Kamis, 04 April 2024

Batasan itu Nikmat

 



Mukadimah Poci Maiyah April 2024

Oleh: Rizki Eka Kurniawan


Pernah hidup di zaman kono, seorang bijak bestari yang dulunya hidup sebagai seorang prajurit. Namun, setelah sekian lama pengabdiannya dalam perang, ia memilih hidup miskin dan mengabadikan dirinya dalam pencarian “kebijaksanaan”.

Semuanya bermula, ketika satu temannya mengunjungi sebuah kuil yang dipercaya oleh orang-orang dulu sebagai tempat suci, tempat  di mana orang-orang datang untuk mendapatkan nasehat dan pencerahan dari seorang pendeta.

Pada saat itu, temanya bertanya pada pendeta kuil, “adakah seseorang yang lebih bijak dari Sokrates?”

Pendeta kuil tersebut menjawab, “Tidak ada satupun orang yang lebih bijaksana darinya. Sokrates adalah orang paling bijaksana di kota ini”.

Mendengar perkataan pendeta kuil tersebut, ia pun segera menemui Sokrates untuk memberikan kabar atas apa yang dikatakan oleh pendeta kuil.

Sokrates yang mendapat kabar dari temannya merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pendeta kuil tersebut. Ia mencoba memverifikasi perkataan pendeta dengan mendatangi semua orang di kota tempat ia tinggal, mulai dari pemuka agama, ilmuan, politisi, praktisi, penyair dan masih banyak lagi orang dengan lintas profesi yang ia temui.

Tapi, yang ia temukan bukanlah kebijaksanaan. Dari semua orang yang ia temui, ia justru merasa kecewa dengan orang-orang yang merasa sok tau atas apa-apa yang sebenarnya mereka tidak ketahui.

Hal ini membuat Sokrates semakin dalam merenungi kebenaran dari perkataan pendeta kuil tersebut. Pada titik ini, Sokrates akhirnya memahami kebenaran dibalik perkataan pendeta kuil. Ia pun menyadari alasan kenapa pendeta kuil menyebut dirinya sebagai orang paling bijaksana, adalah karena Sokrates satu-satunya orang yang tau jika dirinya tidak tahu.

Dalam sebuah risalah sufistik, ada salah satu ulama sufi yang berkali-kali dalam sebuah karyanya yang saya baca selalu mengutip perkataan Abu Bakar r.a, “Ketidakmampuan mendapat pengetahuan adalah pengetahuan itu sendiri”

Jujur, awalnya saya pun sangat bingung untuk memahami perkataan ini, apa maksudnya? Kalian pun mungkin akan bertanya-tanya bagaimana mungkin ketidakmampuan untuk mendapatkan pengetahuan adalah pengetahuan itu sendiri?

Sampai akhirnya, saya pun memahami ketika saya mulai bisa menyadari akan keterbatasan (limitasi) diri saya sendiri. Saya pun akhirnya mulai paham. Betapa nikmatnya keterbatasan!

Melalui keterbatasan, kita bisa merasakan nikmatnya belajar untuk bisa tau. Keterbatasan menuntut kita untuk selalu berkembang menemukan dan menciptakan hal-hal baru yang tadinya belum kita ketahui.

Mengetahui keterbatasan membuat kita bisa bersikap rendah hati dan lebih mengenali diri sendiri. Tak mungkin, bahkan sangat mustahil bagi orang yang tak kenal keterbatasannya bisa mengenali dirinya sendiri, apalagi untuk bisa mengenali Tuhan?

Ketika kita makan, kita tau kapan kita harus berhenti makan ketika kita mengetahui keterbatasan kapasitas perut kita dalam menampung makanan. Kalau kita tidak mengetahui kapasitas perut kita yang terbatas, sangat mungkin bagi kita bersikap seperti binatang buas yang rakus dan serakah.

Binatang buas tak akan berpikir untuk berhenti makan, selama makanan masih ada ia akan menghabiskannya pada saat itu juga, yang sebenarnya perilaku semacam itu tidaklah baik dan hanya akan merusak tubuh.

Pengetahuan dan pemahaman kita yang terbatas pun menyelamatkan dan membebaskan kita dari beban, emosi dan pikiran-pikiran negatif. Bayangkan saja, kalau kita bisa mendengar isi hati dan pikiran buruk orang-orang yang membenci kita. Sudah tentu hidup kita tidak akan tenang dan selalu terganggu.

