Senin, 21 Mei 2018

MENANYA (?) TANDA



REPORTASE POCI MAIYAH MEI 2018 - PARADE PELANG-PELENG


Malam 4 mei 2018, Jannatul Poci Maiyah seperti biasa memulai kebisingannya semenjak sore hari, obrolan grup chat penuh sesak dengan persiapan-persiapan,  seperti sibuknya kumpulan tawon yang tidak tahu apakah madu akan berhasil diraih atau tidak.

"Kulo pangkat mantun maghrib mas"

Mas Oki menyatakan kesediaannya, untuk turut membantu perisiapan malam itu.

Obrolan grup saya tutup

Sesekali melihat arah langit selatan dari Panggung, khawatir mendung atau hujan. Tapi apalah arti kekhawatiran, yang jelas sekarang saya harus ke Kang Samsul, menukar sepedaku dengan mobil untuk mengangkut sound system dari tempat kang fahmi dikarenakan malam itu kang fahmi tidak bisa membawa mobil dan tidak sepowerfull seperti biasanya. Dengan di bantu kang ajat dan kang fahmi sound system diangkut menuju GBN. Di GBN Mas Oki dan Mbah Nahar yang tak diduga-duga datang lebih awal sudah bersiap-siap menyambut kedatangan kami dan sound system. Dengan dibantu sedulur lainnya, kami pun bergegas memasang banner, menggelar tikar, mempersiapkan sound system dan persiapan lainnya. Seusai semua persiapan telah tertata rapi, tiba-tiba kang fahmi ijin pamit karena di telpon sang ibu untuk segera pulang. 

Selepas kang fahmi pamit, Maiyahan dimulai seperti biasa dengan bertawasul kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan para Waliyullah pendiri Tegal dan sekitarnya, dilanjutkan dengan membaca Surat Annas, Al Falaq dan Al-Ikhlas sebanyak 11 kali.

Selebaran mukadimah mulai dibagikan kepada para sedulur yang hadir, dan dimulailah pembacaan mukadimah dengan gaya ndarus mukadimah. Kang Luay pun memoderatori jalannya diskusi yang bertemakan Parade Pelang Peleng.

Malam ini sepasang barista Poci Maiyah Kang Peppy dan Kang Ulin tidak bisa turut hadir dalam lingkaran kemesraan. Kang Peppy eendiri sedang berangkat ke Jakarta untuk menghadiri Workshop StoryTelling Bersama Kang Luth dan Kang Poeh yang diadakan oleh Kenduri Cinta. Akhirnya Kang Wisnu dengan sigap menjadi barista sementara dengan modal satu termos air panas. Kehadiran Kang Dani dari Simpul Maiyah CirRebes pun menambah kehangatan malam itu.

Pelang-peleng adalah wujud dari ketidakseimbangan diri, ketidak matangan sikap, dimana kebenaran bisa menjadi pembenaran sahut salah satu sedulur yang memulai diskusi malam ini. Kemudian direspon oleh sedulur lain yakni Pelang-Peleng adalah ketidakmatangan dan ketidakseimbangan. Ada juga yang mendefinisikan Pelang-Peleng adalah mendorong manusia terburu-buru dalam menyimpulkan dan menafsirkan kebenaran, membawanya keliru mengambil sikap yg harusnya bijaksana,  mengayomi, dan saling mengasihi menjadi sikap suka menyalahkan, berprasangka buruk, dan merasa paling benar.

Diskusi tentang parade pelang-peleng berlangsung terus menerus seperti semua jamaah mendapatkan aura untuk mengeluarkan segala sesuatunya demi menambah kemesraan malam itu. 

Sejenak menurunkan tempo dalam diskusi satu nomor Duh Gusti di bawakan oleh kang Azis. Di tengah-tengah lantunan Duh Gusti kang fahmi kembali hadir di GBN sepertinya urusan selesai.

Manusia itu pelang-peleng karena ada orang lain, sahut seorang jamaah. Melihat fenomena diskusi ada seorang jamaah yang menyimpulkan bahwa ternyata saya yang pelang-peleng. Di situlah rona Maiyah begitu terasa bahwa di Maiyah kita tidak menghakimi orang lain, kita lebih memikirkan bagaimana Mengkhalifahi diri sendiri terlebih dahulu.

Akhirnya parade pelang-peleng mungkin digunakan untuk mengukur diri kita sendiri. Tidak merasa paling benar sendiri, bahwa sejatinya kita hanya bisa terus mencari kebenaran yang hakiki. 

Nah bagaimana ketemunya? ya itu semoga. Jangan sampai kita bisa menganggap orang lain pelang peleng kalo kita menganggap diri kita benar.

Lingkaranpun di pungkasi doa yang di lantunkan oleh Mbah Nahar dan Satu Nomor Hasbunallah.


*Lingkar Gagang Poci Maiyah