Mukadimah Poci Maiyah Goes To School
Memperingati Hari
Pahlawan 10 November 2023
Oleh: Abdullah Farid
Ketika aku
muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah
seluruh dunia ini. Maka aku putuskan untuk mengubah negaraku saja.
Ketika aku
sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah
kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka
aku mulai mengubah keluargaku.
Kini aku
semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Ternyata aku sadari bahwa
satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.
Tiba-tiba aku
tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti
bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku
dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."
Tertulis di
makam seorang Uskup Anglikan di Westminster Abbey sekitar 1100 AD.
***
Kata mbekti
atau berbakti dalam qur'an menggunakan kata abroro, dari kata "برّا"
(barro), yang berarti memelihara atau memenuhi janji. Maka, berbakti dapat
dimaknai dengan memelihara ucapan atau menepati janji. Sebagai pelajar, pasti
tak asing dengan Dasa Darma nomor 9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Sikap yang sangat memegang kata-kata, dan menepati janji. Dua sikap yang
jangankan anak-anak, orang dewasa saja sudah jarang memilikinya. Apalagi dalam
persoalan hutang. (Eh?)
Berbicara
tentang mbekti, kepada keluarga, negara, dan dunia, mari kita belajar kepada
Nabi Yusuf Alaihis Salam.
Saat kecil
beliau dianiaya, dan dia bertahan. Siapa yang tak sedih dikhianati saudara
kandung sendiri, dan dilemparkan ke dalam sumur?
Saat remaja,
setelah ditolong dari dalam sumur, dia dijual menjadi budak raja. Nabi Yusuf
anak seorang bangsawan desa. Tapi tak gengsi, atau merasa harga dirinya jatuh
karena dijual sebagai budak.
Saat menjelang
dewasa, dia difitnah istri raja, dipenjara, dan dilupakan. Tapi dia tetap
bertahan, tak hilang keseimbangan diri, dan tetap sabar menunggu janji Tuhan.
Bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya.
Dan ketika ia
menjadi gubernur, dia memaafkan kakak-kakaknya, mendudukan orangtuanya di
singgasana, lalu memakmurkan rakyat dengan pemberian pangan secara cuma-cuma.
Untuk keluarga, negara, dan dunia dapat mengambil pelajaran keberbaktian yang
sangat tangguh dalam teladan Nabi Yusuf.
Dalam nuansa
sinau bareng Poci Maiyah ini, dalam peringatan hari pahlawan ini, mari kita
belajar bersama bagaimana cara dan metodologi-nya agar dapat berbakti pada
keluarga, negara, dan pada akhirnya dunia, seperti para pahlawan nusantara yang
rela mengorbankan nyawanya untuk kita semua. Menjadi patriot yang sopan dan
bersikap ksatria sejak dari dalam rumah masing-masing. Menjadi manusia yang
seimbang, mencintai alam dan mengasihi sesama manusia. Sungguh-sungguh belajar.
meski tak gampang untuk selalu suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Semoga.