Apalagi kalau kita bisa tau isi hati dan pikiran pasangan kita, saya berani taruhan kalau setiap kali dalam hati dan pikiran pasangan kita terbesit bayangan wajah orang lain. Kita bisa langsung curiga dan bisa jadi akan berpikiran yang tidak-tidak. Toh, tidak ada salahnya untuk tidak mengetahui segalanya, karena pada dasarnya kita adalah makhluk yang serba tidak tahu!

Kita tidak tahu bagaimana cara kita menggerakan detak jantung. Kita juga tidak tahu bagaimana cara kita bisa mengaktivasi nafas agar berhembus secara automatis. Semuanya berada di luar kendali kita, pun dengan masa depan, kita tak tau apakah nanti akan selalu cerah atau berlangsung dengan badai?

Batasan adalah sebuah anugrah dan anugrah bagaimanapun bentuknya wajib untuk disyukuri, sebagaimana kidung cinta dari seorang sufi pengembara:

“Bersyukur itu mudah jika semuanya berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Tetapi seorang hamba Tuhan yang tulus bersyukur bukan hanya atas apa yang telah diberikan, tetapi juga atas apa yang tidak diberikan.”


Kuningan, 4 April 2024


Jumat, 01 Maret 2024

LABANAN KHALISHAN

 



Mukadimah Poci Maiyah Maret 2024

Oleh: Abdullah Farid

 

 

Bissmillahi rohmanir rohim...

 

Innaladzinasy syathohat

Wa maa adroka ma syatohat?

 

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang mabuk. Dan apakah kamu tahu siapa orang-orang mabuk itu?

 

Nabi Muhammad diberi pilihan oleh Jibril saat sebelum mi'raj, susu atau ciu (khamr). Tentu saja Sang Manusia Suci itu memilih susu. Kata sebagian pemuka agama, andai nabi memilih ciu, umatnya akan mabuk dunia melebihi saat ini. Seperti perkataan beliau :

 

“Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425))

 

Mengapa Jibril tidak menawarkan darah dan susu? Bukankah, susu adalah cairan bernutrisi yang mlipir punya jalan sendiri di antara darah dan kotoran? Tidak mungkin Jibril merendahkan derajat akal nabi. Apa enaknya meminum darah, dibandingkan jika ditawarkan ciu? Diharamkan dan disembunyikan saja umatnya banyak yang mencari, apalagi kalau dihalalkan.

 

Labanan Kholishon diartikan sebagai susu, sebab ia adalah yang mengalir di dua kotoran namun tetap murni (kholish, ikhlas). Dalam hadits lain, ada sahabat yang bertanya tentang ibadah haji, tentang shofa dan marwa. Bagaimana mungkin mereka beribadah di tempat yang masih ada berhalanya? Tapi kata nabi, seperti libanan kholishon itu, tetaplah mengerjakannya. Sebab dunia memang hakikatnya tempat yang sulit untuk tetap menjadi benar. Saat benar saja manusia masih sering disalahkan, apalagi ketika salah. Lagipula, bagaimana mungkin manusia tetap seutuhnya benar dan baik jika ia berada di dalam sistem yang rusak. Sistem yang menjadikan manusia kehilangan sisi kemanusiaan inilah yang diibaratkan dengan kondisi mabuk.

 

Labanan Kholishon ini sebenarnya sudah sangat banyak model atau contoh yang Mbah Nun dan Marja Maiyah lain sampaikan. Kondisi steril dalam dualitas, tetap berdiri di tengah tidak condong ke nomor berapapun. Sebab, Maiyah akan tetap berputar bersamaan dengan rotasi bumi, tak peduli siapa yang memimpin negeri ini. Maiyah akan tetap menaungi, menemani, jika pemimpinnya adil akan disupport. Dan jika pemimpinnya dzolim akan terus diingatkan. Bukan karena apa-apa, tapi mencoba untuk tetap dalam jalur ilmu dan pelayanan umat. Seperti susu, tidak tersentuh kotoran dan juga darah. Meski tidak juga mengatakan bahwa dua hal itu tidak bermanfaat.

