Kamis, 28 Maret 2019

Kegembiraan Dalam Hal Sederhana


Reportase Poci Maiyah Maret 2019 
Oleh: Khairul Fahmi


Poci Maiyah maret kali rintik-rintik hujan menemani Taman GBN sedari siang hari hingga menjelang digelarnya acara. Seperti biasa dulur-dulur pegiat poci maiyah mengkontak lokasi alternatif kalau saja GBN masih menahan rindunya untuk sedulur poci maiyah melingkar. Tapi memang malam itu sepertinya ketulusan hati para dulur-dulur poci maiyah GBN tak sanggup menahan rindu hingga sang rintik hujan pun tidak tega untuk menumpahkan lebih lama tetesannya, dan secara sigap dulur-dulur poci maiyah menangkap hal ini untuk segera mempersiapkan properti seperti sound sistem, peralatan musik, kompor, tikar dan banner. Malam itu sound sistem dan peralatan musik disupport penuh oleh mas teguh dan kawan-kawan dari pepedan. Pukul 20.30 setelah segala persiapan untuk sinau bareng telah selesai kang ali pun membuka acara dengan hadiah fatihah. Hadiah fatihah malam ini berbeda dari biasanya, karena kali ini tawasul dibawakan penuh syahdu oleh kang ali dengan menggunakan bahasa Indonesia. Setelah itu dilanjut dengan membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas 11 kali, Indonesia Raya dan pembukaan dipuncaki dengan Lagu Shohibu Bayti.


Untuk menyambung rasa bagi sedulur-sedulur yang baru datang ke acara GBN seperti biasa, moderator membawa kita ke suasana perkenalan. Kang mus nyeletuk anda tersesat di jalan yang lurus. Mba Kamilah yang malam itu berkenalan menyampaikan bahwa ikut di poci maiyah kali ini ingin menambah wawasan agar setelah ini apa-apa yang didapat dari gelaran maiyah di GBN dapat bermanfaat di acara ngaji bareng di desa nya kalisoka. Ada juga Mas Firdaus yang tertarik dengan maiyah karena memandang sesuatu dari sisi yang lain. Setelah suasana perkenalan, kita diajak memasuki  fase bedah poster yang  disampaikan oleh mas oki selaku pembuat poster maiyah. Bahwa poster kali ini dibuat dengan segampang mungkin seperti kata yang ada dalam mukaddimah, dan mas oki juga menyampaikan sudah di beri tangan oleh gusti Allah dipakai untuk yang baik-baik, diberi otak untuk mikir yang baik-baik. Sebelum lanjut ke tadarus mukaddimah temen-temen HB band yang hadir malam ini membawakan dua nomor kangen dari miliknya dewa 19 dan cinta dari miliknya chrisye. Setelah fase bedah poster, seperti biasanya dilanjut dengan tadarus mukaddimah yang dibacakan oleh beberapa jamaah secara bergantian.


Mengawali pembahasan tema malam ini, Sholawat Alfa Salam dilantunkan terlebih dahulu oleh kang Mustofa dan para sedulur lainnya. Kang fahmi menjelaskan histori kenapa tema donganuk dipilih malam itu, bahwa ini adalah penghargaan atas kreatifitas kata-kata dulur-dulur maiyah yang sering muncul dalam grup poci maiyah, lanjut kang fahmi menjelaskan bahwa kata-kata seperti donganuk mungkin tidak akan pernah di bawakan dalam seminar-seminar tapi di maiyah ini hal-hal tersebut bisa menjadi tema sinau bareng.  Bahwa di maiyah tidak ada sesuatu yang sia-sia seperti dala firmanNYA robbana ma kholaqta haadza baatila. Setelah itu Gus Nahar melanjutkan diskusi dengan mengingatkan bahwa kita ini tidak ada yang di depan melingkar itu membuat sudut pandang kita tidak ada yang di depan tidak ada yang di belakang, dan beliau berpandangan bahasan tentang donganuk adalah semesta jarak. Mas bima mengemukakan donganuk diambil dari dua kata yaitu dong dan anuk, dong itu artinya akan dan anuk itu artinya apa. Mas bima juga menyampaikan keresahan karena beliau itu tidak mengenal bahasa khas tegal  seperti jok, jasak, sahang dan sebagainya dan mas bima berpendapat mungkin dari kata donganuk kita bisa menggali bahasa dan budaya tegal yang bisa kita lestarikan.

