Reportase Poci Maiyah April 2019
Bulan April adalah bulan masehi ketika Sang Cinta Semesta, Rasulullah dilahirkan. Poci Maiyah edisi khusus bulan kelahiran (masehi) Rasulullah ini, diawali dengan melantunkan dzikir Ya Dzal Wabal, Wahai Sang Pemilik Hukuman, dengan gondelan klambine Rasulullah, kami memohon kepada Allah agar diberikan keadilan-Nya. Jika memang hukumanlah yang harus kami terima dengan kondisi bangsa ini yang semakin fasad (rusak), maka itulah keadilan yang harus kami tanggung. Tidak berarti suatu hukuman, jika yang memberikan dan yang diberikan berada dalam satu ikatan cinta.
Edisi bulan April
ini mengambil tema Spektrum Al Alamin. Mengharap ridho Allah melalui satu titik
cahaya yang dipancarkan oleh Sang Rahmatan lil Alamin : Rasulullah Shollu
Alaihi Wassalam. Mentadaburi dua kehendak Allah dalam setiap apa yang akan manusia
lakukan, pikirkan, ucapkan, namun hanya satu yang diridhoi-Nya. Dia memberi
pilihan kanan dan kiri, namun yang Ia ridhoi adalah hanya Jalan-Nya. Dalam
Spektrum Al Alamin inilah kami berlatih menyelam ke dalam jalan yang
diridhoi-Nya, sekalipun itu jalan sunyi yang banyak manusia tak menghendakinya.
Pada sesi awal, Kang Mustofa Ups memulai
dengan membuka salam dan mengajak jamaah yang telah hadir dengan bersama-sama
menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai kunci awal, pengakuan kita kepada
negeri yang disebut Indonesia ini.
Dzikir Ya Dzal
Wabal yang dipandu Kang Fahmi dilanjutkan dengan tahlil, dan kemudian moderator
mengenalkan diri rekan-rekan yang menemaninya, menyapa sedulur-sedulur PM malam
itu. Selanjutnya Kang Oki diberikan waktunya untuk mengupas isi poster dan
tema, sebagai master desainer poster PM Edisi April ini.
"Tema
Spektrum Al Alamin diambil dari tulisannya Mbah Nun," kang Oki
menjelaskan. "Bagi siapa saja yang suka membaca buku atau tulisan Mbah Nun
di situs caknun.com, ada di kolom Tajuk,"
"Sebenarnya
saya tidak punya pesyen (passion) di desainer atau grafis," lanjut kang
oki memotivasi sedulur PM agar juga terinspirasi memiliki keahlian khusus.
"Saya mencoba mengembangkan kemampuan saya di Poci Maiyah, karena saya
anggap di sinilah laboratorium penelitian saya,"
Secara mendasar,
ruh sang Nabi terpancar di dalam gelaran sinau bareng dan bermaiyah. Maiyah
'menyegarkan' kesadaran anak-anak muda bangsa ini, tentang lapar dan hausnya
pemahaman keilahian yang tak tercampuri oleh tafsir-tafsir final dan pendek.
Anak-anak muda yang datang seperti para pencari, para salik, yang menelusuri
jalan Tuhan meski teranggap asing oleh lingkungannya. Dan untuk menyegarkan
malam itu, satu nomor dari HB Band dengan judul Para Pencari Tuhan pun dilantunkan.
Respon pertama tentang tema Spektrum Al Alamin
dari Kang Fahmi, " Bahwa tulisan di tajuk caknun.com tentang spektrum al
alamin ternyata sudah ada di kolom tetes mata air maiyah," lanjutnya,
"Banyak rahasia-rahasia yang terkuak dari tulisan-tulisan itu apalagi
dengan konsep 8-10. Bahwa tulisan tentang spektrum al alamin adalah tulisan
ke-9 dari 10, dan angka 9 diapit oleh angka 8 dan sepuluh, yang ini menjadi
waktu istimewa kita di grup telegram sebagai tadarus 8-10. Lalu angka delapan,
jika dihorizontalkan, akan bermakna tak terhingga, sama halnya ketika angka 1
dibagi 0, dari angka 8-10 tersebut. Tanpa disengajai memberi makna filosifis
dari sinau 8-10 kita ternyata sampai di rahasia ini,"
Kemudian Mbah
Nahar menambahkan respon, "Rahmatan lil alamin itu untuk segala hal.