 

Di Maiyah kita belajar bagaimana terus bermuthola'ah, menaiki anak-anak tangga ilmu. Bukan hanya belajar secara intelektual, tapi juga kepekaan hati. Dan terakhir, adalah keberanian untuk acuh pada angan-angan kesenangan ataupun hinaan. Dipuji tak meninggi, dihina pun tak jatuh. Seorang pemuda, apalagi pemimpin, kata Mbah Nun, harus memiliki tiga disiplin. Kecerdasan akal, kesucian hati, dan keberanian mental. Belajar dan terus berkarya, tak tergoda dengan apapun kemewahan dunia, dan tetap berjalan, berjuang meski sendiri ataupun bersama. Hatinya kholish, mudah jatuh cinta dan mudah juga melepaskannya. Sebab cintanya bukan tentang dunia, tapi tentang ketaatan kepada-Nya. Mengalir tanpa arus, tajriy min tahtihal anhar, selalu jatuh cinta pada takdir yang Tuhan tetapkan dan mencintai kebaikan tanpa kecemasan apapun.

 

Labanan Kholishon, Sari yang Murni. Kalau dari contoh yang Mbah Nun ajarkan seperti buah kelapa. Ada manusia kembang, bluluk, degan (dawegan), cengkir, dan sebaginya. Dan di dalam kelapa (kita tak pernah penasaran dari mana air itu) di dalamnya ada sari pati, santan, minyak, yang merupakan sari atau libanan kholishon. Seperti manusia dengan derajat yang tinggi. Hatinya hambar pada dunia, sebab yang Dia lihat adalah Dzat yang menyuruhnya agar tetap hidup dan berjuang. Sari, susu, atau libanan kholishon, adalah perumpamaan dari Qur'an. Di kitab Baghawad Gita, disebut sebagai titik tengah di antara dua mata. Banyak praktisi yoga yang mengartikan bahwa untuk meditasi, harus memfokuskan diri pada titik tengah di antara dua mata kepala. Sedang makna yang lebih tinggi adalah, libanan kholishon, berdirilah di atas paradoks. Tidak hanyut dalam pandangan mata kanan dan kiri, tidak terjebak dalam kebingungan baik-buruk, benar-salah, kaya-miskin dan sebagainya. Sebab seseorang yang sudah sampai dalam ketaatan pada Tuhan, keburukan atau kesalahan pun akan dia lakukan. Dia berada di atas hukum manusia, sebab ia hanya bisa taat.

 

wa lā tamuddanna 'ainaika ilā mā matta'nā bihī azwājam minhum zahratal-ḥayātid-dun-yā, linaftinahum fīh(i), wa rizqu rabbika khairuw wa abqā (Thaha : 131)

 

Janganlah sekali-kali engkau tujukan pandangan matamu pada kesenangan yang telah Kami anugerahkan kepada beberapa golongan dari mereka (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.

 

Itu mengapa nabi memilih susu, perumpamaan sesuatu yang mulia. Dan arak, khamr atau ciu, adalah perumpamaan sesuatu yang rendah, yang hina. Siapa saja yang mabuk, tak boleh sholat. Sebab ia tak akan mampu melihat hukum, salah dan benar. Mirip orang yang taat di atas tadi, dia juga tak peduli salah dan benar, dan mungkin dia juga mabuk. Tapi mabuk cinta pada Tuhan dan Nabi Muhammad, hingga dunia tak punya tempat lagi di hatinya. Nabi mengajak umatnya menuju kemuliaan, sedang umatnya mencintai kondisi mabuk, yang tak punya kendali terhadap dunia. Dan di maiyah ini, seberat apapun perjalanannya, kita belajar agar tetap kholish, tetap kokoh, jika ditawari mabuk dunia atau mabuk ketaatan, kita sudah tahu jawabannya.

 

Rabu, 28 Februari 2024.

Jumat, 02 Februari 2024

LANJARAN

 



Mukadimah Poci Maiyah Februari 2024

Oleh: Abdullah Farid

 

Al-Ma'idah ayat 35

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.

 

Tema kali ini, kita akan tadabur dari kisah hidup "LANJARAN". Wa ma adroka ma LANJARAN? Adalah batangan kayu atau bambu yang digunakan untuk merambat atau penyanggah tanaman dari awal penanaman hingga bisa berdiri sendiri.

 

Tentang konsep hilangnya keberkahan atas apa yang dimiliki manusia, baik ilmu, harta, kedudukan, dan sebagainya. Karena salah satu sebab yaitu melupakan LANJARAN awal mula manusia mengenal apapun di dunia ini. LANJARAN orang berilmu, misalnya, adalah orang tua, guru-guru kita dari kecil hingga hari ini. Ketika kita sudah berada pada kondisi atau keadaan yang lebih baik dari orang yang pernah berjasa, umumnya kita menyepelekan dan menganggap lebih unggul dari mereka. Sehingga hilangnya takdim atau rasa hormat kepada siapapun yang pernah berjasa. Di sisi lain, hidup ini menjadi berkah jika kesuksesan diiringan dengan ridho orang tua dan guru. Karena ridho guru adalah salah satu syarat manfaatnya ilmu.

