Demi menempuh
ketentraman, banyak manusia rela membayar mahal, sepertihalnya kaum hedonisme
yang sudah terlanjur hanyut dalam ketentraman dunia sehingga membayar hotel,
obyek wisata atau pun berkaraoke ria hanya untuk sekedar melepas penat, karena
mungkin lelah dengan hiruk pikuk suasana kantor yang membosankan. Padahal
mungkin kita sendiri bisa menemukan ketentraman dalam kantor tanpa kita harus
mengeluarkan modal.
Perihal perbedaan
prinsip dalam sebuah instansi pekerjaan atau sebuah organisasi itu hanya soal
perbedaan kepentingan dan itu adalah suatu hal yang wajar dan ini baru hal
kecil karena sifatnya masih pribadi, belum lagi ketika menganaloginya dalam
arti luas.
Perbedaan merupakan hukum alam yang tidak bisa diganggu gugat, Karena Tuhan mengaruniakan daya
pikir dan perasaan pada diri manusia. Tuhan menciptakan manusia secara unik dan
sama sekali tidak seragam. Secara lahiriahnya saja sudah terlihat tidak ada
manusia yang sama persis, meskipun saudara kembar sekalipun. Perbedaan adalah Sunatulloh, dari warna kulit, bentuk
mata, hidung, telinga dan beberapa anggota tubuh yang lain. Kalau secara fisik
saja berbeda apalagi pikiran dan perasaan.
Terkadang kita merasa
paling benar dan orang lain selalu salah, jika perasaan seperti itu masih
menyelimuti diri kita maka tidak akan ada kedamaian di muka bumi ini, musyawarah tidak akan ada arti nya lagi. Dalam masyarakat yang semakin
materialistis, individualistis, hedonistis dan kapitalis pada saat-saat
seperti ini kita mesti bergantung kepada tali Allah SWT dan menjaga diri agar
tidak sampai tercerai berai.
Kebaikan Manusia sering
ditentukan oleh kwalitas hati dan lidahnya. Apabila hati manusia itu baik,
maka ia akan berkata dengan baik. Maka yang terjadi di dunia ini adalah
kebaikan, persaudaraan, ketenraman dan kedamaian. Begitupun sebaliknya apabila
hati manusia itu buruk, jahat, maka ia akan berkata dengan buruk, kasar dan
menyakitkan. Jika demikian halnya yang terjadi di dunia ini adalah suudzon,
fitnah, saling curiga, pertengkaran bahkan peperangan, oleh karena itu kebaikan
dan keburukan yang timbul di dunia, sering kali timbul dari hati dan lidah kita
sendiri.
Lantas ketentraman
seperti apa yang diinginkan manusia? Sebab manusia punya kualifikasinya
masing-masing. Apakah ketentraman itu akan muncul ketika harta kita melimpah
ataukah ketentraman itu akan hadir ketika dunia ini sepi. Mungkin bisa saja
manusia beranggapan seperti itu dan itu sah-sah saja. Ketidak tentraman itu
hadir karena kita masih punya takut, dan mungkin kita sendiri perlu mencari
obat dari rasa takut itu sendiri.
Untuk mencairkan rasa
takut kita perlu meneguhkan hati guna membentuk keyakinan diri. Tangan apabila
salah ambil, itu akan menyebabkan kita sengsara. Telinga kalau salah dengar, itu akan menyebabkan kita nestapa. Mata kalau salah lihat, itu akan
menyebabkan kita buta rasa. Hidung kalau salah cium, itu akan menyebabkan kita merana.
Seluruh anggota tubuh, yang membentuk diri kita, itulah penyebab kita terjerat,
itulah yang menyeret dengan paksa, yang menjerumuskan kita ke dalam
kesengsaraan.
Kita berjalan karena
ada yang melangkahkan, tangan mengambil karena ada yang membantu mengambilkan,
telinga pun mendengar sebab ada yang membantu mendengarkan, mata pun melihat
karena ada yang membantu penglihatan, hidung pun mencium karena ada yang
membantu mencium, niat hati berbicara karena ada yang membantu berbicara.