Semisal hal kecil seperti parkir kendaraan," lanjutnya. "Kalau kita
parkir tanpa ada tempat parkir, tukang parkir, pasti kita parkir sembarangan.
Atau mencari tempat parkir yang membuat kita mudah masuk dan keluarnya, tanpa
mempedulikan kendaraan orang lain yang akan keluar." Dari jamaah ada yang
nyeletuk, "Ben manjinge enak, metune ya enak (Biar masuknya enak,
keluarnya ya enak)," dan kalimat-kalimat seperti itu membuat suasana malam
jadi semakin bergembira. Mudah-mudahan tak satupun dari jamaah yang langsung
teringat istri dan mendadak pulang. "Itu (tak mempedulikan orang lain) kan
bukan rahmatan lil alamin," sambung Mbah Nahar.
Respon
selanjutnya dari Kang Lu'ay, tentang tema-tema poci maiyah, "Silahkan
sedulur-sedulur yang ingin menanyakan, berbagi pemahaman tentang tema
apapun," lanjutnya. "Karena disini adalah tempat yang bukan hanya
menggembirakan satu pihak melainkan kita semua bergembira dengan bermaiyah
ini,"
Dilanjutkan
dengan pertanyaan-pertanyaan dari
jamaah, Mas Imam dari kalisoka bertanya tentang kapan berdirinya poci maiyah,
yang direspon oleh Kang Samsul. "Poci maiyah berdiri tanggal 27 Januari
2017. Tapi sebenarnya itu bukan awal berdirinya, melainkan awal kita mulai
ngumpul bareng bermaiyahan. Ada saya, kang fahmi, mbah nahar, kang aziz, kang
reza, kang ali,"
Kemudian kang
fahmi menambahkan respon, "Dulu kami nelpon-nelponan dulu kalo mau kumpul,
semacam saling nggak percaya 'ini jadi nggak kumpul di GBN?', dan sudah jadi
sampai seperti ini tuh luar biasa," lanjutnya, "Mudah-mudahan yang
seperti ini menujukan al mutahibina fillah, sebagai pamrih paling banter
bermaiyah, bukan pamrih materialisme,"
Pertanyaan
selanjutnya dari perwakilan HB Band, yang menanyakan tentang bagaimana agar
gampang menerima ilmu-ilmu yang ada di maiyah yang direspon oleh kang fahmi.
"Bagaimana cara agar bisa mencerna ilmu-ilmu maiyah ya jangan
dipikirkan," lanjutnya. "Artinya begini, kalo kita pakai bahasa yang
sering kan, jangan berekspektasi apapun, yang penting datang, lalu
menikmatinya,"
Selanjutnya
respon kang ali, "Untuk mencerna atau memasukan ilmu-ilmu maiyah ke dalam
jiwa kita itu jangan memaksakan diri," lanjutnya. "Dan
sedulur-sedulur nggak harus sepakat dengan apa yang para penyaji sampaikan,
silakan beda, kita diskusikan, kita musyawarahkan,"
Respon
selanjutnya dari kang lu'ay yang menceritakan keterkaitan antara tempat yang
digunakan sekarang dengan kedatangan Mbah Nun, Mbak Via, dan Mas Sabrang.
