Ketika aku bertanya
tentang siapa aku?
Dan pertanyaanku bertambah di mana aku?
Apakah ini
bumi?
Bumi ku tak seperti ini.
Bumiku bukan tanah yang tandus.
Bumi ku bukan
tanah yang kering, bumiku bukan tanah yang kotor, bumiku bukan air yang keruh
berbau busuk, bumiku bukan gunungan sampah.
Bumiku hamparan tanah pesawahan
yang luas, bumiku adalah air yang jernih.
Namun di mana itu semua?
Ketika aku
melihat bumi yang hanya sebuah gambar di secarik kertas, otakku seolah berontak kenapa jadi sesempit ini, di mana bumi
ku yang dulu?
Indonesiaku, kenapa bumimu telanjang, Mata airmu seakan
kehilangangan sungai, ikan-ikan tawar tak punya tempat untuk berenang, rumputmu
pun kering lemas terkulai.
Kenapa aku
mesti sedih, itu juga karena perbuatanku sendiri
Aku yang mencabut rumput
yang hijau
Aku yang meracun tanamanku sendiri
Aku yang mencemari tanahku,
Aku juga yang membendung sungaiku dengan sampah, hingga banyak orang yang
tenggelam karena aku
Aku yang menebang pohon sampai air tak lagi diserap
pepohonan
Dan akulah yang mengakibatkan longsor agar semua orang mati
terpendam hidup-hidup
Mestinya aku bangga karena aku berhasil merusak semuanya
Akulah teroris yang sesungguhny.
Aku lah terosis yang licik
Akulah teroris yang bersembunyi di semak-semak keacuhan.
Bukan mereka yang
bisanya cuma mengembom saja
Mereka hanyalah orang bodoh yang kebablasan
Mereka hanya cari makan dengan cara
konyol, dan akulah teroris yang sejati.
Tapi aku rindu bumi ku yang dulu
Bumi yang dikenal
dengan tanah surga
Bukan tanah bencana yang memenuhi goresan tinta di sucinya
buku harian Indonesia
Aku rindu
zamrud khatulistiwa mu
Aku rindu nyanyian burung-burung itu, ku tatap langit
menangis, ku dengar gelegar guntur penuh amarah.
Bumi... sajak ayumu tak terlihat lagi
Itu semua karena
ulahku, kecerobohanku, keburukanku
Aku mohon bersoleklah kembali agar
ayumu terlihat lagi
Gunung jangan kau marah padaku karena aku tak bisa
lari dari ancaman Penciptamu
Aku tak bisa, aku tak mampu untuk lari dari
pertanggung jawabanmu
Maafkan aku, aku bukan Tuhan yang bisa
mengembalikanmu seperti sedia kala
Aku hanya makhluk kecil yang memakan
dedaunan kering.
Aku hanya tikus kecil yang menikmati kotoran di selokan sendiri
Tapi aku ingin minta maaf, karena aku dunia hancur, karena aku tanah ini penuh
dengan dosa, karena aku tuhan mengadzab bumiku.
Apakah aku lebih baik menusukan sebilah tombak kedadaku
Agar tak ada lagi pengrusak bumiku
Biarlah darah yang keluar, mengalir jatuh
ke tanah sebagai penebus dosa-dosa ku yang telah mambantai habis seluruh bumimu
*Miftahul Aziz