 

Dunia memang berputar. Awalnya manusia tak tahu apa-apa, kemudian dituntun, dididik, oleh Lanjaran mereka masing-masing. Orang tua, guru, saudara, teman, atasan kerja adalah sandaran tiap orang pada umumnya. Pada awalnya manusia tak tahu, lalu sebab lanjaran tersebut ia jadi tahu. Tapi ditingkat terakhir, manusia menjadi tidak tahu lagi. Awalnya manusia tidak tahu bagaimana cara sukses, kemudian dia mencari lanjaran, washilah, agar sukses, tapi ketika kesuksesan diraih, ia kembali dalam kesadaran tidak tahu tentang kesuksesan. Ia mungkin bertanya dalam diri : _Apakah ini yang disebut kesuksesan?

 

Awalnya manusia tidak tahu baik dan buruk, lalu manusia belajar agar tahu mana baik dan buruk menurut ilmu. Tapi pada akhirnya, manusia kembali tidak tahu mana yang baik dan buruk, sebab yang baik menurutnya belum tentu baik juga menurut Tuhan. Ini memang dilema, dan paradoks memang menyebalkan.

 

Seperti halnya lanjaran, seseorang membutuhkan guru atau guru yang membutuhkan murid? Jika pun si murid melupakan jasanya, apakah sang guru akan kecewa? Bukankah tujuan ia mendidik itu bukan karena si murid itu? Sang guru juga sebenarnya menjadikan si murid adalah lanjaran untuk mendapatkan imbalan, entah dunia ataupun akhirat. Jadi, sebenarnya siapa yang menjadi lanjaran dalam hal ini?

 

Dalam ayat yang dikutip di atas, berjuanglah, agar engkau beruntung. Titik pentingnya ada dalam perjuangan. Sebab, guru atau siswa, anak atau orang tua, bos atau karyawan, semua saling menjadikan lanjaran. Dan mungkin makna keberkahan adalah itu : ketika perjuangan tak berhenti apapun kondisi yang terjadi. Selain makna lain, bahwa kenyataan yang tak sesuai harapan, namun tetap menjadikan seseorang semangat berjuang dan mendekatkan dirinya pada Tuhan.

 

Manusia hidup berawal dari permukaan jasadnya. Lalu mendaki dan nyaman dengan akalnya. Tapi sebaiknya terus naik sampai ia tinggal di dalam hatinya. Tanpa dilema, drama, dan paradoks dunia. Manusia tidak hanya berurusan dengan makan dan minum saja, pakaian dan hiasan hidup jasadiyah saja. Tetapi juga ilmu, yang menjadikan hidup terarah dan nyaman selama berpikir dengan seimbang. Tapi pada akhirnya manusia harus mendudukkan akal pikirannya, agar ia sampai pada hati yang terdalam. Sebab, seringkali manusia memiliki ujian atau masalah yang penyelesaiannya tak cukup dengan data aqliyah saja. Data-data inderawi dan olahan pikiran tak cukup mampu untuk meredakan dilema-dilema batin. Maka perjalanan dan perjuangan harus terus dilakukan sampai ke hati. Harus mencari lanjaran yang mau menuntun pelan-pelan, dan tanpa imbalan. Sebab, jikapun ketakdziman dan rasa hormat hilang pada orang tua dan guru, maka balasan dari Tuhan memang lebih layak untuk diharapkan. Lagipula, imbalan apa yang bisa membuat puas dari seorang manusia, jika Tuhan menjanjikan yang jauh lebih baik darinya?

Kamis, 1 Februari 2024

Kamis, 04 Januari 2024

ALGORITMA KEGEMBIRAAN

 


Mukodimah Poci Maiyah Januari 2024

Oleh : Abdullah Farid

 

Tidak ada jalan lain untuk seorang pecinta, kecuali selalu kembali kepada kekasihnya.

