Jumat, 02 Februari 2024

LANJARAN

 



Mukadimah Poci Maiyah Februari 2024

Oleh: Abdullah Farid

 

Al-Ma'idah ayat 35

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.

 

Tema kali ini, kita akan tadabur dari kisah hidup "LANJARAN". Wa ma adroka ma LANJARAN? Adalah batangan kayu atau bambu yang digunakan untuk merambat atau penyanggah tanaman dari awal penanaman hingga bisa berdiri sendiri.

 

Tentang konsep hilangnya keberkahan atas apa yang dimiliki manusia, baik ilmu, harta, kedudukan, dan sebagainya. Karena salah satu sebab yaitu melupakan LANJARAN awal mula manusia mengenal apapun di dunia ini. LANJARAN orang berilmu, misalnya, adalah orang tua, guru-guru kita dari kecil hingga hari ini. Ketika kita sudah berada pada kondisi atau keadaan yang lebih baik dari orang yang pernah berjasa, umumnya kita menyepelekan dan menganggap lebih unggul dari mereka. Sehingga hilangnya takdim atau rasa hormat kepada siapapun yang pernah berjasa. Di sisi lain, hidup ini menjadi berkah jika kesuksesan diiringan dengan ridho orang tua dan guru. Karena ridho guru adalah salah satu syarat manfaatnya ilmu.

 

Dunia memang berputar. Awalnya manusia tak tahu apa-apa, kemudian dituntun, dididik, oleh Lanjaran mereka masing-masing. Orang tua, guru, saudara, teman, atasan kerja adalah sandaran tiap orang pada umumnya. Pada awalnya manusia tak tahu, lalu sebab lanjaran tersebut ia jadi tahu. Tapi ditingkat terakhir, manusia menjadi tidak tahu lagi. Awalnya manusia tidak tahu bagaimana cara sukses, kemudian dia mencari lanjaran, washilah, agar sukses, tapi ketika kesuksesan diraih, ia kembali dalam kesadaran tidak tahu tentang kesuksesan. Ia mungkin bertanya dalam diri : _Apakah ini yang disebut kesuksesan?

 

Awalnya manusia tidak tahu baik dan buruk, lalu manusia belajar agar tahu mana baik dan buruk menurut ilmu. Tapi pada akhirnya, manusia kembali tidak tahu mana yang baik dan buruk, sebab yang baik menurutnya belum tentu baik juga menurut Tuhan. Ini memang dilema, dan paradoks memang menyebalkan.

 

Seperti halnya lanjaran, seseorang membutuhkan guru atau guru yang membutuhkan murid? Jika pun si murid melupakan jasanya, apakah sang guru akan kecewa? Bukankah tujuan ia mendidik itu bukan karena si murid itu? Sang guru juga sebenarnya menjadikan si murid adalah lanjaran untuk mendapatkan imbalan, entah dunia ataupun akhirat. Jadi, sebenarnya siapa yang menjadi lanjaran dalam hal ini?

 

Dalam ayat yang dikutip di atas, berjuanglah, agar engkau beruntung. Titik pentingnya ada dalam perjuangan. Sebab, guru atau siswa, anak atau orang tua, bos atau karyawan, semua saling menjadikan lanjaran. Dan mungkin makna keberkahan adalah itu : ketika perjuangan tak berhenti apapun kondisi yang terjadi. Selain makna lain, bahwa kenyataan yang tak sesuai harapan, namun tetap menjadikan seseorang semangat berjuang dan mendekatkan dirinya pada Tuhan.

 

Manusia hidup berawal dari permukaan jasadnya. Lalu mendaki dan nyaman dengan akalnya. Tapi sebaiknya terus naik sampai ia tinggal di dalam hatinya. Tanpa dilema, drama, dan paradoks dunia. Manusia tidak hanya berurusan dengan makan dan minum saja, pakaian dan hiasan hidup jasadiyah saja. Tetapi juga ilmu, yang menjadikan hidup terarah dan nyaman selama berpikir dengan seimbang. Tapi pada akhirnya manusia harus mendudukkan akal pikirannya, agar ia sampai pada hati yang terdalam. Sebab, seringkali manusia memiliki ujian atau masalah yang penyelesaiannya tak cukup dengan data aqliyah saja. Data-data inderawi dan olahan pikiran tak cukup mampu untuk meredakan dilema-dilema batin. Maka perjalanan dan perjuangan harus terus dilakukan sampai ke hati. Harus mencari lanjaran yang mau menuntun pelan-pelan, dan tanpa imbalan. Sebab, jikapun ketakdziman dan rasa hormat hilang pada orang tua dan guru, maka balasan dari Tuhan memang lebih layak untuk diharapkan. Lagipula, imbalan apa yang bisa membuat puas dari seorang manusia, jika Tuhan menjanjikan yang jauh lebih baik darinya?

Kamis, 1 Februari 2024