"Tahun 2012 Mbah Nun pernah datang kesini, Monumen GBN. Kemudian kemarin
sebelum ke Kalisoka, Mas Sabrang juga ingin kesini, tapi karena ramai kami
langsung ke tempat sinau bareng di Kalisoka," kang lu'ay juga menjelaskan
keterhubungan semua itu yang seakan membentuk matrik bilangan fibonacci atau golden
number. "Kalau tadi kang fahmi mengatakan poci maiyah sudah berdiri dari
2017, tapi pertumbuhannya baru-baru ini. Mungkin kami disini belum kenal lama,
hitungan lima tahun juga belum ada. Tapi seakan kami adalah saudara yang sudah
sangat karib. Mungkin ketika di alam ruh sana, ketika ditanya alastu bi robbikum, qolu bala syahidna, kita
sudah berkumpul disana, di bagian sana,"
Sebelum dilanjut
diskusi sinau bareng poci maiyah, satu nomor dari Al Faiteh mendendangkan lagu dengan
judul 'dari diri sendiri' dan sholawat nariyah.
Melanjut setelah penampilan dari al faiteh, pertanyaan dari para jamaah. Pertanyaan pertama dari Mas Zeni daro Kalisoka yang bertanya tentang apa alasan seseorang berbuat baik, dari dasar moral ataukah panggilan hati, dan dilanjutkan dengan pertanyaan jika berbuat baik bukan karena allah itu bagaimana. Kemudian pertanyaan dari kang dede jatibarang, " karena islam kita berlaku rohmatan lil 'alamin, atau karena rohmatan lil 'alamin kita islam?" pertanyaan terakhir dari mas rudi asal gumalar, Kehidupan seperti pagelaran wayang, mengikuti alur dalang, Bisakah Tuhan menciptakan batu kecil yang Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya?
Respon pertama
dari Mbah nahar yang mengupas, "Manusia itu kan ada
tingkatan-tingkatannya. Kalau kita dalam kategori makhluk, maka kapasitas kita
sama dengan makhluk-makhluk yang lain. Nah, jika potensi akal sudah bisa
digunakan, itu tingkatan insan (manusia). Jika akal tersebut diarahkan ke dalam
pengabdian pada Allah, maka dia berada di tingkatan abdullah, dan jika itu
sudah mampu memberikan keadilan, kemakmuran untuk jagad raya ini, itu tingkatan
khalifatullah." Lanjutnya. "Nah, kaitannya dengan moral, asalnya dari
mana, Mbah Nun kan sering bilang gini, 'kita jangan pakai quran dulu, kalau
kita tahu membunuh itu salah, jahat, kemudian kita tidak melakukannya, maka itu
sudah mengamalkan quran', meskipun kita belum tahu surat apa dan ayat ke
berapa,"
Kemudian respon
selanjutnya dari kang fahmi tentang falasi berpikir dari pertanyaan mas rudi,
"Mampukah Tuhan menciptakan batu yang Ia sendiri tak bisa mengangkatnya?
Kita pikir bersama, kira-kira apa yang Tuhan tidak miliki? Dia tak memiliki
limitasi, pembatasan,"
Respon
ditambahkan oleh kang iqbal yang melihat dari arah pandang lain bahwa itu
senada dengan pertanyaan, "Misalnya, menyalakan lampu yang sudah nyala,
meniadakan sesuatu yang tidak ada. Yang intinya... gusti allah nggak
sepengangguran itu," jamaah tertawa.
Selanjutnya
ditambahkan oleh kang lu'ay yang beranjak dari arah pandang lain, "Imanuel
kant (seorang filosof barat yang menjomblo seumur hidupnya, wkwk), itu pernah
berkata, 'seandainya seekor keledai bisa berpikir, maka ia akan memikirkan bahwa
Tuhannya itu berwujud seperti dia,'. Ketika kita tanya tentang sifat allah,
setidaknya kita mengerti batasan atau limitasi kita sendiri," lanjutnya.
"Jangankan kita merenungkan ketuhanan, kita belajar mengenali diri kita
sendiri saja sudah cukup susah. Semisal begini, belajar dari literasi islam
manapun, quran surat ayat manapun, saya belum pernah menemukan ayat percaya
pada diri sendiri. Memang ada rukun iman percaya pada diri sendiri?"
jamaah kembali tertawa.
