Selasa, 17 April 2018

TENTREM

Demi menempuh ketentraman, banyak manusia rela membayar mahal, sepertihalnya kaum hedonisme yang sudah terlanjur hanyut dalam ketentraman dunia sehingga membayar hotel, obyek wisata atau pun berkaraoke ria hanya untuk sekedar melepas penat, karena mungkin lelah dengan hiruk pikuk suasana kantor yang membosankan. Padahal mungkin kita sendiri bisa menemukan ketentraman dalam kantor tanpa kita harus mengeluarkan modal. 

Perihal perbedaan prinsip dalam sebuah instansi pekerjaan atau sebuah organisasi itu hanya soal perbedaan kepentingan dan itu adalah suatu hal yang wajar dan ini baru hal kecil karena sifatnya masih pribadi, belum lagi ketika menganaloginya dalam arti luas.

Perbedaan merupakan hukum alam yang tidak bisa diganggu gugat, Karena Tuhan mengaruniakan daya pikir dan perasaan pada diri manusia. Tuhan menciptakan manusia secara unik dan sama sekali tidak seragam. Secara lahiriahnya saja sudah terlihat tidak ada manusia yang sama persis, meskipun saudara kembar sekalipun. Perbedaan adalah Sunatulloh, dari warna kulit, bentuk mata, hidung, telinga dan beberapa anggota tubuh yang lain. Kalau secara fisik saja berbeda apalagi pikiran dan perasaan.

Terkadang kita merasa paling benar dan orang lain selalu salah, jika perasaan seperti itu masih menyelimuti diri kita maka tidak akan ada kedamaian di muka bumi ini, musyawarah tidak akan ada arti nya lagi. Dalam masyarakat yang semakin materialistis, individualistis, hedonistis dan kapitalis pada saat-saat seperti ini kita mesti bergantung kepada tali Allah SWT dan menjaga diri agar tidak sampai tercerai berai.

Kebaikan Manusia sering ditentukan oleh kwalitas hati dan lidahnya. Apabila hati manusia itu baik, maka ia akan berkata dengan baik. Maka yang terjadi di dunia ini adalah kebaikan, persaudaraan, ketenraman dan kedamaian. Begitupun sebaliknya apabila hati manusia itu buruk, jahat, maka ia akan berkata dengan buruk, kasar dan menyakitkan. Jika demikian halnya yang terjadi di dunia ini adalah suudzon, fitnah, saling curiga, pertengkaran bahkan peperangan, oleh karena itu kebaikan dan keburukan yang timbul di dunia, sering kali timbul dari hati dan lidah kita sendiri.

Lantas ketentraman seperti apa yang diinginkan manusia? Sebab manusia punya kualifikasinya masing-masing. Apakah ketentraman itu akan muncul ketika harta kita melimpah ataukah ketentraman itu akan hadir ketika dunia ini sepi. Mungkin bisa saja manusia beranggapan seperti itu dan itu sah-sah saja. Ketidak tentraman itu hadir karena kita masih punya takut, dan mungkin kita sendiri perlu mencari obat dari rasa takut itu sendiri.

Untuk mencairkan rasa takut kita perlu meneguhkan hati guna membentuk keyakinan diri. Tangan apabila salah ambil, itu akan menyebabkan kita sengsara. Telinga kalau salah dengar, itu akan menyebabkan kita nestapa. Mata kalau salah lihat, itu akan menyebabkan kita buta rasa. Hidung kalau salah cium, itu akan menyebabkan kita merana. Seluruh anggota tubuh, yang membentuk diri kita, itulah penyebab kita terjerat, itulah yang menyeret dengan paksa, yang menjerumuskan kita ke dalam kesengsaraan.

Kita berjalan karena ada yang melangkahkan, tangan mengambil karena ada yang membantu mengambilkan, telinga pun mendengar sebab ada yang membantu mendengarkan, mata pun melihat karena ada yang membantu penglihatan, hidung pun mencium karena ada yang membantu mencium, niat hati berbicara karena ada yang membantu berbicara.

Sebegitu pentingkah harga dari sebuah ketentraman, padahal kita tahu sendiri tentram ada yang menciptakan, namun kenapa kita kadang sering lupa pada sang pencipta ketentraman.



*Miftahul Aziz