Sabtu, 29 Desember 2018

Pahala Dosa dan Surga Neraka

"Jika Islam adalah Rahmat bagi alam, kenapa hanya mereka yang merasa Islamnya benar? Napoleon Bonaparte saja tahun 1798 masuk Islam tanpa mengkhususkan ajaran Islam bagi kelompok golongan tertentu."

Malam berlalu, hari berganti, Maiyah On The Road (mother) dirumah Sedulur Razaq semakin hangat. Pembahasan mencari pahala mendapat surga dan memperoleh dosa otomatis neraka. Tetapi Ustadz Slamet dari Balapulang meringkasnya dengan teori aksi dan reaksi, yang penting terus berbuat kebaikan dalam menjalani hidup.

Qur'an telah mengajarkan kita untuk bertafakur dan bertadabur untuk menghidupkan syaraf-syaraf kemanusiaan. Ustadz Slamet menceritakan pengalamannya melakukan dua kali perjalanan kaki untuk mencari makna kehidupan.

Perjalanan diibaratkan menemukan surga dan neraka dalam kehidupan di dunia. Meskipun tidak menemukan orang yang memberikan tumpangan kepada Ustadz yang jalan kaki, tetapi ada ilmu yang dapat dipelajari bahwa jaman sekarang manusia semakin individualis, tidak melihat golongan lain yang lebih rendah derajatnya meskipun sebenarnya mereka yang kita anggap lebih rendah sebenarnya maqomnya lebih tinggi.


Sehingga dalam keadaan ini, Ustadz Slamet yang memposisikan diri tidak memiliki bekal merasa tenang dan mampu merasakan kepekaan kehidupan. Maiyah diharapkan mampu 'mengosongkan gelas' untuk mampu menerima apapun dalam situasi kehidupan.

PakDhe Gigih menjelaskan tentang persepsi tumbuh kembang pada fase kehidupan manusia, bahwa kita harus bisa mengamati dan menikmati kehidupan yang sejatinya tumbuh sesuai sunatullah.

Al-Qur'an yang menjadi pedoman hidup bersifat multitafsir, tanpa seperangkat metodologi tafsir, kita tidak memiliki batasan dalam menjadikan Qur'an sebagai pedoman.

Tak usah berkompetisi, kewajibannya adalah berlomba (kolaborasi) untuk melakukan kebaikan, sehingga dalam filsafat sunan Kalijaga merangkum dalam sangkan-parang-dumadi.

Sebagai akhir diskusi sebelum ritual makan malam, Gus Luay memberikan kalimat penutup untuk bersama-sama terus melakukan kebaikan yang penting urusan hamba dengan Tuhannya beres.

Surga dan neraka yang jelas bukan sesuatu yang main-main. Sangat krusial dan mencekam, namun kita harus tetap santai dalam menghadapinya. Caranya? Dengan santai dalam menjalani dan menghadapi hidup, anfauhum lin nas, ngopi, dan mengabdi semata-mata hanya kepada Allah.