Menginjak pukul 23.00 WIB diskusi yang meghangat ini di jeda dengan satu nomor oleh mas teguh dan kawan-kawan berjudul "kerja".  Selesai jeda satu nomor lagi-lagi Allah memberi kejutan setelah bulan januari kemarin kita didatangkan Ulama Kharismatik Tegal, malam ini Beliau Kiai Mujtahid hadir kembali dengan didampingi oleh Istri Beliau Ibu Nyai Nur Saadah untuk membersamai rutinan GBN maret ini. Sebelum kembali melanjutkan diskusi Kang luay mengajak kita semua bersholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wassalam, sebagai satu-satunya Manusia yang tidak pernah mengecewakan kita. Seketika Maula Ya sholli Wa sallim daaiman abada bergema di GBN dilantunkan oleh seluruh dulur-dulur pada malam itu. Diskusi di lanjutkan oleh kang luay, beliau menceritakan mungkin usaha dulur-dulur untuk hadir di GBN banyak hambatannya tapi tidak membuat sedulur semua patah semangat untuk hadir, kemudian kang mus selaku moderator nyeletuk bahwa kang mus itu malam ini habis keantup (tersengat) lebah, tapi karena cintanya kang mus menguatkan diri untuk hadir dan membersamai sedulur lainnya. Kang luay mengingatkan kembali tentang identitas dan personalitas bahwa kita masih belum bisa membedakan dua hal tersebut. Identitas itu kita tidak bisa milih seperti lahirnya di tegal, rambut kamu keriting atau lurus, kamu lahir tanggal berapa. Personalitas itu kamu mau jadi apa bisa memilih seperti pekerjaan. Yang menjadi masalah adalah banyak orang yang terjebak pada personalitas, misal orang pekerjaannya tukang kayu kemudian suatu saat orang tersebut memecahkan  es batu, terus orang-orang nyeletuk lho panjengengan kan tukang kayu tidak pantas jadi tukang es batu, padahal sejatinya kita banyak sekali memiliki personalitas tapi berkali-kali kita terkotak-kotakkan dengan banyaknya personalitas yang kita punya. Lanjut kang luay juga mengingatkan bahwa maiyah itu bukan komunitas, maiyah bubar tidak apa-apa. Maiyah adalah sesuatu yang abstrak yang ada di hati kita semua, yaitu Maiyyatullah wa Maiyyaturrasul yang artinya selalu membersamai Allah dan Kanjeng Nabi. Kang luay juga mengingatkan bahwa tidak ada pegiat di poci maiyah yang memiliki keberanian mengaku dirinyalah yang membuat poci maiyah,  tidak ada yang berani mengakui bahwa yang datang malam ini di GBN adalah karena kita, satu-satunya idiom yang kita pakai adalah diperjalankan, tapi ikhtiar kita dalam gelaran GBN tetap kita lakukan, seperti memasang banner, tikar, sound sistem dan sebagainya.