 

Ada kisah anekdot tentang Abu Nawas yang didatangi seorang teman yang mengeluhkan rumahnya yang makin sempit. Sebab menampung dua keponakannya yang yatim piatu. Kisah ini masyhur dijadikan hikmah bagi mereka yang belum mengerti 'Algoritma Kegembiraan' di dalam pikiran seseorang. Dalam kisah itu, Abu Nawas meminta temannya itu juga untuk memelihara kambing, ayam, bebek, di dalam rumahnya. Tentu saja ini tidak masuk akal. Seperti pada awalnya masyarakat tak paham, bahwa imunisasi adalah menyuntikan bakteri terkendali agar menjadi imun dengan zat-zat dalam tubuh anak. Seperti vaksin, untuk melawan virus kita harus menggunakan virus yang serupa. Yah, terkadang solusi masalah justru ada di dalam masalah tersebut. Singkat cerita, ketika sudah berhari-hari nurut dengan saran Abu Nawas, untuk memelihara binatang itu di rumahnya yang sempit, lalu tiba-tiba semua binatang itu dijual, betapa terasa lega dan plong hidupnya.

 

Algoritma Kebahagiaan ini sebenarnya adalah koding paling mendasar di dalam diri manusia. Penciptaan manusia bukan untuk sengsara, seperti kata Buddha. Melainkan untuk menikmati kegembiraan dimanapun dan kapanpun. Bagaimana caranya? Bagaimana caranya anak kecil bergembira?

 

Di Maiyah, kita sebenarnya belajar tentang kegembiraan advance. Anak-anak Maiyah dididik dalam kehidupannya untuk dapat melihat kegembiraan, sisi baik, dari ujian hidup yang dihadapinya. Anak-anak maiyah dididik agar tidak merasa sengsara hanya karena belum melihat orang yang hidupnya lebih sengsara. Tidak dididik untuk bergembira dan mensyukuri hidupnya ketika diperlihatkan orang-orang yang hidupnya tidak seberuntung dia. Dalam gelaran inilah, anak-anak Maiyah belajar untuk tetap dalam keheningan, tetap dalam ketenangan, meski hidup mudah berubah, terkadang sedih, terkadang gembira. Bukan tangis air mata yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban, melainkan ratapan tak rela dengan takdir yang datang. Maka ada baiknya, seseorang mulai menyeting Algoritma Kegembiraan dalam dirinya. Agar tidak hanya memahami badai pasti berlalu, tetapi juga menyadari bahwa, badai pasti akan datang. Dan siap dalam keadaan apapun.

 

Masalah diberikan pada manusia untuk mendapatkan dua bonus kehidupan. Kenaikan derajat jiwa, dan atau membersihkan kotornya jiwa. Masalah diberikan Tuhan pada manusia, mungkin saja sebab di hatinya Tuhan sudah tidak ada lagi. Sangat mungkin seseorang bisa lari dari masalahnya, tapi apakah ia bisa bersembunyi dari beban pikirannya sendiri? Dan jelas bunuh diri bukanlah solusi. Maka, tidak ada jalan lain untuk seorang hamba, kecuali kembali kepada Tuhannya. Tidak ada jalan lain untuk seorang pecinta, kecuali selalu kembali pulang kepada kekasihnya. Dan Allah, Dia-lah tempat kepulangan setiap masalah. Wa huwa ma'akum aina maa kuntum, Aku bersama-mu, wahai hamba-Ku, dimanapun kamu berada. Mengapa engkau bersedih? Fa idza sa-alaka ibadi, anni fa inni qoriib. Aku di dekatmu, wahai hamba-Ku, apa yang menjadikanmu bersedih? Yaa ayyuhal insan, maa ghoroka bi robbikal kariim? Wahai manusia, apa yang menjadikanmu berpaling dari-Ku? Apakah dunia ini lebih menarik hatimu?

 

Tegal, 3 Januari 2024

Jumat, 01 Desember 2023

Melintasi Waktu dan Zaman Menjadi Generasi Terbaik

 


Reportase Poci Maiyah Goes To School

Oleh: Khairul Fahmi

 

Jumat minggu kedua nopember, tidak seperti biasanya pegiat poci maiyah melakukan pertemuan di rumah pegiat Gus Luay untuk kangen-kangenan, kali ini pegiat poci maiyah di jumat minggu kedua dimintai tolong untuk sinau bareng mengisi acara pendidikan karakter materi keagamaan di sma negeri 1 dukuhwaru kabupaten tegal. Acara yang diinisiasi oleh Waka Kesiswaan SMA N 1 Dukuhwaru Tegal Pak Yadi yang kemudian didukung oleh kepala SMA N 1 dukuhwaru Pak Heri Samekto ini baru diketahui oleh sedulur poci maiyah pada jumat terakhir bulan oktober pada saat berlangsungnya pertemuan mother di rumah pegiat Abdurrahman Wahid yang akan melangsungkan akad nikah sabtunya. Komunikasi terjadi antara pegiat poci maiyah gus nahar dan pak yadi waka kesiswaan. Malam  itu kebetulan sekali seluruh pegiat hampir semuanya kumpul untuk kangen-kangenan sekaligus melepas masa lajang salah satu pegiat akhirnya disepakati acara sinau bareng di sma n 1 dukuhwaru dilaksanakan jumat tanggal 10 nopember 2023. Hanya waktu dua minggu pegiat poci maiyah dan band interim yang memainkan gamelan kiakanjeng bersiap melakukan latihan baik mateti maupun nomor-nomor lagu milik kiaikanjeng.

