Kamis, 19 November 2020

Hewan yang Berpikir




Reportase Poci Maiyah November 2020

Oleh: Lingkar Gagang Poci



Sebagaimana tubuh, hati juga bisa lelah, carikan untuknya hikmah-hikmah yang indah. -Nahjal-Balaghan, Sayiddina Ali bin Abi Thalib

 

***

 

Bulan Oktober ini Poci Maiyah membahas satu tema bertajuk ‘Mbatin’, sesuatu yang semua orang pernah merasakan, mengalami, dan melakukannya di kehidupan. Pembahasan tema kali ini seakan sangat dikuasai oleh banyak orang sehingga setelah sesi pembacaan mukodimah selesai, banyak repson bermunculan.

 

Mbah Nahar menjabarkan pengertian mbatin seperti sebuah wadah (ruang) yang menampung banyak hal termasuk di antaranya ada prasangka baik dan buruk (khusnudon/suuzon), perkiraan, dan dugaan yang tak terucap ke luar. Jadi yang dimaksudkan Mbah Nahar lebih kepada sesuatu yang sifatnya psikis, terjadi di dalam diri seseorang. Tapi mbatin sendiri tak sekedar bersifat psikis, karena mbatin juga mempengaruhi tindakan seseorang ke luar seperti apa yang dikatakan oleh Mbah Bekhi bahwa semua hal yang ada di dalam tak akan mungkin secara terus menerus terpendam, ia pasti akan keluar menjadi sebuah tindakan.

 

Pengertian akan mbatin menjadi sangat beragam, setiap orang memiliki pengertian yang berbeda, mungkin karena mereka mengalaminya dengan pengalaman yang berbeda pula. Pengertian mbatin menurut Mas Azam lebih beda lagi dari Mbah Nahar ataupun Mbah Bekhi, baginya mbatin lebih condong kepada pertanyaan-pertanyaan esensial seperti pertanyaan "Siapa diriku? Untuk apa aku diciptakan? Apa yang harus aku lakukan?". Namun ada bias yang seringkali membuat kita susah untuk membedakan pertanyaan-pertanyaan tersebut, benarkah pertanyaan itu berasal dari batin (Hati) atau pikiran? Dua hal ini menjadi sesuatu yang samar dan sulit bagi kita untuk mengidentifikasinya. Tapi benarkah ada perbedaan antara hati dengan pikiran?

 

Al-qolb lazimnya kita maknai sebagai hati, tapi dalam pengertian lain al-qolb dimaknai sebagai ‘rasio’ atau pikiran-pikiran adalah satu-satunya yang dapat mempengaruhi seluruh anggota badan manusia seperti mata, telinga, mulut, hidung, lidah, tangan, kaki dan lain sebagainya. Itu mengapa semua tindakan manusia dipengaruhi oleh pikiran. Salah satu syair Maulana Rumi menegaskan hal ini:

 

Duhai saudaraku, esensi manusia ada pada pikiran

Selainnya, yang tersisa hanya daging dan tulang

(Matsnawi, jilid 2, bait 277)

 

Pikiran menjadi salah satu faktor penentu yang paling utama dalam kehidupan manusia. Manusia memiliki keistimewaan tersendiri ketimbang mahluk yang lain di bumi karena kemampuannya untuk berfikir, tanpa pikiran manusia akan sama seperti hewan oleh sebab itu kenapa manusia sering kali disebut sebagai al-insan hayawannatiq (AnimalRationale). Binatang yang berakal budi, binatang yang berpikir.

Kita seringkali lupa untuk memaknai kehidupan dalam satu kesatuan utuh. Kita cenderung memecah belahnya menjadi beberapa bagian, melihatnya sebagai bagian tersendiri dari yang lain seperti ketika kita memaknai hati dan pikiran. Haketkatnya hati dan pikiran memanglah dua hal yang berbeda yang ada pada dalam diri manusia, akan tertapi pikiran merupakan bagian dari satu kesatuan kerajaan hati. Sebagaimana yang ditulis dalam mukodimah Nafsu adalah budak, akal adalah perdana menteri, dan hati adalah rajanya.

Itu mengapa al-qolb bisa kita maknai sebagai ‘rasio’ atau pikiran, sebab yang dimaksud al-qolb bukan hanya merujuk pada hati tapi lebih tepatlnya al-qolb adalah satu kesatuan utuh yang mencakup segalanya. Al-qolb bisa berarti kerajaan hati yang di dalamnya terdapat raja dan staf-stafnya dalam mengelola tubuh manusia. Ia merupakan ruang yang menampung pikiran, hati, nafsu dan semua perangkat kehidupan dalam diri manusia.

Mbatin sendiri erat sekali hubungannya dengan pikiran karena dalam mbatin terkandung banyak persepsi—persepsi menghasilkan spekulasi dari spekulasi seseorang akan mendapatkan pengetahuan dan dari pengetahuan seseorang akan memperoleh kebenaran yang ia jadikan sebagai pedoman untuk melakukan suatu tindakan di kehidupan. Setiap orang dianjurkan untuk berpikir yang baik-baik karena kerap kali perjalanan seseorang selalu selaras dengan apa yang ia pikirkan. Maka hati-hati kalau berpikir, karena pikiranmu akan mempengaruhi lakumu, lakumu akan membentuk watakmu, dan watakmu akan menentukan takdirmu.

Berhati-hatilah...

 

 

وَاَ طِيْعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَا حْذَرُوْا ۚ فَاِ نْ تَوَلَّيْتُمْ فَا عْلَمُوْۤا اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

wa athii'ulloha wa athii'ur-rosuula wahzaruu, fa ing tawallaitum fa'lamuuu annamaa 'alaa rosuulinal-balaaghul-mubiin

 

"Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas."

(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 92)