Melanjutkan diskusi tentang tema donganuk, kang luay menjelaskan tentang teori Carl Jung atau kausalitas (sebab akibat) Imam Ghozali atau teori fisika quantum Max Planck. Biasanya orang makan menjadi kenyang, padahal menurut Imam Ghozali antara makanan dan kenyang mereka memiliki semesta sendiri-sendiri, satu-satunya subjek yang bisa membuat orang merasa kenyang adalah Gusti Allah, Hukum kausalitas tidak berlaku di situ. Kemudian lanjut kang luay menceritakan tentang kisah Nabi Musa A.S bahwa saat di depan lautan Gusti Allah berfirman kepada Nabi Musa AS untuk memukulkan tongkatnya. Coba kita pikirkan dari momentum yang sama apakah Allah hanya berfirman kepada Nabi Musa AS, mungkin Allah juga berfirman kepada lautan. Lanjut kang luay mencontohkan hal yang lain yaitu seperti saat kita minum air mungkin juga Allah berfirman kepada tenggorokan kita untuk membuka, kalau tidak membuka apa yang akan terjadi? kang ali nyeletuk “keluar lewat hidung biasane ada nasinya” semua jamaah tertawa renyah. Kang luay juga menyampaikan jangan stagnan dalam memahami sesuatu, kita tahu air esensinya H2O tapi kita tidak mungkin menadahi uap dengan gelas, itu tidak mungkin, mau memecah air menggunakan pisau tidak bisa, apalagi mau mandi menggunakan batu es, bisa remuk kita. Ini menyimpulkan bahwa walaupun esensinya H2O tapi ketika maqomatnya sudah berubah ada perlakuan yang berbeda-beda. Makin malam makin terasa hangat kang Rizki yang setiap bulannya mensedekahkan untuk membuat puisi khusus untuk gelaran di GBN memepersiapkan diri untuk membacakan puisinya yang berjudul "Manusia Kadangkala". Setelah lantunan puisi dari kang rizki dilanjutkan dengan diskusi kembali. Ada satu pertanyaan dari mas as’ad momentum donganuk itu sama dengan proses atau tidak? kang moka menambahi bahwa kata donganuk itu kata yang diucapkan kepada sesuatu yang belum terjadi kepada sesuatu yang sudah terjadi untuk perbaikan di masa depan. Kang Subkhi menceritakan kalau kata donganuk di akherat jarang diucapkan yang ada kata Layah semua. Jamaah pun serius menyimak respon dari kang subkhi . Layah yang di maksud bukan peralatan masak yang digunakan untuk menghaluskan cabai menjadi sambal, tetapi sebuah penyesalah seperti  Laaaayaaah kenapa dulu di dunia tidak melakukan hal yang baik-baik. Menanggapi perntanyaan mas as’ad, kang luay menambahi bahwa kita tahu yang namanya momentum, proses menuju momentum itu ada turbulensi dan kesimpulannya donganuk itu adalah momentum, donganuk adalah semesta tak terhingga, kang luay juga berbicara tentang niat, kalau niat kita bekerja adalah uang maka kita hanya mendapatkan uang, kalau dapat silaturahmi paseduluran kita tolak, kalau niat kita bekerja adalah berkerja maka kalau mendapatkan uang kita terima dan kalaupun kita mendapatkan silaturahmi paseduluran kita bisa menerimanya. Kembali mengingatkan tentang bahasa bahwa satu kata bisa menghasilkan seribu makna contohnya "Bisa" itu bisa berarti racun atau bisa berarti dapat melakukan sesuatu, tergantung konteks dan kejadiannya. Lanjut kang luay menceritakan tentang luar biasanya manuk (burung) bahwa kalau manusia bisa melihat 7 warna, kalau burung itu bisa punya resolusi yang sangat tinggi sampai 1000 warna.


Jeda diskusi menjelang pukul 00.00 malam ini diisi oleh 3 nomor dari kusut band dan HB Band untuk lebih menghangatkan suasana. Di fase pamungkas gelaran sinau bareng malam ini Kiai Mujtahid menyampaikan beberapa hal antara lain bahwa bahasa-bahasa prokem tegal seperti jok, jasak, sahang dan sebagainya adalah bahasa yang hanya dimiliki oleh orang tegal. Kiai Mujtahid menyampaikan terima kasih kepada sedulur-sedulur yang hadir bahkan sampai tengah malam seperti ini, juga menyampaikan hadits bahwa barangsiapa yang mau mencari ilmu dengan izin dan ridho Allah dengan begitu mudah karena Allah maka Allah akan memudahkan jalan menuju sorga. Malam itu kiai mujtahid menjelaskan beberapa hal yaitu jangan menjadi orang pelit dan jangan menjadi orang sombong, kalau orang sudah memeiliki bibit sombong, maka akan timbul rasa hasad. Rassulullah bersabda Laa yadkhulul jannah tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya ada kesombongan meski sebesar biji zarrah.

Memasuki pukul 01.00 masih dalam suasana yang hangat jamaah tidak beranjak kemana-mana dan tekun menyimak penjelasan dari Kiai Mujtahid hingga pertemuan malam ini dipamungkasi oleh doa dari Kiai Mujtahid dan disusul dengan salam-salaman seperti biasanya diiringi satu nomor Hasbunallah oleh kang ajat dan kawan-kawan.

Mungkin tidak ada hubungan antara donganuk dan manuk (burung) tapi kita bisa lihat dari semesta pembahasan donganuk  kita bisa mendapatkan beberapa khasanah pengetahuan seperti kausalitas, momentum bahkan sampai resolusi penglihatan burung, juga bisa menikmati kegembiraan malam ini karena tidak seperti biasanya talent musik hadir sampai 3 band dan tentunya juga Kehadiran Kiai Mujtahid menamabah kelengkapan keindahan malam ini.

Robbana ma Kholaqta Haadza Baatiila.

Sampai berjumpa pada Edisi Poci Maiyah April 2019.