawan ini, mari kita belajar bersama bagaimana cara dan metodologi-nya agar dapat berbakti pada keluarga, negara, dan pada akhirnya dunia, seperti para pahlawan nusantara yang rela mengorbankan nyawanya untuk kita semua. Menjadi patriot yang sopan dan bersikap ksatria sejak dari dalam rumah masing-masing. Menjadi manusia yang seimbang, mencintai alam dan mengasihi sesama manusia. Sungguh-sungguh belajar. meski tak gampang untuk selalu suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Semoga.