Pertanyaan dari
mas rudi termasuk pertanyaan klasik di kalangan mahasiswa baru. Dalam khasanah
ilmu logika, disebut sebagai falasi logika, atau kerancuan logika/berpikir.
Karena menyatukan dua premis (dasar) yang saling bertolak belakang. Contoh yang
sangat dekat dan biasa dipakai sebagai candaan kegembiraan di maiyah misalnya :
nggodok wedang, mendoakan orang mati itu haram, menyuruh orang sholat itu tak
boleh, mendoakan orang jomblo itu haram, dsb. Itu menggembirakan untuk sebuah
candaan, dan bukan termasuk konsumsi diskusi yang serius.
Gelaran sinau
bareng poci maiyah dijeda dengan melantunkan satu nomor yaitu shohibul bayty,
dan jamaah berdiri mendendangkannya.
Selanjutnya
disambung pertanyaan kembali dari para jamaah. Yang pertama dari jamaah
perempuan, mbak halimah sa'diah, "Bagimana hukumnya berjualan produk untuk
menghilangkan kutil dan tahi lalat? Ada yang berkata, mengubah ciptaan allah
itu tak boleh sedangkan memperindah itu dibolehkan. Itu bagaimana?"
Pertanyaan
selanjutnya dari kang Bagus Nanda balapulang, "Lihat olahraga MMA, tinju
bebas, darimana sisi olahraganya? Dan kalau babak beluk, mengapa ada pihak yang
senang, seakan kita senang dengan pertikaian, senang melihat orang susah, dan
kesusahan melihat orang lagi senang? Kaitannya dengan pilpres juga,"
Selanjutnya
pertanyaan dari mas imron asal pakembaraan, " Bagaimana cara awal
menerapkan ilmu-ilmu maiyah dalam kehidupan sehari-hari?"
Pertanyaan
berikutnya dari mas baha asal balapulang, "Seperti apakah sebenarnya kisah
nabi ayub, bagaimana seorang nabi terkena penyakit parah, dan bagaimana derajat
kenabiannya,"
Terakhir dari mas
aryo, yang bertanya hampir sama dengan mas imron, "Bagimana cara mencerna
ilmu-ilmu maiyah agar bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari?"
Respon pertama
dari mbah nahar yang menanggapi pertanyaan dari mas bagus nanda, "Kalau
menurut saya, di pertandingan MMA itu kan ada aturan sportifitas, misalnya
tidak memukul bagian bawah perut, belakang kepala, leher," kemudian Kang
Ali menambahkan, agar lebih spesifik keesensi pertanyaan, "Jadi gini lho
mbah, arah pertanyaan itu kan ke fenomena yang sekarang, banyak orang bertikai,
bertengkar dan mereka saling senang dengan itu,"
"Jadi gini
mas," lanjut mbah nahar. "Itu kan hanya akibat saja. Sebenarnya tidak
semua orang berada dalam frekuensi sama saat dalam suasana bertengkar,"
lanjutnya lagi. "Sedangkan bagaimana cara kita menerapkan ilmu-ilmu maiyah
itu dengan meniatkan diri bermaiyatulloh, maiyaturosul, jadi apa-apa langsung
menyambung kesana. Dan pertanyaan mbak sa'diah, saya menganalogikan misalnya
jerawat, itu dalam kordinat sebagai penyakit. Karena yang tidak boleh diubah
kan yang batasan-batasannya, ada proporsinya, kalau konteksnya penyakit dan itu
mengganggu, ya boleh." Kemudian mbah nahar juga menanggapi pertanyaan mas
baha tentang nabi ayub. "Memang dalam kitab Ughudul Jayn, diceritakan
begitu. Nabi ayub sangat dibanggakan Allah, lalu ditantang setan agar diuji,
lalu jadilah begitu : semua kebunnya terbakar, ternaknya mati, rumahnya runtuh
dan anak-anaknya mati tertimbun, semua istrinya kabur kecuali satu yang paling
tua. Dari kitab itu, diambil hikmah, jika ada seorang suami yang diuji istri
yang tak taat pada allah dan rasulullah, itu pahala suami itu sama dengan
pahala nabi ayub ketika sakit,"
Break sejenak,
dengan mendengarkan lantunan puisi dari mas riski dan satu lagu dari usut band.