 

Ini adalah acara pertama poci maiyah yang digelar atas permintaan pihak lain. Dengan membawa spirit Mbah Nun dan Maiyahan diiringi oleh Gamelan Kiaikanjeng yang dimainkan grup Interim dari Poci Maiyah, acara dimulai persis pukul 20.00 diawali dengan sambutan panitia kemudian mengajak para siswa siswi sma n 1 dukuhwaru untuk bertawassul terlebih dahulu. Setelah tawassul kemudian siswa siswi diajak melantunkam Indonesia Raya stanza 2 dan 3 dengan harapan itu menjadi doa yang dikabulkan untuk Indonesia.

 

Menginjak pukul 20.30 sebelum memasuki sesi sinau bareng satu nomor sholawat nariyah menghangatkan suasana sinau bareng. Kemudian Kang Ali selaku moderator mempersilahkan Gus Nahar untuk memperkenalkan diksi sinau bareng itu apa? Gus Nahar menjelaskan sedikit tentang diksi bedanya sinau dewek-dewek, sinau bareng-bareng dan sinau bareng yamg sering disampaikan dalam maiyahan. Setelah sesi memperkenalkan apa itu sinau bareng dilanjut sesi  tadarrus mukaddimah. Kali ini sesi tadarrus mukaddimah Kang Ali mengajak beberapa siswa siswi untuk membacakan mukaddimah malam itu. Dalam sinau bareng dialektika antara seluruh jamaah sangat diperlukan sehingga ketika dua siswa dan satu siswi berani untuk maju dan membaca mukaddimah maka suasana menjadi semakin akrab.

 

Kemudian sesi berikutnya Ustadz Hadi Subhan selaku guru agama sma n 1  dukuhwaru mengawali pembahasan dengan menyampaikan bahwa pendidikan karakter salah satunya birrul walidain dan juga kisah nabi Yusuf A.S yang tidak menyimoan dendam dan kebencian kepada saudaranya.

 

Sebelum sesi berlanjut melihat para siswa siswi yang sudah terlihat ngantuk dan kelelahan karena sejak siang hari mereka sudah melakukan banyak kegiatan dalam rangka pendidikan karakter akhirnya satu nomor yang viral dikalangan siswa siswi yakni lagu nemen dilantunkan, suasanapun kembali mencair segar karena hampir semua siswa siswi ikut larut menyanyikan nomor tersebut.  Setelah suasana kembali seger, Kang Ali selaku moderator kembali mengajak siswa siswi sinau bareng dan menjelaskan filosofi lagu tadi seperti minum es teh dan sinau bareng seoerti berlari, jika setwlah berlari satu gelas maka terasa nikmat jika satu galon maka hilang nikmatnya oleh karena itu sinau bareng kemudian dilanjutkan lagi, kali ini kamg Ali mencoba memancing siswa siswi untuk bertanya atau menyampaikan pendapat. Dan ada satu siswa mas alvin niam yang langsung maju ke depan. Ternyata mas alvin niam ini bukan bertanya atau berpendapat tapi malah request lagi nenekku pahlawanku miliknya wali. Sontak seluruh siswa dan siswi moderator dan pemantik pun rame karena ini diluar perkiraan.

 

Permintaan lagu dari mas alvin disimpan dulu untuk kemudian Kang Ali mengarahkan Gus Nahar untuk kembali masuk sesi sinau bareng pendidikan karakter. Gus Nahar memulainya dengan cerita yang menarik tentang bagaimana lima orang melihat mangga yang jatuh dan apa yang dilakukannya yang pertama melihat mangga yang jatuh kemudian dihitung gaya gravitasinya karena ahli fisika kemudian yang kedua membawa mangga tersebut pulang dan dijual. Adapun yang ketiga itu mencari siapa pemilik mangga tersebut. Yang keempat mengambil mangga tersebut untuk diberikan kepada orang lain. Dan yang kelima mengambil mangga tersebut untuk dibawa pulang dan dimakan. Dari cerita tersebut menurut Gus Nahar orang yang berkarakter adalah yang ketiga yang mencari dulu siapa pemilik mangga yang jatuh tersebut.

