Beberapa minggu
lalu tepatnya tanggal 5 Mei 2019, gelaran Poci Maiyah mengusung tema “Welas”sebuah
kata jawa yang sangat erat kaitanya dengan percintaan, seperti yang telah terlampir
di mukodimah “di filosofijawa sendiri hitungan sewelas sampai songolas sangat
erat kaitannya dengan weals asih (belas kasih) dimana pada masa itu, kita akan
mengenal rasa cinta dan kasih terhadap seseorang, lawan jenis atau dikenal
dengan masa remaja” dari kalimat ituterfikir dalam benakku betapa kaya khzanah
pemikiran orang-orangjawasehingga mampu membaca perubahan sikap manusia hanya
melalui usia, orang jawa memang memiliki pemaknaan sendiri terhadap semesta,
bahkan aku selalu dibuat terkagum-kagum dengan pemikirannya,disetiap kata jawa
memiliki filosofi tersembuyi yang terkadang sering kita ucapkan namun tak
mengetahui arti sebenarnya yang sangat mendalam, tapi pada tulisan kali ini aku
tidak akan membahas kembali kata welas karena kata itu sudah dibahas seminggu
lalu saat maiyahandi GBN dan sudah banyak yang berpendapat dan menjelaskan
tentang welas, aku lebih berfokus pada filosofi yang terkandung pada setiap
kata jawa dan mencoba menelusuri kembali kata-kata jawaseperti halnya kata
ngalah, terdengar tak asing ditelinga dan sangat akrab penggunaan kata ini di
kehidupan masyarakat, secara umum masyarakat hanya tahu bahwa kata ngalah
berarti mengalahatau sesuatu hal yang berhubungan dengan kekalahan, kegagalan, dan
segala lawan kata dari kemenangan, tapi siapa tau kata ngalahmemiliki arti yang
lebih luas dari sekedar kalah bahkan kata ini juga bisa mengungkapkan kemenangan
sesungguhnya melebihi kata menang itu sendiri.
Habib Anis Sholeh Ba’asyin berkata bahwa kata ngalah
dalam artian orang jawaberbeda dengan kata ngalah dalam pengertian masyarakat
umum, ngalahyang sebenarnyaberasal dari kataAllahyang
berimbuhan ngdi depannya yang berarti
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah atau melakukan segala sesuatu yang
menuju Allah, maka kata tersebut sebenarnya adalahngAllahdengan A besaruntuk menandakan Tuhan dan dua
huruf l namun menjadi ngalah dengan satu
huruf l dalam penggunaanya,ngAllahtidak
hanya sekedar untuk mengungkapkan keadaan yang secara materi, ngAllah lebih
mengungkapkan keadaan spritual yang mendalamdimana seseorang bisa menyatakan
dirinya menang atau kalah tidak melalui parameter yang kasat mataseperti halnya
kalah menang dalam perlombaan, liga sepakbola, game yang di hitung dengan seberapa
banyak poit-poit yang diperoleh dalam pelaksanaanya, ngAllah lebih merujuk pada
pengungkapan yang batin dan tidak sistematik menggunakan perhitungan angka,salah
satu parameternya hanyalah seberapa kepasrahan dan keikhlasan seseorang dalam
menjalani sesuatu, secara ringkas bisa diartikan seseorang bisa merasa mendapatkan
kemenangan ketika dirinya telah berpasrah kepada Tuhan terhadap segala sesuatu
yang terjadi padanya, jadi kemenangan yang dimaksudkan bukan dilihat dari hasil
akhir suatu pekerjaan namun tentang bagaimana kita menjalani dan menikmati apa
yang kita lakukan di situlah kemenangan yang sesungguhnya bisa kita rasakan.
Berhubungan
dengan sekarang kita sedang memasuki bulan suci ramadhan, seringkali di
televisi, koran, radio, ataupun bener-bener dan poster-poter yang menempel
dijalanan, masjid, sekolahan , jalanan dan sebagainya, kerap kali kita
menjumpai qoute “Menuju kemenangan di bulan ramadhan” tapi kemenangan seperti
apa yang dimaksud? Apakah mereka yang fullberpuasa selama sebulan dan giat
melakukan ibadah dan beramal siang malam selama ramadhan lalu mereka menghitung-hitung
setiap pahalanyadari sekian banyak amalan yangtelah ia kerjakan agar masuk sorga? Ataukah mereka
yang melakukan segala amalan secara ikhlas dan pasrah kepada Tuhan meskipun
sedikit? Dari kedua pertanyaan ini maka muncul pertanyaan baru “akankah mereka
tetap mengerjakanamal ibadah, jika Tuhan tidak menciptakan sorga?”
“apakah
mereka giat beribadah hanya karena ketakutan mereka terhadap neraka?”sedangkan
Tuhan terang-terangan dalam firman-Nya
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat:56)
Banyak orang berkata
“bukan seberapa banyak dirimu beramal melaikan seberapa ikhlas kamu beramal”
jadi keikhlaslah yang paling utama dalam setiap amalan,niat lebih utama
daripada amalnnya, karena seseorang yang beramal banyak tetapi tidak ikhlas berarti
mereka terlalu mementingkan diri mereka sendiri dan egois untuk mendapatkan
keuntungan disetiap amalannya, mereka tidak pernah merasakan kemenangan
melaikan akan merasakan kekhawatiran untung rugi terhadap apa yang mereka
lakukan, sehingga mereka tak pernah puas dan selalu was-was maka dari itu kita
perlulah mengAllah dalam beramal, mengAllah di setiap keadaan, mengAllah terhadap
takdir Tuhan.
Jika kita sudah ngAllah
atau berpasrah kepada Allah berarti telah ikhlas terhadap apapunyang akan
terjadi, baik dari seluruh amalan yang telah dikerjakan tak akan ada lagi kekhawatiran
akan untung rugi, tetap menjalani ibadah karena cinta tanpa harus memikirkan
pahala disetiap harinya, begitu pula dirimu akan merasakan kenikmatan beramal
yang tanpa sepengetahuanmutelah kamu rasakan betapa nikmatnya keikhlasan dan
rasa syukur terhadap yang telah Tuhan berikan, sorga seakan-akan telah engkau
rasakan meskipun dirimu masih hidup didunia, jadi bukankah orang-orang yang
ngAllah di bulan ramadhan adalah orang yang akan mendapatkan kemenangan?