Tanggapan
selanjutnya dari kang lu'ay yang memberi stimulan pada mas baha, "Coba
kita gali dulu siapa nama asli nabi ayub, dan beliau nabi atau rasul,"
lanjutnya. "Dan untuk mbak sa'diah, semisal begini, kita ubah air menjadi
minuman berasa (soft drink), kita ubah air jadi es dengan teknologi, kemudian
misalnya kdengan perkembangan teknologi manusia yang tak bisa melihat bisa
dibantu diubah menjadi bisa melihat, atau orang yang pincang bisa menjadi
normal berjalan. Kalau kita belajar dari ushul fiqh, logika hukum, ternyata
hukum itu tergantung konteksnya, selama tidak bertentangan dengan qur'an dan
hadits, itu tak masalah. Konteksnya berbeda jika kondisinya berubah,
perumpamaan orang yang sakit, kita tak bisa memberi obat yang sama pada
penyakit yang berbeda. "
"Dalam
kaidah ushul fiqh, ada 6 matriks, pertama innamal a'malu bi niat. Misalnya
begini, ada yang nanya mau operasi plastik gara-gara banyak yang menghina.
Kemudian saya jawab boleh, karena daripada banyak orang menghina penciptamu
hanya karena hidung yang tak sempurna, mending diperindah. Niat karena allah,
dan bukan untuk apapun, dan tak bertentangan dengan quran hadits." Lanjut
kang lu'ay. "Wong fiqh itu juga kan ijtihad manusia. Misalnya, rukun islam
itu ada berapa? Dari abdullah ibn umar mengatakan rukun islam itu ada 5,
sedangkan bapaknya, umar bin khotob mengatakan rukun islam itu satu, yaitu
syahadatain,"
"Matriks
kedua, al yaqini yuzalu bi syaq, keyakinan tidak akan mengubah keraguan.
Misalnya, aku yakin ini adalah air putih, maka itulah yang terjadi. Aku yakin
ini adalah perbuatan baik, dan atas dasar petunjuk allah (dalam quran dan
hadits), maka tidak bisa digantikan dengan keragu-raguan. Lanjutkan saja
jualan, dan berdoa, niatkan, jangan jualan untuk niat lain, selain jualan -
lillahi ta'ala,"
Dalam khasanah
karya cipta manusia, manusia hanya boleh mengubah apa yang Allah 'jadikan',
bukan yang Allah 'ciptakan'. Perubahan boleh di kordinat ja'ala, bukan pada kho-la-qo.
Tidak boleh mengubah qodrat, semisal laki-laki jadi perempuan, anjing
disilangkan dengan kucing menjadi chimera, ikan dengan manusia jadi kadita -
putri duyung, itu tak boleh. Dan juga, darul
mafashid muqodamun jalbil masholih, perubahan itu lebih banyak manfaatnya
daripada mudharatnya.
Respon selanjutnya
dari kang iqbal yang mengambil kisah dari rasulullah yang seakan berbohong,
padahal itulah kecerdasan beliau. "Ada seseorang yang meminta dilindungi
di rumahnya, kemudian setelah orang itu masuk, rasul bergeser tempat duduk. Dan
ketika ditanya, 'Wahai Muhammad, lihat kah kau orang 'anu',?' jawab rasul,
'Demi Allah, semenjak saya duduk disini, kalianlah orang-orang yang baru saya
lihat,"
Waktu menunjukan
sekitar pukul 1 malam, satu nomor dengan lagu dari Letto, sebelum cahaya.
Diakhiri dengan doa dan salam salim sembari menyenandungkan hasbunallah wa
ni'mal wakil.