 

Setelah memberikan contoh apa itu orang yang berkarakter melalui cerita lima orang tadi dilanjut satu nomor yang direquest oleh salah satu guru yaitu lagu yassir lana dan meskipun belum pernah latihan sedulur interim dari poci maiyah belajar dari kiaikanjeng menggunakan sense of ngeng dan tulus melayani akhirnya satu nomor tersebut berhasil dibawakan dan membawa seluruh siswa larut mengikuti lantunan lagu tersebut. Setelah nomor tersebut untuk kembali membuat semangat suasana dilanjut dengan satu nomor milik kiaikanjeng yang berjudul amemuji.

 

Setelah suasana kembali terbangun, sinau bareng dendidikan karakter dilanjut kali ini Kang Ali mempersilahkan Gus Luay untuk ikut mengelaborasi sinau bareng malam ini. Gus Luay mengawali dengan melakukan dialektika kepada para siswa dengan menanyakan medsos yang mereka miliki seperti instagram, tiktok dsb. Rata-rata hampir semuanya memiliki medsos tersebut. Kemudian para siswa ditanya untuk melihat status mereka 2 atau 3 tahun yang lalu dan semuaengatakan bahwa status mereka 2 atau 3 tahun lalu alay dan banyak yang menertawakan sendiri. Itulah pendidikan karakter bahwa tidak perlu membandingkan diri kita dengan ora lanin untuk menjadi lebih baik. Cukup melihat status 2 atau 3 tahun lalu dimedsos dan kita bisa melihat sejauh mana diri kita. Kemudian Gus Luay mengajak siswa merespon sinau bareng malam ini karena jangan hanya hidup di dunia maya ayo mengisi ruang di kehidupan nyata melalui sinau bareng malam ini.

 

Akhirnya ada empat siswa dan siswi yang berani mengungkapkan pertanyaan di sinau bareng malam ini diantaranya yang pertama bagaimana membalas ayah dan ibu yang sudah baik sekali sama kita, yang kedua bagaimana caranya menolak kalau ketemu lawan jenis yang senang dengan kita tapi kita tidak senang dengannya agar tidak sakit hati, yang ketiga apa yang dilakukan ketika orang tua kita marah dan yang keempat apa harapan poci maiyah untuk sma dukuhwaru setelah acara ini berlangsung?

 

Masing-masing pertanyaan itu direspon oleh Gus Nahar bahwa kebaikan orang tua kita tidak mungkin dapat membalasnya tetapi minimal yang perlu kita lakukan adalah tidak menyakitinya. pertanyaan yang kedua Gus Nahar merespon bahwa tidak ada cara menolak seseorang kemudian tidak sakit hati, bahwa sakit hati ada resiko orang yang mengungkapkan cinta. Pertanyaan ketiga Gus Nahar merespon dengan minimal saat orang tua kita marah kita diam. Dan pertanyaan keempat Gus Nahar merespon harapan poci maiyah aktualisasinya minimal di rumah tidak menambah bikin masalah dan di sekolah menjaga adab dengan guru.

 

Lanjut respon Gus Luay terkait pertanyaan kedua dengan berdialektika sakit hati itu baik atau buruk?mungkin banyak yang menjawab itu buruk tapi Gus Luay mengajak untuk memikirkan sakit hatinya seorang ibu ketika anaknya harus disuntik karena sakit yang tidak bisa disembuhkan dengan obat minum. Dalam kondisi tersebut sakit hati itu baik. Maka Gus Luay menyarankan agar jangan menunda waktu untuk menolak seseorang yang tidak dicintai karena luka padamu adalah derita untukmu.

 

Setelah ini sedulur interim dari poci maiyah memenuhi keinginan salah satu siswa untuk membawakan nomor nenekku pahlawanku, suasana pun kembali pecah karena semua larut dalam lagu nenekku pahlawanku yang diiringi secara spontan pada malam itu bahkan salah seorang guru memberikan apresiasi kepada siswa yang melantunkan nomor tersebut. Kemudian setelah ini dilanjutkan kembali dengan nomor sluku-sluku bathok burdah yang dibawakan sedulur interim dan mengajak seluruh jamaah sehingga malam menjelang pukul 23.00 suasana semakin syahdu.

