Jumat, 03 September 2021

Nyapuni Jagat

 


Mukadimah Poci Maiyah September 2021

Oleh: Muhammad Fatkhul Bary Lu'ay


Bismillahirrohmanirrohiym

“Bukan orang masuk islam yang terpenting, tapi islam masuk ke dalam orangnyalah yang paling utama” – Mbah Nun

 

Bisa dibilang, beberapa minggu ini, saya sedang kehilangan kemampuan saya untuk menulis. Mungkin, karena hati yang menjadi semua pondasi tulisan-tulisan saya, yang selalu saya fungsikan sebagai cermin untuk merefleksikan dan memproyeksikan hati manusia, sedang terlalu kusam dan berdebu. Sehingga, hampir tidak ada sama sekali yang bisa dipantulkan darinya. Namun, apakah tulisan ini harus terhenti di sini? Apakah gelaran poci maiyah kali ini akan dibiarkan begitu saja tanpa awalan? Apakah hanya dengan secuil alasan-alasan klise, menjadikan saya berhak untuk seenaknya udel mengatakan ; “Saya menyerah!???”

Tidak, saya tidak ingin menyerah begitu saja, bahkan, jika detik ini saya telah menjadi ‘idiot’, atau kemalasan saya membumbung tinggi menjadi lebih luas ketimbang luasnya bima sakti, saya harus memiliki tekad dan keyakinan, yang jauh lebih luas daripada itu semua, yang getarannya mampu melampaui prasangka saya sendiri. Saya harus melelehkan ego dan keakuan, agar kemudian turut melebur bersamaan dengan ghoibnya aliran waktu.

Karena, aliran tanpa getaran, hanya akan menjumpai kehampaan, dan getaran yang tidak mengalir, hanya akan melahirkan kehancuran. Maka, jika saat ini hati saya tidak bisa memantulkan hati siapapun, setidaknya, saya masih bisa memantulkan hati saya sendiri, dan kembali mengingat awal-awal waktu. Tentang betapa pernah frustasinya saya melihat ruwetnya dunia, saat sebelum dirizkikan bertemu dengan maiyah. Tulisan ini harus kembali membawa ruh maiyah, dari muara maiyah, dan akan kembali pula ke muara maiyah. Yang mengalir dan bergetar, yang alirannya menggetarkan, dan yang getarannya turut mengalir, yang kesemuanya itu, akan kembali disebut dengan ; diperjalankan.

Robbana ...

Wahai Tuhan kami, Pengayom dan Pendidik kami.

 

Orang-orang maiyah bukanlah manusia super yang tidak akan terluka dan cedera, bahkan hinaan dan fitnah yang tak bisa diraba, sangat bisa menggores dan merobek hati mereka. Orang-orang maiyah juga buka nabi, yang ma’sum terjaga dari berbuat keliru dan kebodohan, yang bahkan bisa ditipu harta martabatnya oleh yang lainnya. Orang-orang maiyah hanyalah orang-orang biasa, yang mendambakan ketentraman hidup, yang mengingini kebahagiaan diri, dan yang juga tak menolak menjadi kaya untuk menghidupi dirinya, keluarganya dan agamanya. Orang-orang maiyah juga bukan tipikal yang naif dan jumud, yang tidak bisa membedakan antara khayalan dan realita, yang serakah mengingini kesenangan diri dan lupa untuk memikul penderitaan saudara-saudara lainnya. Namun, bagaimana bisa orang-orang maiyah memberikan kebahagiaan sedang mereka sendiri tidak memiliki kebahagiaan itu? Dan bagaimana bisa orang-orang maiyah memberikan kegembiraan pada orang-orang di era yang semakin kacau dan paceklik ini, sedang mereka sendiri diliputi lara, duka dan hutang yang kian menumpuk?

Atiyna fid-dunya hasanah

Anugerahkanlah kami di dunia ini kebahagiaan

(yang bisa kembali kami bagi kepada yang lainnya)

 

Sungguh kami telah memilih ridlo atas segala Ketetapan-ketetapan-Mu. Pun jika Engkau sedang Menghamparkan ujian untuk seluruh dunia, agar semua manusia bisa merasakannya bersama-sama, yang kompleksitasnya tidak akan pernah bisa kami urai dan mengerti, kami masih yakin, bahwa Engkau Menyertakan jawaban atas semua ini dengan cara yang sangat elegan dan sederhana.

 

Wafil akhiroti hasanah

Dan anugerahkanlah pula bagi kami di Akhirat Kebahagiaan

(agar bisa kembali kami bagi kepada orang-orang yang tidak pernah melupakan-Mu)

Waqiyna ‘adzabannar

Dan jagalah kami (atas segala tingkah laku lugu, bodoh, lalai dan lucu kami) dari siksa api neraka

 

Dengan munajat ini Ya Robb, dengan do’a yang leluhur-leluhur kami menyebutnya sebagai do’a sapu jagat, dengan wasilah kekasih-kekasihMu, dengan nama Hamba TerbaikMu yang juga junjungan hidup mati kami, Al Mustofa Kinasih Rosulullah Muhammad sholAllahu ‘alaihi wassholatu wassalam, perkenankan pula tangan kami, menjadi pewaris pendahulu-pendahulu kami, untuk dizinkan menggenggam erat sapu tersebut, untuk membersihkan duka lara ummat Muhammad, untuk kembali berbagi harapan, kebahagiaan dan kegembiraan bagi yang lainnya.

 

Anta Qodiyr Anta Qodiyr Anta Qodir,

Ya A’dziym Ya ‘AdziymYa ‘Adziym

Perkenanan kami,

Turut menjadi bagian golongan, yang Nyapuni Jagat di era ini...

inysa Allah Amiin Amiin