Reportase
Poci Maiyah
7
Januari 2022
Mukodimah dan
Harmoni Yang Mengiringinya
Sudah
tidak asing bagi para jamaah Poci Maiyah, untuk mendaras mukodimah setiap Sinau
Bareng akan dimulai. Mukodimah itu apa sih? Mukodimah adalah sebuah catatan
tentang interpretasi, dari observasi penulis mukodimah atas tema yang akan
disinaui. Diamana setiap kata dan kalimatnya, ditulis secara mistis, serius dan
kental dengan aroma spiritualnya oleh penyunnya.
Mas
Risky Eka Kurniawan, salah satu yang intens menuliskan mukodimah Poci Maiyah
pernah menyampaikan ;
“Aku
butuh momentum khusus buat nulis mukodimah Poci Maiyah, tidak seperti menulis
hal-hal lainnya. Seperti menghadiahkan fatihah untuk Kanjeng Nabi dan guru-guru
yang lain tidak boleh ditinggal sama sekali. Atau seperti hati ini harus klik
dulu dengan Gusti Allah agar mukodimah ini bisa ditulis dan selesai.”
Dari
hal tersebut, kita bisa mengetahui, bahwa mukodimah Poci Maiyah, yang dibaca
secara bergantian pada setiap gelaran, dari satu jamaah ke jamaah lainnya, tidaklah
sembarangan proses penulisannya. Ada
semacam gairah dan harapan yang penulisnya rasukan kepada setiap kata dan
paragraf pada saat mukodimah itu diproduksi. Sehingga harapan setiap penulisnya
adalah ; saat mukodimah ini disuguhkan kepada pembaca, pembaca juga akan turut
serta mengalami getaran dan alirannya.
Mukodimah
poci maiyah juga menjadi titik penting bagi jalannya Sinau Bareng, karena tanpa
mukodimah, pembahasan pada Sinau Bareng bisa mengalami kebingungan untuk
bagaimana memulainya. Dan prosesi pembacaan mukodimah ini juga penting. Yakni,
bagaimana para pembaca bisa secara mudah, untuk turut diajak tenggelam dan
merasakan apa yang dirasakan oleh penulis.
Di
fase ini, jamaah biasanya akan mendengar back sound music, yang menjadi iringan
saat pembacaan mukodimah. Entah itu alunan instrumental atau lagu-lagu yang
memang sudah di siapkan oleh pegiat sedari awal.
Seberapa
penting sih keberadaan back sound pada saat pembacaan mukodimah? Mengutip
kalimat seorang sufi dari India, Hazrat Inayat Khan, beliau menyampaikan ;
“Divine
sound is the cause of all manifestation. The knower of the mystery of sound
knows the mystery of the whole universe.”
Dan
juga beliau menyampaikan ;
“There
are two aspects of individual harmony: the harmony between body and soul, and
the harmony between individuals. All the tragedy in the world, in the
individual and in the multitude, comes from lack of harmony. And harmony is the
best given by producing harmony in one's own life. ”
Pada
dua kutipan di atas, Hazrat Inayat Khan, seorang Sufi yang juga seorang Maestro
musik, semacam memberikan gambaran kepada umat manusia, bahwa keberadaan musik,
harmoni dan suara tidak bisa terlepas dari keberadaan manusia itu sendiri.
Seperti
seseorang yang play list di smart phonenya dipenuhi dengan jenis musik bersifat
melankolis, akan cenderung memiliki sifat yang lemah lembut, dan yang play
listnya dipenuhi dengan jenis musik bersifat ceria, akan tercermin pada
ekspresi wajahnya. Dan tentu, Hazrat Inayat Khan telah mencapai dimensi yang
jauh lebih dalam dan lebih tinggi dalam pengembaraan spiritualnya lewat musik.
Sebagaimana
tidak bisa kita pungkiri bahwa musik memiliki kekuatan yang aneh, mistis dan
misterius. Yang bisa dengan tiba-tiba mempengaruhi mood seseorang, dan bisa
tiba-tiba pula memerngaruhi keputusan seseorang dalam memandang realitas.
Di
sinilah, Poci Maiyah berusaha menggemakan suara hati terdalam para pesinaunya untuk
muncul dipermukaan, untuk kembali merobek semua topeng-topeng yang
dikenakannya, untuk kembali merasakan divinitas sejati hubungan dirinya dan
hatinya, yang tergambar ; lewat ekspresi, getaran suara, lantang kejujuran dan
emosi yang tercermin, saat membcaca mukodimah, beserta setiap alunan suara yang
mengiringinya.
*Redaktur
Poci Maiyah