 

Diakhir acara Gus Luay memberikan respon terkait harapan poci maiyah kepada sma n dukuhwaru, Gus Luay mengawali dengan sebuah quote bahwa berharap kepada manusia adalah cara patah hati yang paling disengaja oleh karena itu poci maiyah tidak berharap kepada siswa siswi sma n dikuhwaru tetapi berharap kepada Allah yakni harapannya adalah agar siswa siswi sma n dukuhwaru di semua angkatan mampu melintasi waktu dan zaman dan mampu menjadi generasi terbaik di kota ini dan negara ini. Dan juga agar siswa siswi di sma n dukuhwaru sedang mengalami kesepian tetap ingat peejumpaan kita malam ini itu yang akan menjadikan api semangat agar tidak menyerah karena ada sedulur poci maiyah yang siap membuka tangan untuk bertemu kapanpun. Dan ingatlah ketika siswa siswi sudah tidak memiliki teman dan tidak tahu akan bermain dimana temui kami di GBN setiap jumat pertama di  setiap bulan. Ingatlah bahwa proses yang paling serius adalah serius terhadap proses.

 

Pukul 23.00 sinau bareng pendidikan karakter di sma n 1 dukuhwaru ini diakhiri dengan doa oleh Gus Nahar dan satu nomor Lir-ilir. Terima kasih SMA N 1 Dukuhwaru sudah memberikan kesempatan sinau bareng bersama poci maiyah. Semoga kabar sinau bareng poci maiyah di sma n 1 dukuhwaru ini terdengar sampai kepada guru kita semua Maulana Muhammad Ainun Nadjib.

MBEKTI



Mukadimah Poci Maiyah Goes To School

 Memperingati Hari Pahlawan 10 November 2023
Oleh: Abdullah Farid

 

Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini. Maka aku putuskan untuk mengubah negaraku saja.

 

Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku.

 

Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Ternyata aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.

 

Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."

 

Tertulis di makam seorang Uskup Anglikan di Westminster Abbey sekitar 1100 AD.

***

 

Kata mbekti atau berbakti dalam qur'an menggunakan kata abroro, dari kata "برّا" (barro), yang berarti memelihara atau memenuhi janji. Maka, berbakti dapat dimaknai dengan memelihara ucapan atau menepati janji. Sebagai pelajar, pasti tak asing dengan Dasa Darma nomor 9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Sikap yang sangat memegang kata-kata, dan menepati janji. Dua sikap yang jangankan anak-anak, orang dewasa saja sudah jarang memilikinya. Apalagi dalam persoalan hutang. (Eh?)

 

Berbicara tentang mbekti, kepada keluarga, negara, dan dunia, mari kita belajar kepada Nabi Yusuf Alaihis Salam.

 

Saat kecil beliau dianiaya, dan dia bertahan. Siapa yang tak sedih dikhianati saudara kandung sendiri, dan dilemparkan ke dalam sumur?

 

Saat remaja, setelah ditolong dari dalam sumur, dia dijual menjadi budak raja. Nabi Yusuf anak seorang bangsawan desa. Tapi tak gengsi, atau merasa harga dirinya jatuh karena dijual sebagai budak.

 

Saat menjelang dewasa, dia difitnah istri raja, dipenjara, dan dilupakan. Tapi dia tetap bertahan, tak hilang keseimbangan diri, dan tetap sabar menunggu janji Tuhan. Bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya.

 

Dan ketika ia menjadi gubernur, dia memaafkan kakak-kakaknya, mendudukan orangtuanya di singgasana, lalu memakmurkan rakyat dengan pemberian pangan secara cuma-cuma. Untuk keluarga, negara, dan dunia dapat mengambil pelajaran keberbaktian yang sangat tangguh dalam teladan Nabi Yusuf.

 

Dalam nuansa sinau bareng Poci Maiyah ini, dalam peringatan hari pahlawan ini, mari kita belajar bersama bagaimana cara dan metodologi-nya agar dapat berbakti pada keluarga, negara, dan pada akhirnya dunia, seperti para pahlawan nusantara yang rela mengorbankan nyawanya untuk kita semua. Menjadi patriot yang sopan dan bersikap ksatria sejak dari dalam rumah masing-masing. Menjadi manusia yang seimbang, mencintai alam dan mengasihi sesama manusia. Sungguh-sungguh belajar. meski tak gampang untuk selalu suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Semoga.